Atmosfer canggung masih menyelimuti Haewon dan Yonghwa, terlebih mereka kini duduk berhadapan di meja makan. Myungho menyuruh Haewon untuk makan, tapi perasaan bersalah dan canggung memenuhi dirinya.
Sampai akhirnya Yonghwa meletakkan sepotong daging di atas mangkuk Haewon, dan menyuruh gadis itu untuk makan. Sejujurnya Haewon sungguh dibuat bingung oleh perlakuan Yonghwa. Terkadang pria itu bersikap tak peduli dan tak ingin diusik tapi terkadang pria itu juga menunjukkan sisi lembutnya pada Haewon.
Sampai mereka selesai makan, atmosfer di antara keduanya masih sama. Haewon memutuskan untuk membereskan peralatan bekas makan mereka, tapi Yonghwa menyuruhnya untuk pergi ke ruang tamu menyusul Myungho dan Seunghan yang telah pergi lebih dulu.
"Aku akan membantumu membereskannya," ucap Haewon.
"Tak perlu, aku juga tak akan membereskannya. Ada bibi yang bertugas untuk membereskannya." Yonghwa meninggalkan gadis itu di dapur.
Haewon akhirnya mengekor Yonghwa dia sedikit berlari kecil mengejar langkah Yonghwa. Entah apa yang dipikirkan pria itu hingga tiba-tiba dia berhenti dan Haewon menabrak punggungnya.
"Ya… kau ada masalah apa denganku?" tanya Yonghwa saat membalikkan badannya melihat Haewon.
"M-maaf…" Haewon memegangi dahinya yang membentur punggung Yonghwa.
Yonghwa menghela nafas, sadar akan perilaku Haewon yang aneh karena perkataannya beberapa menit yang lalu. Dia kemudian mengambil tangan gadis itu dan menggandengnya menuju ruang tengah, di mana Myungho dan Seunghan telah berada di sana.
"Wah pemandangan yang indah, aku rasa sekarang aku akan mati dengan tenang," ujar Myungho ketika melihat tangan Haewon yang digenggam oleh Yonghwa.
"Aku harus kembali ke kantor," ucap Yonghwa pada Haewon. Dia kemudian mendekatkan wajahnya pada Haewon dan membisikkan sesuatu di telinganya.
"Maafkan aku," bisiknya lalu menghapus jarak di antara mereka dan mendaratkan sebuah kecupan di pipi Haewon.
Wajah Haewon memerah, gadis itu tersipu. Dia benar-benar dibuat bingung oleh perlakuan Yonghwa, apa yang sebenarnya ada dipikiran pria itu dia tak bisa menebaknya.
"Aku akan mengantarmu pulang nanti malam, bermainlah dulu dengan Seunghan hari ini dan biasakan dirimu di rumah ini," ucap Yonghwa yang mendapat anggukan kecil dari Haewon.
"Kakek, aku rasa kita harus pergi ke kantor. Aku tau kakek kemari karena mencariku kan? Ayo kembali," kata Yonghwa pada Myungho.
"Kau ini kenapa tak bisa membiarkanku bermain dengan cucuku di sini?" ucap Myungho.
"Ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, ayo pergi kakek." Kali ini Yonghwa telah siap dengan jasnya dan membiarkan Haewon membenahi dasinya.
Yonghwa merunduk, menyamakan tingginya dengan Seunghan dan mencium pipi bocah kecil itu, "papa akan pergi bekerja, bermainlah dengan mama, jangan merepotkan mama dan jadilah anak yang baik," ucapnya pada Seunghan.
Setelah itu Yonghwa beranjak dan kembali menatap Haewon, sedangkan gadis itu malah menatap ke arah lain menghindari tatapan Yonghwa. Pria itu terkekeh dan kembali mendekat ke arah Haewon lalu mencium kening gadis itu.
"Aku titip Seunghan, bermainlah dengannya dan beristirahatlah jika lelah," ucapnya sebelum mengajak Myungho untuk pergi.
Semua yang dilakukan oleh Yonghwa dilihat langsung oleh Myungho, entahlah apa yang dipikirkan oleh Yonghwa. Apa pria itu hanya ingin meyakinkan kakeknya dengan perlakuannya pada Haewon ataukah perlakuannya pada gadis itu murni dari perasaannya?
Setelah keduanya pergi, Haewon mengajak Seunghan untuk bermain sebentar di ruang tengah. Haewon ingin membangun kedekatan dengan Seunghan agar dia bisa lebih mengenal bocah itu. Mereka bermain layaknya seorang ibu yang menemani anaknya bermain.
Seunghan sangat senang menggambar, dia mengekspresikan perasaannya lewat sebuah gambar. Ya, walaupun jika dilihat gambarannya hanya seperti gambar kebanyakan anak lainnya, tapi bagi Haewon dia dapat melihat bahwa anak itu mengekspresikan perasaannya dalam gambar.
Seperti gambar yang Seunghan tunjukkan pada Myungho, dalam gambar itu Seunghan menjelaskan bahwa dia dan Myungho tengah bermain bersama Soonie, Dongi, dan Dori. Dengan arti lain bocah itu ingin mengatakan bahwa dia sangat senang bermain bersama Myungho dan ketiga kucingnya.
Kali ini Seunghan menggambarkan tiga orang yang tengah bergandengan, Haewon yang memperhatikan bocah itu pun bertanya siapa yang kali ini ada dalam gambaran bocah itu.
"Papa," ucap Seunghan menunjuk ke arah gambarnya.
"Mama," kata bocah itu sambil menunjuk ke gambar berwarna merah muda di samping gambar papanya.
"Seunghan," ucapnya menunjuk ke arah gambar yang lebih kecil yang bergandengan dengan gambar berwarna merah muda.
"Ah, Seunghan menggambar papa, mama, dan Seunghan yang sedang bersama?" tanya Haewon.
"Eung…" jawabnya dengan anggukan semangat.
"Apa Seunghan sangat menyayangi papa?" tanya Haewon.
"Eung…" Angguk bocah itu.
"Kalau begitu, Seunghan juga menyayangi mama?" Haewon kembali bertanya.
"Eung…" Seunghan kembali mengangguk.
"Seunghan sayang mama…" ucapnya sambil memeluk Haewon.
"Mama juga sayang Seunghan," balas Haewon sambil mengusap punggung bocah itu.
Seunghan mulai mengantuk, sepertinya bocah itu sudah lelah seharian bermain. Haewon menggendong bocah itu dan membawanya ke kamarnya, setelah bertanya kepada salah satu bibi yang bekerja di rumah itu tentang di mana kamar Seunghan.
Dia menidurkan Seunghan di kasurnya dan menarik selimut menutupi tubuh bocah kecil itu, Haewon juga mengelus kepala Seunghan dan mengecup keningnya. Dia duduk di samping kasur Seunghan dan memperhatikan Seunghan yang tengah tertidur.
Haewon tersenyum melihat wajah Seunghan, rasanya seperti damai sekali melihat wajah seorang bocah kecil yang sedang tertidur. Hal itu membuatnya sedikit mengantuk. Akhirnya Haewon memutuskan untuk duduk di lantai dan menaruh kepalanya di kasur Seunghan.
Dia tertidur dalam keadaan duduk di samping kasur Seunghan. Wajahnya menatap ke arah wajah Seunghan sebelum akhirnya dia tertidur. Hari ini cukup melelahkan hingga membuat gadis itu tidur di siang hari.
Semua baik-baik saja, sampai akhirnya Haewon terbangun karena teriakan Seunghan. Gadis itu membuka matanya dan segera mengusap kepala Seunghan yang terlihat tak tenang dan tak nyaman. Sepertinya bocah itu tengah bermimpi buruk.
Dengan inisiatifnya Haewon mengangkat Seunghan ke dalam pangkuannya dan memeluk bocah itu.
"Mama… mama…" rancau bocah itu.
"Tidak apa-apa… mama di sini bersama Seunghan." Haewon berusaha menenangkan bocah itu.
Apa sebenarnya yang terjadi di alam bawah sadar Seunghan hingga membuat bocah kecil itu berkeringat di ruangan yang sejuk? Mimpi buruk apa yang menghantuinya?
Kini Haewon menatap iba pada Seunghan, gadis itu menyeka keringat di kening Seunghan dan menimang nimang bocah kecil dalam pelukannya itu. Dia tak henti mengelus elus punggung dan kepala Seunghan untuk menenangkannya.
Jika ketika tidur siang saja bocah kecil ini mengalami mimpi buruk, lalu bagaimana dengan tidur malam? Apa dia selalu bermimpi buruk atau hanya ketika lelah? Banyak pertanyaan yang berputar dalam benak Haewon. Namun gadis itu tak tau harus bertanya pada siapa, semoga saja setelah dia tinggal bersama dengan Seunghan, dia bisa segera mendapatkan jawaban dari berbagai pertanyaannya.