webnovel

15. Macaroni Stroberi

Saat ini Tama dan keluarganya tengah duduk di ruang tamu bersama tamunya yaitu Panji yang merupakan anak dari Arkan Sanjaya dan Julia Sanjaya.

Bagas duduk di sofa empuk sembari menikmati cemilan kesukaannya, kue macaroni stroberi. Sangat tidak cocok dengan sifat berandalanya.

Tama, "Jadi Panji itu anak dari Kakaknya papa, om Arkan. kamu tau kan?". Tanya Tama kepada Bagas yang sedang sibuk mengunyah.

Bagas, "Tau lah! Tapi yang aku tau anaknya om Arkan itu cuma mbak Maharani(sudah menikah punya anak 3, kakak Panji) sama Febrian(SMA kelas 1, adik dari Panji), yang namanya Panci aku gak tau". Jelasnya masih dengan mulut penuh kue.

Tama, "Panci?". Bingungnya, Kini tengah mengusap remah-remah kue di bibir Bagas dengan selembar tisu. Maklum, anak kesayangan.

Sementara yang di ejek kini tengah duduk menemani Arina menonton sinetron kesukaannya di TV. Walaupun sebenarnya dia gak ikutan nonton cuma malas saja jika harus duduk di tempat yang sama dengan Bagas. Wajahnya kini terlihat kesal menahan marah.

Arina, "Maksudnya Agas(Bagas) itu Panji Pi". Ucapnya tanpa menoleh ke suami dan anaknya.

Tama, "Ooh... Bagas gak boleh gitu sayang, Bang Panji ngambek tuh kamu panggil begitu". Tunjuknya kepada Panji yang tengah duduk dengan hati dongkol.

Bagas, "Biarin pa, Agas gak peduli!". Acuhnya tidak peduli. Kini toples kue macaroni stroberi itu tinggal setengah.

Arina, "Agas, jangan banyak-banyak makan kue sayang, gak baik buat kesehatan!".

Meski peduli dengan penampilannya tapi tetap saja Arina khawatir dengan Bagas yang sangat menyukai kue macaroni itu. Jika sehari saja tanpa kue itu di rumahnya, Bagas bakalan ngambek gak mau makan. Padahal besok dia mau mulai kuliah tapi tetap saja sifat manjanya tidak hilang.

Bagas tidak memperdulikan peringatan dari Mamanya, masih tetap melahap kue itu. Hingga Panji dengan berani bangkit dari sofa lalu berjalan ke tempat Tama dan Bagas, lebih tepatnya ke arah Bagas. Setibanya di hadapan Bagas, Dengan sekali tarik toples kue itu terlepas dari genggaman Bagas berpindah ke tangan Panji.

Bagas, "Bangsat! Apa-apaan Lo hah!!?". Marahnya.

Tama, "Bagas, mulutmu!" Bentak Tama membuat Bagas terdiam dengan tatapan matanya yang tajam ke Panji.

Panji, "Dengerin kalo nyokap lagi ngomong! Dasar bebal!". Ucapnya lalu mencomot satu dan memakan kue macaroni dari toples ditangannya dengan wajah mengejek.

Bagas, "Iiih! Papa! Memangnya ngapain si Panci ini disini terus!!?". Kesalnya.

Tama hanya bisa menghela nafas panjang, sedangkan Arina tetap santai dengan sinetron kesukaannya.

Tama, "Panji kesini karena urusan bisnis". Jawabnya

Tama melirik Panji yang sedang asik makan kue macaroni Bagas dengan helaan nafas. Di setiap gigitannya Panji akan memamerkannya kepada Bagas menandakan betapa enaknya cemilan favorit anaknya itu. Membuat Bagas kesal setengah mati.

Bagas, "Bisnis? Emangnya dia ini siapa?".

Panji, "Gue manajer utama di Perusahaan S kalo Lo mau tau". Bangganya.

Bagas, "Oh, dah tua ya berarti". Ujarnya.

Panji, "Heh! Siapa yang Lo bilang tua barusan!?". Bentaknya tidak terima, enak saja si Bagas ngatain dia tua!

Tama, "Dia masih kuliah sayang, Tapi udah kuliah akhir".

Bagas, "Bagas gak kepo pa, eh Panci! Balikin cemilan gue!".

Panji, "Ogah!". Tolaknya.

Arina, "Iya Panji, jangan di kasih cemilannya, biar Bagas nya sehat gak sakit-sakitan karena makanan manis". Kini Arina menatap kearah keluarganya, soalnya sinetron kesukaannya udah habis jadi dia males dan memutuskan untuk bergabung dengan pembicaraan keluarganya.

Bagas, "Mama kok malah belain dia sih?!". Kesalnya. Sedang Panji kini telah duduk di samping Tama, menampilkan smirknya dengan menaik turunkan alisnya.

Arina, "Kamu itu Loh ya, mama ngomong begini karena mama sayang sama kamu dan gak mau kamu sakit". Jelasnya kepada anak semata wayangnya itu.

Bagas memilih diam dengan prinsip aku ganteng, aku waras. Daripada meladeni Panji dan Mamanya, dia kesal. Ingin membantah tapi papanya lagi diruang tamu, bisa-bisa habis jajan bulanannya jika berani membantah mama didepan papanya.

Tama menghela nafas melihat Bagas yang diam, dia tau jikalau anaknya saat ini sedang berprinsip sendiri.

Tama, "Panji, udah gak usah godain adik kamu terus, kan rencananya kamu kemari mau bahas bisnis".

Panji, "Oh iya, Hehehe maaf om, Panji hampir aja lupa". Jelasnya dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, Bagaimana ia bisa melupakan hal sepenting itu?!

Bagas, "Maklumin aja pa, yang namanya dah lanjut usia ya gitu, pikun!" Sindirnya. Lirikan tajam Panji pun tidak dipedulikannya.

Arina, "Bagas, mulut kamu ituloh! Udah pi ajak aja Panji ke ruang kerja papi, mama mau ke dapur, masak buat makan malam"

Bagas, "Tumben mama ke dapur, biasanya juga bi Imah". Sindirnya.

Arina, "Kamu pikir mama malas hah? Dasar anak setan!".

Bagas, "Kalo aku anaknya berarti mama setannya dong, Hahaha!!".

Tawanya pecah seketika, Bagas menghindar dari lemparan bantal mamanya lalu berlari ke kamarnya. Pria dengan tinggi 176 cm langsung ngacir ke kamarnya demi menghindari amukan papa dan mamanya.

Panji hanya menggelengkan kepalanya melihat betapa absurdnya remaja 17 tahun itu.

Tama, "Emang gitu adik kamu itu, Om sama Tante pusing, Bagas bandelnya minta ampun". Tama memijit pelipisnya.

Arina, "punya Anak satu berasa kayak punya anak sepuluh!". Protesnya.

Panji, "Makanya Tante sama om bikin anak lagi dong, kata orang kalau anak yang bandelnya kebangetan punya adik, bandelnya bakal berkurang".

Tama, "Kita udah tua Ji, mana bisa punya anak? Apalagi Tante kamu kayaknya udah menopause". Jelasnya sembari melirik isterinya.

Arina, "Ngomong sembarangan lagi, mami jamin jatah bulanan papi berkurang!". Ancamnya

Tama, "Jangan dong mi! Gak adil namanya". Protesnya, Bagaimana bisa Tama menjalani hari-hari kerjanya tanpa energi dari istrinya di ranjang?!

Panji, "Hahaha...! Om kualat tuh sama Tante". Ejek Panji kepada pamannya.

Arina, "Haid tante masih lancar kok! Tante sama Om juga susah punya anak, sekali keluar eh bandelnya kebangetan! ngurus satu aja tante capek, apalagi kalo ngurus 2?!". Celetuk Arina.

Tama, "Om gak tau deh, kalau bandelnya kayak gitu gimana kalo dia udah nikah nanti?". Bingungnya.

Arina, "Kalo nikahnya sama cewek pasti istrinya gak bisa ngatur Bagas nya, secara kan Bagas keras kepala"

Tama, "Huush! Mami kok ngomong begitu, Gak mungkin kan kalo kita nikahin Bagas dengan cowok?"

Arina, "Emangnya kenapa Pi, Apa masalahnya? Mami setuju kok"

Tama benar-benar gemas dengan istri tercintanya. Pantas saja Bagas keras kepalanya minta ampun, Mungkin sifat Arina lah yang menurun pada Bagas. Soalnya dulu, Arina dikenal sebagai cewek tomboy yang nakal dan pembangkang di sekolah.

Panji, "Kalo Bagas nikahnya ama cowok, Emangnya Tante gak mau punya cucu?".

Arina, "Itu mah gampang! Tinggal cari aja calon suaminya, soal anak kan tinggal ML doang habis tuh Bagasnya hamil dan punya anak bareng suaminya dah, selesai! Gitu aja kok repot". Nyinyirnya.

Panji😐

Tama😌