webnovel

Hutan Asing

Reynald memandang Clowsien dengan tatapan aneh, ingin rasanya ia tertawa, tapi takut wanita itu akan tersinggung. Clowsien cantik dengan pakaian ala kerajaan, seperti itu lah penampilan Clowsien saat ini.

"Apa kau sedang mengikuti karnaval?"

Tanya Reynald sedikit mengejek.

"Karnaval, apa itu karnaval?"

Balas Clowsien dengan jujur, terlihat jelas ekspresi polos dari wajahnya, menandakan kalau ia tak mengerti dengan ucapan Reynald.

"Maksud mu, kau tidak tau karnaval itu apa?"

Clowsien menggeleng, sedangkan Reynald mengernyitkan keningnya, 'apa mungkin wanita itu hanya berakting? pasti dia bisa jadi aktris karena ekspresinya benar -benar menakjubkan, masa karnaval saja tidak tahu,' bisiknya tak percaya.

"Sudah, lupakan saja," Reynald terdiam sesaat, namun matanya masih terus menatap Clowsien.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Kembali Reynald bertanya seolah sedang mengintrogasi tersangka.

"Bukankah tadi aku sudah bilang, kalau aku tinggal di hutan ini," sahut Clowsien santai.

"Aa... Begitu rupanya, apa kau ini tarzan versi wanita," ejek Reynald tak percaya.

"Apa kau sedang meledek ku ? Kalau bukan aku yang menolong mu, mungkin sekarang kau sudah mati," Clowsien menaikkan nada suaranya.

"Oh, ia betul juga, tapi bagaimana bisa kau menolong ku?" kali ini Reynald menaikkan sebelah alisnya, ia menatap Clowsien penuh curiga, bisa-bisanya wanita itu mengarang cerita, pikirnya.

"Karena aku bisa terbang," balasnya enteng.

"Apa? terbang? Hahahaha... kau ini benar-benar lucu, jangan mengada-ngada, apa kau pikir aku ini bodoh, bisa kau tipu begitu saja,"

"He! kau itu hampir saja jatuh bersama kuda besi itu, beruntung aku cepat menangkap mu, apa kau tak percaya kalau aku bisa terbang ?" Clowsien berteriak menjelaskan, ia tak terima di sebut dengan penipu.

"Kuda besi? Apa itu kuda besi?"

Reynald mengulang kata-kata Clowsien, ia belum paham dengan ucapan wanita itu.

"Ikut aku, akan aku tunjukkan,"

Clowsien melangkah cepat, menuju tepian jurang, di bawah sana sudah ada mobil milik Reynald yang sudah terjatuh, mobil itu terlihat bonyok, Reynald menoleh sedikit ke arah jurang, sebab ia takut akan ketinggian, namun alangkah terkejutnya ia saat melihat mobil kesayangannya berada di bawah sana.

Reynald terduduk, ia memegang kepalanya, berusaha untuk mengingat apa sebenarnya yang telah terjadi, apa mungkin ia menjatuhkan mobil itu, tapi bagaimana bisa ia sampai di sini, tepatnya di tengah hutan ini.

"Di mana pertama kali kau melihat ku ?"

Reynald bertanya dengan serius, berharap akan ada jawaban yang masuk akal.

"Di sini, di dalam kuda besi itu," ucapnya sambil menunjuk ke arah mobil Reynald yang sudah terjatuh.

Reynald semakin pusing, ia berusaha mencerna kata-kata Clowsien.

Mungkin yang di maksud dengan kuda besi itu adalah mobil miliknya.

"Siapa kau sebenarnya? Reynald terdiam sesaat, kemudian melanjutkan lagi kalimatnya.

"Jangan bilang kalau kau sedang berayun di atas pohon, kemudian menemukan aku di sini," ucap Reynald asal, tidak mungkin wanita itu datang secara tiba-tiba, jika bukan untuk mengejarnya, mungkin saja Clowsien memang salah satu dari penggemarnya, pikirnya lagi.

"Bukan di atas pohon, tapi di dalam pohon, aku sudah terkurung di pohon ini selama ratusan tahun,"

Mendengar ucapan Clowsien sontak membuat Reynald tertawa, ia sudah tak bisa menahan tawanya lagi, bisa-bisanya wanita itu mengarang cerita.

"Akting mu lumayan juga, kalau mau aku bisa mengajak mu bermain di film terbaru ku nanti, hahaaaa," lagi-lagi Reynald tertawa hingga memegangi perutnya, ia tak percaya dengan ucapan Clowsien.

"Apa kau sedang menertawai ku ?" Kali ini Clowsien terlihat serius, ia menatap lekat ke arah Reynald, hingga membuat Reynald gugup.

"Ehhh... aku ini cuma bercanda, hee.."

Sahut Reynald cengengesan, agaknya ia merasa risih melihat tatapan Clowsien, walaupun menurutnya Clowsien memiliki mata yang indah, tapi tetap saja membuatnya takut.

"Apa kau takut?" Clowsien mendekat ke arah Reynald.

"Ahh, bukan begitu, bagaimana kalau sekarang kita cari jalan saja untuk keluar dari hutan ini," Reynald mengalihkan pembicaraan, ia terlihat gugup, bagaimana pun Clowsien seorang wanita, pasti ia akan salah tingkah jika terlalu dekat dengan lawan jenis, terlebih lagi Clowsien wanita yang sangat cantik, pria mana yang tak akan gugup jika berdekatan seperti itu.

"Baiklah, aku juga sudah bosan berada di hutan ini," Clowsien menjauhkan tubuhnya dari Reynald, namun tiba-tiba saja ia merasa ada sesuatu yang sedang mengintai mereka.

"Ada apa?"

"Ssttt..." Buru-buru Clowsien menutup mulut Reynald agar tidak bersuara. Dari kejauhan terlihat beberapa pohon kecil yang bergoyang, seperti ada sesuatu yang bergerak di sana.

"Itu apa ?" Bisik Reynald pelan, wajahnya terlihat takut, namun tidak dengan Clowsien, ia tampak biasa saja.

"Mungkin babi hutan atau singa," jawabnya enteng, Reynald terlihat takut, ia sedikit gemetar, kalau memang itu seekor singa, mungkin hari ini akhir dari hidupnya.

"Apa kau bisa memanjat?"

Clowsien melirik ke atas pohon.

Reynald menggeleng, jangankan untuk memanjat, melihat ketinggian saja ia sudah takut.

"Kita lari saja bagaimana?" Reynald memberi usul yang di sambut dengan sebuah anggukkan dari Clowsien.

"Baiklah, dalam hitungan ke tiga, kita akan lari," ucapnya memberi aba-aba.

"Satu... Dua... Go..."

Belum sampai hitungan ke tiga, Reynald sudah berlari, secepat kilat ia meraih tangan Clowsien dan membawanya pergi, Clowsien terkejut saat Reynald menggenggam tangannya, namun ia tersenyum, apa lagi saat melihat ekspresi Reynald yang terlihat ketakutan.

"Ayo lebih cepat lagi," Teriak Reynald dengan keras, ia berlari dengan sangat kencang, Clowsien menahan tawanya, ternyata seekor babi hutan begitu membuat Reynald takut.

Mereka terus berlari, sepertinya babi hutan tidak mau menyerah begitu saja, Reynald semakin panik, namun tiba-tiba saja ia mengingat sesuatu, ia pernah mengalami situasi seperti sekarang ini, sekilas terlintas di benaknya, saat ia di kejar oleh beberapa orang, tapi ia tidak tau pasti di mana.

Reynald mulai terlihat lelah, begitu juga dengan Clowsien, ia pun tampak lelah, demi menolong Reynald, ia rela kehilangan setengah dari kekuatan batu kristalnya.

Beruntung babi hutan itu tidak lagi mengejar mereka, mungkin sang babi juga sudah putus asa untuk mengejar.

Reynald terduduk sambil mengatur nafasnya yang masih tersengal-sengal, begitu juga dengan Clowsien, ia tampak letih, harusnya ia bisa menggunakan kekuatannya untuk terbang, atau pun berlari dengan kencang, tapi dia harus lebih menghemat kekuatannya, toh ia juga sudah lama tidak berlari.

Mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak, Reynald merasa haus, namun tidak dengan Clowsien. Tapi tak ada sumber air di hutan itu.

"Apa kau tau jalan keluar dari hutan ini ?" Reynald memulai pembicaraan sambil memperhatikan keadaan di sekitar.

Clowsien menggeleng, sepertinya mereka akan menginap di hutan malam ini.