webnovel

PESTA DAN HARI YANG BARU

Keesokan harinya, semua mulai beraktifitas seperti biasa. Rio sudah bangun duluan dan mengecup pipi mamanya yang masih tertidur lelap, tak lama terbangun dan tersenyum. Lalu menciumi anak lelaki itu dengan gemas. Kerinduan meledak setelah beberapa lama tidak bertemu. Rio hanya berteriak kegelian. Tak lama anak itu pun turun dan menuju kamar neneknya di sebelah.

Safira bangun dan menuju kamar mandi. Setelah itu keluar dengan tubuh dan perasaan yang fresh. Hari ini ada pemotretan dan latihan. Beberapa hari lagi akan di lauching produk fashion signature di sebuah hotel bintang lima. Yang akan di hadiri oleh para tamu undangan khusus dan terbatas. Dan di sponsori oleh produk kosmetik ternama serta majalah fashion.

Wajah tanpa mikeup, sudah cukup bagi Safira. Toh, nanti kan akan di dandani di pemotretan. Mau bermikeup atau tidak, kulitnya tetap terjaga. Setelah selesai dia pun keluar, Rio putranya sudah mandi. Mamanya yang melakukannya, anaknya memang dekat dengan neneknya. Di banding dengan dirinya, hal itu di sebabkan komitmen dengan kemandiriannya. Safira harus bekerja demi putranya, walau Anggia sudah sukses tapi Safira sudah tidak minta uang lagi kepadanya. Tetapi berbeda bila dikasih sebagai uang jajan untuk Rio putranya, Safira tidak keberatan.

Selama ini Anggia memang selalu membelikan apa pun untuk cucunya itu. Dan Safira pun juga tak melarang. Uang gaji yang di terimanya untuk tabungan Rio di masa depan, sekolah, kuliah dan lainnya.

"Mama ... !" Serunya sambil memeluk Safira. Dan Safira memangkunya kemudian menciumnya.

"Sudah mandi ?" Tanya Safira.

"Sudah, sama oma !" Jawabnya, Safira tersenyum. Tak lama Anggia pun muncul.

"Hari ini, kamu mau kemana ?" Tanyanya, melihat Safira cukup rapi.

"Oh ada pemotretan, dan latihan untuk lauching produk Fashon terbaru Indonesia !" Jawabnya.

"Mami, ayah mana ?" Tiba-tiba Rio bertanya. Safira dan Anggia tertegun, dan saling pandang.

"Anu ... sedang kerja dulu !" Jawab Safira.

"Pagi ..." ada sapaan, ternyata Ardhi Wijaya dan Marina.

"Pagi ... " jawab Safira dan Anggia.

"Ayo sini, sama kakek! Kita lihat kolam ikan Koi !" Ajak Ardhi Wijaya, Rio sempat menatap mamanya, Safira pun mengangguk. Dan dia pun turun dan menuju kakeknya, keduanya pamitan duluan. Mereka menuju lift turun ke bawah.

"Ada apa ?" Tanya Marina heran, melihat ekpresi Safira.

"Dia kemarin mengobrol dengan Andrian, termasuk Rio !" Jawab Anggia, Marina tertegun dan menatap Safira.

"Hanya mengobrol biasa kok! Yuk, kita ke bawah saja !" Ajak Safira mengalihkan pembicaraan. Anggia dan Marina hanya mengangguk saja.

Di depan lift rumah, mereka bertemu Dewa, Sheilla dan kedua orang tuanya dan bersama menuju ke bawah. Rumah besar ini berlantai tiga, di tambah rooftop di atas. Ada tangga, tapi mereka lebih memilìh naik lift. Di bawah, para asisten rumah tangga nampak begitu sibuk pagi itu. Di meja makan sudah terjadi sarapan pagi bagai prasmanan. Ada berbagai roti, berserta isiannya ada selai juga. Nasi goreng dengan berbagai topingnya juga.

Sebuah rutintas bila semua anggota Wijaya berkumpul, yaitu sarapan pagi bersama. Hanya itu, bila bisa berkumpul lagi nanti malam, kalau tidak ya, langsung istirahat. Semua menyantap sarapan sambil mengobrol, sebelum berpisah ke tempat kerja masing-masing.

Satu persatu pamitan pergi, termasuk Safira dia mencium pipi putranya sebelum pergi. Rio akan bersama dua neneknya, yang katanya tidak akan kemana-mana hari ini. Walau pergi itu pun belanja kebutuhan sehari-hari.

"Daahhh sayang ...." ucap Safira sambil melambai tangannya dari balik jendela mobilnya.

"Dadah ... Mami ... !" teriak Rio, sambil kiss bye dengan tangannya. Safira tersenyum dan membalasnya sebelum melaju pergi.

Hatinya sedang tenang saat ini, seakan semua beban hilang. Walau masih sedikit memikirkan apa yang dikatakan Andrian serta informasi siapa Daniel papanya yang di terimanya. Membuatnya jadi sedikit mempercayai apa yang di katakannya malam tadi.

"Aku ... minta maaf, Fira! Apa yang telah terjadi !" Ucap Andrian dengan raut muka penuh penyesalan. Kekesalan Safira sebenarnya sudah memuncak ingin marah, tapi sayang ada Rio di antara mereka. Anaknya hanya menatap Andrian. Mungkin itu pertama kalinya menatap papa kandungnya yang selama ini dia tahu dari foto.

Andrian kemudian menatap putranya itu, dia tersenyum. Wajah itu mengingatkan pada dirinya, tak lama tangannya mengulur untuk memangkunya. Safira tertegun dan tak menolak, Rio pun begitu saja membalas dan kini sudah berada di pangkuan lelaki gagah itu.

Tak lama di peluk dan di cium lembut wajah mungil dan menggemaskan itu. Safira memalingkan wajah, hatinya sontak tak beraturan, di satu sisi dia marah, tapi di lain sedih.

"Hallo sayang, maafin papa ya ?" Ucapnya sambil menatap putranya, Rio hanya mengangguk. Seakan yakin bahwa yang ini di depannya memang papanya.

"Bagaimana dengan ... istrimu .." ujar Safira pelan. Andrian melirik.

"Tetap aku lakukan! Tapi itu hanya sandiwara belaka! Dia pun tahu kok, soalnya ini hanya sebatas utang piutang keluarganya !" Jawab Andrian cuek. Safira tertegun.

"Maksudnya ?" Tanyanya heran.

"Safira, kamu tahu pernikahan bisnis ?" Andrian malah balik bertanya. Safira mengangguk, dia pernah mendengar cerita Bagas dan Amira kedua orang tua Dewa.

"Itulah yang terjadi, tak perduli salah satunya saling mencintai atau tidak! Bisnis is bisnis, Paramitha tidak perduli denganku, yang penting keluarganya bisa tetap aman !" Jawab Andrian.

"Serius ?" Tanya Safira tak yakin.

"Maksudmu ?" Kini Andrian bertanya.

"Kalau dia tidak mencintaimu, lalu apa yang dilakukannya? Kaya marah dan cemburu gitu ?" Jawab Safira.

"Ya, kamu di anggap penghalang !" Ujar Andrian.

"Safira, percayalah! Aku tidak pernah menjalin hubungan khusus dengan Paramitha sejak di jodohkan! Karena aku bukan tipenya! Walau kita sudah menikah, yakinlah kita hidup masing-masing! Dia adalah dia, dan aku adalah aku! Pernikahan hanya sebatas kertas saja !" Jawab Andrian. Safira terdiam seakan bimbang.

"Aku tak mau turut campur! Yang jelas, kamu sudah miliknya !" Ujar Safira, kemudian mengambil Rio dari pangkuan Andrian.

"Aku tidak perduli sekaranb! Sampai kamu sudah tidak bersamanya lagi, mungkin akan aku pikirkan! Untuk saat ini, jangan lagi mendekatiku !" Ucapnya tegas, Andrian terdiam. Dia tahu tadi papanya sudah kembali 'menasehatinya'.

"Oke, tak masalah! Tapi, aku harap kamu mengerti atas penjelasanku hari ini! Aku tahu semua salahku, kamu berhak marah dan benci kepadaku! Tapi, aku tak menampik ada anak di antara kita !" Ujar Andrian, menatap Safira, perempuan itu hanya memalingkan wajah, dia menahan untuk tidak menangis lagi.

--------------

Safira, menghela nafas, tak lama dari siaran radio terdengar.

"Pendengar sekalian, kita akan mulai berita selebriti pertama hari ini, tahu kan selebgram Paramitha yang baru saja menikah malam tadi, akan melanjutkan serangkaian pesta di Bali! Sekalian bulan madu ..." Safira langsung mematikan radio dan menyetel musik. Dia tidak mau moodnya hari ini rusak begitu saja.

Dan memang hari ini Andrian dan Paramitha terbang ke Bali untuk melanjutkan serangkaian acara lainnya. Kalau untuk ini Sheilla tidak turut campur, karena hanya acara pernikahan dan pesta lainnya di Jakarta yang di tangani WO nya. Kini gadis itu menuju kampusnya kembali.

Sedang Dewa, menuju kantornya. Tapi sudah di sibukan oleh telpon dari teman se gangnya, yang mengajaknya ke Bali. Dewa menolak karena peluncuran produk Fashion Signature sebentar lagi akan dimulai. Selain itu ada pertemuan dengan berbagai klien.

Safira tiba di Palm Entertaiment terlebih dahulu, sebelum Dewa. Setelah turun dia menuju ke lantai 10, dimana pemotretan untuk sebuah majalah dan katalog yang akan di bagikan di acara peluncurannya nanti. Dia di sambut oleh manajernya dan di bawa keruang rias khusus untuknya. Ada dua model lain dari Palm model yang akan menemaninya.

Manajernya bertanya, mau makan siang apa dan lainnya. Di ruangan ini ada kaca rias besar, lemari baju, toilet, kulkas dan lainnya sangat lengkap. Safira sudah merasa seperti model papan atas, di Amerika saja yang seperti untuk artis atau model kelas satu. Pada saat itu dia hanya level menengah saja, dan itu sudah cukup tinggi.

Seorang penata rias profesional datang, bersama penata busana dan lainnya, untuk ukurah Indonesia sudah cukup oke, menurut Safira. Dengan ramah dia menyapa semuanya. Dan mereka semua bergaya gemulai dan hal itu selalu membuatnya tertawa dengan tingkah lucu mereka. Latahnya, candanya dan tentu saja gosip panas. Salah satunya ya, bukan tak lain weddingnya Andrian dan Paramitha. Safira hanya menghela nafas, mau tidak mau harus terbiasa dengan ini, toh kini dia sudah masuk ke dunia Entertaiment, walau sebatas model.

Bukan tanpa sebab, sederet pekerjaan sudah ada dalam jadwal kerjanya. Termasuk bintang iklan berbagai produk, baik di Indonesia, Singapura atau pun Malaysia. Selain melangkah di berbagai panggung Fashion Show. Dan itu cukup menyita waktunya, serta akan sedikit melupakan apa yang terjadi ...

Bersambung ..l