Perut Arina sudah terlihat sedikit buncit, ia setia menemani Farro, dengan kondisi lusuh, stress, depressi sudah tak baik lagi kesehatannya. Sampai ia terus pendarahan, emosinya tak terkendali lagi, ia tetap harus menunggu Farro untuk bangun. Keluarga menguatkan Arina, benar-benar khawatir dengan gadis itu.
"Nak, kamu istirahat ya makan. Pasti kamu capek." Ujar mama Suzy, ia menyeka air matanya sendiri, rasanya terenyuh rasa cinta Arina pada Farro begitu besar.
"Nggak, Arina nggak mau ninggalin Farro sendirian. Ma," ujar Arina, matanya yang sebab, bibir yang kering. Wajah yang sangat pucat.
"Arin ... Ma--" perkataan itu terpotong.
"Mama keluar!!!!" teriak Arina histeris.
Suzy langsung keluar meninggalkan Arina, semenjak Farro koma, kesedihannya menggangu mentalnya Arina. Suzy takut akan terjadi sesuatu pada Arina.
"Sayang ayolah bangun ... Ayolah Farro. Aku di sini ..."
"Anak kita pengen ttaebokki buatan kamu,"
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com