"Kalau gak ngomong juga gue tampar lo!" ancam Dilan.
Ekspresi Dilan sudah sangat mencerminkan kalau sekarang dia sudah kehabisan kesabarannya sampai akhirnya perlahan dia mengangkat tangannya dan langsung dia layangkan ke arah di mana Naura berada.
"Ahhh!" teriak Naura dengan begitu kencang.
Beberapa saat, Naura tidak merasakan yang namanya sakit sampai akhirnya dia mulai memberanikan dirinya untuk membuka mata dan dia setengah terkejut melihat hal ini.
Sekarang di depannya sudah ada orang yang tengah memegangi tangan Dilan dengan cukup kencang dan ini adalah alasan kenapa Naura tidak merasakan yang namanya sakit.
Bukan hanya Naura yang terdiam sambil memperhatikan cowok yang sekarang tengah memegang pergelangan tangan Dilan, tapi Dilan juga menatap serius cowok tersebut.
"Ken?"
"Lepaskan tangan gue!" bentak Dilan yang dengan seketika langsung menarik tangannya dari tangan Kenan.
Ekspresi yang Dilan pasang begitu menunjukkan kalau dia sama sekali tidak suka dengan apa yang baru saja Kenan lakukan, bahkan di mana Dilan apa yang baru saja Kenan lakukan itu begitu tidak berarti.
Bersikap seolah menjadi pahlawan di hadapan orang yang disuka. Entah benar atau tidak jika Kenan menyukai Naura, hanya saja Dilan beranggapan seperti itu.
"Lo gak papa?" tanya Kenan sambil memperhatikan Naura dengan tatapan yang begitu fokus.
Kekhawatiran begitu tercetak dengan jelas dari ekspresi yang sekarang tengah Kenan pasang, dia terlihat begitu khawatir jika sebelumnya ada yang sudah Dilan lakukan pada Naura.
Naura menggelengkan kepalanya, karena memang dia tidak apa-apa. Naura tidak tahu kapan Kenan datang, karena saat dia membuka mata dia sudah melihat Kenan yang ada di hadapannya.
"Kak, jangan kasar sama cewek." Kenan berucap menggunakan nada bicara yang masih terdengar begitu sopan, dia cukup tahu kalau orang yang berada di hadapannya adalah Kakak kelasnya.
Di sini Kenan hanya berniat untuk mengingatkan Dilan agar dirinya tidak kasar pada Cewek, terutama Naura.
"Apa urusannya dengan lo?" tanya Dilan sambil menatap fokus Kenan.
Tatapan tidak suka dari sorot mata Dilan tidak bisa disembunyikan, bahkan semakin terlihat begitu tajam yang mana tatapan bisa membuat banyak orang bergidik ngeri.
"Gue gak suka dengan semua hal ini, terlebih kalau cewek yang lo kasarin adalah Naura—Adik kelas lo."
Kenan membahas tingkatan di sini, karena memang menurutnya semua ini tidak pantas. Niatnya untuk bersikap sopan, ternyata hilang dengan seketika.
Naura melirik ke arah di mana Kenan berada, dia merasa tidak yakin jika apa yang Kenan lakukan sekarang adalah sesuatu yang benar untuk dilakukan, karena Naura merasa kalau masalah ini akan menjadi semakin membesar.
Sekarang di tempat ini sudah terdapat banyak orang, bahkan beberapa teman Dilan sudah ada di sini menghampirinya, begitu juga dengan banyak siswi yang lainnya.
"Urusan gue sama Naura, bukan sama lo!" tekan Dilan yang benar-benar merasa tidak terima dengan semua ini.
"Lo cuma anak kelas X, urus diri lo sebelum lo urus urusan Kakak kelas lo." Andre berucap, karena memang dia tidak suka ada orang yang ikut campur dengan urusan teman mereka.
Aril menganggukkan kepalanya. "Jangan sok jagoan di sini, karena semua yang ada di sini juga tahu siapa jagoan yang sebenarnya!"
Dengan begitu enteng Aril mengeluarkan kalimat tersebut, memang banyak yang sudah jauh lebih tahu siapa Dilan, dibandingkan siapa Kenan terlebih memang Dilan adalah anak kelas XI.
Ada sebuah pemikiran, bahkan bisa dikatakan ada banyak pemikiran yang dengan seketika teringat pada sosok Galang saat membahas jagoan, karena tidak bisa dibohongi jika sesuatu yang berbau kekerasan akan membuat mereka teringat pada sosok Galang.
"Ok. Ini urusan lo semua, gue hanya tidak suka dengan apa yang sudah teman lo lakukan. Di mana dia yang mau kasar sama cewek, terlebih Adik kelasnya." Kenan membeberkan semuanya.
"Terus mau lo apa? Kita kasar sama lo? Okay!" Dengan penuh keyakinan Andre menjawab.