webnovel

Bab 17. Your Number

suasana yang menyenangkan khas siswa SMA, selalu menyenangkan untuk diperhatikan. begitu juga dengan IHS, tempat para anak-anak dari kalangan elit menuntut ilmu.

begitu juga dengan dua orang siswa yang nampak sangat mencurigakan yang memasuki lingkungan IHS atau IS seolah tidak sabaran. seperti mencari benda berharga yang hilang, seperti itulah mereka.

beberapa siswi yang melihat mereka memekik histeris, seolah tersihir oleh ketampanan yang mereka miliki tanpa mencurigai dari sekolah mana mereka berasal.

Padahal jelas sekali, mereka bukan siswa IHS.

jam pelajaran yang baru saja berakhir berhasil membuat mereka jadi pusat perhatian walaupun baru setengah dari siswa IHS yang keluar dari kelas mereka sedangkan sebagian nya lagi, masih berada dalam kelas dengan guru yang sepertinya sangat betah berada di dalam kelas yang sangat nyaman itu.

"siapa mereka " bisik seorang siswi sambil melirik dengan centilnya kearah objek pembicaraan mereka

"aaa itu kan" pekik seorang gadis lagi sepertinya sudah tahu siapa mereka. beberapa gadis lainnya yang berdiri di dekat gadis tadi langsung berpaling seolah bertanya siapa mereka.

"itu Al dan Davit anak Klub basket dari SMA Laksanaa " bagai memori yang sedang berputar, begitulah yang terjadi pada mereka. mulut yang menggangga seolah tak percaya. Dengan mata yang terus menatap Al dan David takjub.

''YAAAAAA"

"brisik" ucap Al kesal, jelas dia merasa terganggu dengan pekikan histeris para gadis.

" wah. ternyata siswi disini cantik-cantik juga" ucap David dengan wajah bersinar senang.

" ooo lo mau nyari cewek baru" ucap Al menatap curiga, " gue pikir Diva, bakalan senang putusin lo" ucap Al sinis, mengingatkan Davit pada pacarnya di SMA Laksana. David yang mendengar itu mendelik kesal padahal dia hanya bercanda.

" lo benar-benar tahu cara merusak suasana Alcio" balas Davit sambil mendesah frustasi.

mendengar namanya di panggil seperti itu, Al tersenyum miring, seolah mengejek temannya yang sudah mati kutu.

***

"Ada apa dengan senyummu itu" tanya Alex yang sedang berjalan beriringan dengan adiknya.

"hmm" balas Lexsa masih dengan senyum bahagia di wajahnya.

Dia sedang bahagia sekarang.

" sepertinya adik gue sudah gila" ucap Alex sambil memasang senyum ngeri yang di buat buat, membuat Lexsa mendelik tajam, mendapat sindiran dari kakak lelaki nya itu.

"aku sudah bebaskan kakak dari nenek sihir tadi di kantin, seharusnya kakak berterimakasih padaku, aku sudah menyelamatkan kakak dari tu cabe" ucap Lexsa mengingatkan Alex tentang jasanya.

" ya ya ya" Alex memutar mata malas, baiklah dia akan berhenti menggoda adiknya ini.

" bisakah kalian tidak bertengkar sehari saja" tegur Reno sambil mendekap Bella manja. kemudian berlalu pergi dari sana meninggalkan mereka yang sudah melayangkan tatapan membunuh pada Dia dan Bella.

" Ck!! serasa dunia milik berdua" sindir Alex dengan tampang datar.

Tidak sadar saat dia bersama Alexsa, dia juga melakukan hal yang sama.

" hmmm" Xarly mengangguk setuju dengan mata yang terus menatap Bella dan Reno seolah iri.

" gue aja yang lagi PDKT sama monika, gak ada perkembangan tu sampai sekarang" ucap Xarly lagi yang langsung dihadiahi gelak tawa dari semua sahabatnya yang sedari tadi terlihat enggan untuk ikut nimblung.

" Ck!! lo bukan tipe gue" balas Monika tanpa rasa bersalah. Yang kembali membuat Xarlly ditertawakan teman-temannya.

Xarly langsung memasang wajah sedih, mendengar penolakan dari Monika yang sedari tadi menatap tajam kearahnya seolah tak suka di ganggu.

Dia benar-benar sakit hati jadinya.

suasana sekolah yang sudah sangat sepi memudahkan mereka untuk tertawa lepas mengejak satu sama lain tanpa merasa mengganggu siswa lain yang berada di sekitar taman dekat parkiran sekolah.

angin yang berhembus pelan, cuaca yang tak terlalu panas menambah sejuknya suasana dibawah pohon rindang, yang menjadi tempat mereka melepas penak sebelum akhirnya beranjak pergi dari sekolah mereka.

penjaga sekolah yang bertugas mengusir siswa-siswi yang masih disekolah pada jam pulang. hanya berjalan melewati mereka, enggan menggusik. entah karena takut di pecat karena mengganggu ketenangan cucu pemilik sekolah, atau karena memang tak ada nyali.

Ck!! sama saja

seolah terlalu larut dalam suasana canda tawa yang tercipta diantara mereka, sampai tidak menyadari sepasang mata setajam elang terus memperhatikan mereka dari tadi. lebih tepatnya salah satu diantara mereka penuh damba, sambil berjalan mendekat ketempat mereka.

" Ehemm" deheman yang berasal dari belakang Lexsa, membuat mereka langsung menatap kesumber suara yang sudah mengganggu mereka.

" Al" ucap Alexsa setelah sepersekian detik hanya menatap tamu mereka dengan ekspresi kaget.

" ngapain lo kesini?" ucap Alex tajam, jelas dia tidak suka dengan kehadiran mereka.

Al hanya tersenyum sinis, menantang Alex semakin jauh.

" gue rasa lo bukan tipe orang yang suka banyak nanya" balas Al dengan nada mengejek.

" Cih!!" Alex berdecih tak suka. dengan kalimat yang keluar dari lelaki blasteran di depannya ini.

angin yang sedari tadi menghembus sebagai penyejuk suasana, sekarang bagaikan tak berfungsi lagi. aura gelap penuh ancaman yang terus dikeluarkan dari dua sosok lelaki tampan yang saling menatap tajam satu sama lain di antara mereka. benar-benar membuat bulu kuduk mereka merinding.

"bagaimana ceritanya mau dekatin adiknya, kalau setiap ketemu kakaknya aja, pengen berantem terus" Davit membantin ngeri saat melihat interaksi kedua musuh bebuyutan di lapangan basket itu.

" jadi_," ucap Lexsa sengaja menggantungkan kalimatnya untuk menarik perhatian semua mata yang ada disana terutama dua lelaki itu.

" lo ada perlu apa ke sekolah kami'' tanya Lexsa mengungkapkan rasa penasaran semua sahabatnya disana.

" pengen ketemu sama lo " ucap Al tenang, tidak sadar ekpresi polos dan suara tenangnya berhasil memancing tatapan sinis Alex.

"Cih!!. " Alex berdecih kesal, setelah menyadari bahwa Al berkata jujur.

Dan dia tidak suka.

melihat Alex yang sudah memasang wajah kesal, Al tersenyum senang. karena berhasil menyulut emosi musuhnya itu.

" Hy nama lo siapa?" seolah tak terjadi apa apa, Davit dengan santainya mengajak Monika kenalan yang langsung dihadiahi tatapan membunuh dari Xarly.

"berani lo dekatin cewek gue, gue pastiin ini hari terakhir lo menghirup udara "

menyadari arti tatapan Xarly, David tersunyum miring. seolah menantang lelaki di depannya yang sudah tersulut api cemburu.

" gue Monika" balas Monika sambil tersenyum simpul, tak menghiraukan aura gelap yang sedari tadi menguar dari Xarly.

" lo punya Pin BB, WA, IG, atau nomor telpon boleh juga" tanya David dengan percaya diri, dia benar-benar tidak peduli dengan Xarly yang sudah menatapnya tajam siap menghajar. membuat dia dihadiahi galak tawa dari mereka minus Alex, Xarly, Lexsa dan Al.

" emm. punya kok," jawab Monika santai tak menghiraukan suasana yang semakin panas. sambil memberikan Nomernya pada Davit, tidak peduli dengan Xarly yang sudah menatapnya kesal.

" aduh makin panas saja ya" ucap Dion sambil mengipas-ngipaskan tangannya seolah sangat panas, padahal awan masih setia menutup matahari.

" He Al" panggil Davit setelah menyerahkan kembali Ponsel Monika dan melangkah mendekati temannya itu yang masih adu mulut dengan Alex. sambil menunjukkan Ponsel nya, yang memperlihatkan Nomor Monika.

" Ck!! lo pikir ini tempat lo sembunyi saat lo bolos sekolah" ucap Alex kesal, karena sedari tadi Al terus saja merayu adiknya.

"wah, ternyata lo perhatian juga sama gue ya " ucap Al dengan senyum menyebalkannya. Alex berdecak kesal.

" oya Lexsa, bisa pinjam Hp lo" ucap Al tak menghiraukan Alex yang siap menghajarnya kapan saja.

setelah mendapatkan Ponsel Lexsa, Al langsung memasukkan nomernya kesana kemudian menekan tombol telpon. setelah mendapatkan Nomor Lexsa segera dia kembalikan Ponsel gadis itu yang sedang menatapnya heran.

" thank nomernya" ucap Al setelah menyerahkan Ponsel Lexsa.

Brukkk.

sebuah tonjokan dengan mulusnya mendarat di pipi mulus Al. Al yang sudah tersungkur ketanah mengeram kesal. Lexsa yang melihat Al di pukul oleh kakaknya menatap heran sekaligus kaget kearah kakaknya yang sudah disulut api amarah.

" hy hy stop it ok" Daniel yang sedari tadi diam, mencoba melerai sebelum sahabat sejak kecilnya itu membuat masalah baru.

" Ck !! lepasin gue!!," Alex yang tidak terima mencoba memberontak untuk melepaskan kekangan tangannya yang sekarang sudah diapit oleh Daniel dan Reno.

" Gue gak mau lo dapat masalah Baru, masalah Lo sama anak judo tu aja belum kelar, lo mau di panggil kepala sekolah lagi karena menghajar anak sekolah sebelah. " ucap Daniel mencoba menenangkan.

sedangkan Al yang sudah kembali berdiri tegak di bantu David, langsung mengepalkan tangannya hendak maju dan membalas perlakuan Alex tadi.

" jangan gila bro. kita bisa kenak masalah berkali-kali lipat nantinya, " ucap Daniel yang mencoba menahan Al, yang juga ingin menghajar Alex.

" gak bisa Brada, masalah kemarin saja belum kelar sama kepala sekolah jangan lo tambah dua kali lipat lagi dong" ucap Davit mengingatkan dengan tangannya yang terus saja menahan Al yang terus ingin menyerang Alex yang masih memberontak dalam kekangan Daniel dan Reno.

Antara lelah dan tidak ingin dapat masalah lagi. semua yang ada disana langsung menatap Lexsa yang sedari tadi hanya melihat kedua lelaki di depannya yang sedang ditahan oleh teman-temannya.

" apa" mendapatkan tatapan memohon dari teman temannya Lexsa bertanya heran.

" Aduh Princes. lo gak lihat kalau Prince lo itu mau buat masalah lagi, ini masih di sekolah lo. dan kalau sampai mereka berantem, kita juga bakalan kenak batunya" jelas Feby sambil memanggil Lexsa dengan panggilan sayang dari Alex.

Lexsa menghela Nafas pastrah, karena kali ini, dia juga yang harus menenangkan kakak nya itu. sebelum menimbulkan masalah baru untuk mereka.

" STOP!!" melihat Alex dan Al yang sudah terlepas dari Daniel, Reno dan Davit. Lexsa langsung berteriak menghentikan mereka. dan untungnya mereka masih punya telinga untuk mendengarkan teriakan nyaring dari gadis yang menjadi penyebab pertengkaran mereka kali ini.

" udah deh kak. aku gak mau kita kenak masalah lagi sama grandma." ucap Lexsa setelah memengang lengan kakaknya seolah takut kalau lelaki itu lepas dan menghajar lelaki di depan mereka itu.

seperti kembali ke alam sadarnya, Alex langsung bersikap tenang, memasang wajah tenanagnya dan kemudian menarik tangan Lexsa pelan untuk menjauh dari sana.

" yok pulang" ucap Alex tak ingin di bantah.

" gue juga pulang dulu.. yok sanyang" ajak Reno pada kekasihnya yang masih diam disana menonton pertunjukan gratis dari Alex dan Al.

" gue juga pulanglah. yok Al. lo gak mau dapat masalah kan. ni sekolah udah sepi. " ucap Davit sambil menarik paksa tangan Al yang masih menatap kepergian Alex dan Alexsa dari sana.

Alex Prov:

aku menarik tangan Lexsa pelan agar menjauh dari sana. lebih tepatnya dari lelaki yang sudah menyulut emosi ku.

Cih!! benar-benar menyebalkan.

apa tadi. dia mengambil Ponsel adikku. Ck!!! aku tahu dia ingin tukaran nomer.

Basi.

Ck!! aku gak akan rela kalau Lexsa dekat dengan musuh kebuyutan gue.

Lexsa terlalu baik untuk lo Alcio Corner..

she is mine.!!