akhirnya beatrice masuk kedalam ruang tamu nya disana kami disuruh duduk dan disuguhkan banyak dessert yang lezat.
iler ku serasa ingin keluar, gara gara makanan dessert ini terlihat sangat nikmat omg
"trice" aku di sikut kakak ku, menoleh lah aku kearahnya
"iler mu itu bisa keluar" bisiknya padaku
langsung ku benarkan kembali raut wajah ku
aku mendengar apa yang orang tua ku serta orang tua si calon bicarakan tentang masalah pertunangan ini
profil wittgeinstein
mama : sonya wittgeinstein
papa : albert wittgeinstein
adik : Lazuli Wittgenstein
mereka dengan fokus duduk saling bertatap tatapan saling mengirim sinyal XOX
papa : menurut mu bagaimana!?
'bagaimana apa nya pa!? astaga papa ngomong aja belom'
albert : anak kami tidak mau, tapi saya mau
mama : saya ga mau mantu saya kamu
'..... mama ku kok gini!'
sonya : bukan suami saya yang mau nikahin anak kamu, nanti dia dikira pedho
'AKU JUGA GA MAU BUSEHH, WALAU AKU SUKA YANG TUA TAPI GA GITU JUGA'
albert : tapi... bukan nya anak kami sudah lebih tua dari anak kalian 50 tahun?
papa : oiya kami lupa
mulutku ternganga.. wah sakit sih
mama : tapi di umur kalian kan masih terlalu kecil
sonya : benar..
'lah!?'
tiba tiba pintu terketuk dan terbuka, munculah sosok kecil yang sangat menggemaskan yang ternyata anak termuda dari keluarga wittgeinstein
"lazul" panggil sonya. saat dia melewatiku , dia melihat kearahku dan berhenti sejenak
"siapa mereka?" dia bertanya. tapi tetap berhenti ditempat terakhir dia berdiri dan melihat ku dengan tatapan intens
"calon kakak mu" balas albert
"..... bukannya calon kakak itu, jelek, menjijikan, gemuk seperti balon, tidak elegan, dan juga bodoh?" tanya lazuli polos
satu ruangan tercengang termasuk diriku yang tercengang mendengar kata kata itu.. sangat speechless
albert berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan mendekati lazuli "dari mana kau mendengar itu?"
"kakak yang bilang" balasnya
seketika ruangan itu menjadi super menyeramkan, dan sangat sunyi
"tapi kakak ternyata berbohong. dia tidak jelek, tidak menjijikan, tubuhnya pas, elegan, namun..." ucapnya berjeda panjang
"namun..... dia terlalu lemah untuk seukuran seorang manusia" ucapnya sambil melihat ku dengan tatapan intens
aku bingung apa lemahnya? lemahnya dimana?
keluargaku... langsung masam mukanya
"maaf anak terkecil kami tidak bermaksud seperti itu" permintaan maaf terlontar dari mulut sonya
"tidak apa, kami tau itu" balas mama
"pa, ma, aunty, uncle.." panggil ku
"boleh kah aku berjalan jalan?" tanya ku mengharapkan jawaban iya
"boleh, bawa lazuli bersama mu agar kamu tidak tersesat" balas sonya
"baiklah, terima kasih" ucap ku sambil membungkukkan badan dan mengangkat sedikit rokku tanda hormat
lazuli langsung menggandeng tanganku dan menariknya, benar... tarikan tenaga nya bukan main, badan kecil namun sangat kencang seperti badak