"Aku juga menyukai mu."
"Huh, apa?" Dari sekian banyak kalimat yang terpikirkan olehku, mengapa yang keluar adalah kalimat sakral itu. "Kau pasti bercanda kan?"
Joshua menatapku lekat-lekat. Pertanda bahwa hal serius akan terjadi sebentar lagi dan aku bertaruh bahwa itu bukanlah hal yang bagus untukku. Atau sebaliknya? Entahlah. Batinku sudah kacau untuk menerka-nerka.
"Apa aku terlihat bercanda bagimu?"
"Em... Tidak sih." Saking gugupnya aku malah menggaruk belakang kepala, seperti yang biasa dilakukan orang bodoh. "Tapi, bagaimana bisa?"
"Aku pun tak tahu," jawab Joshua seraya menundukkan wajah. "Aku ingin terus bersamamu."
"Joshua, aku memang menyukai mu, tetapi jika pernyataan ini hanya berdasar rasa simpati, sebaiknya jangan diteruskan."
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com