'Halo lagi, apa kau memiliki nomor Bryan?'
Mataku terbelalak, sampai sebesar- entahlah, yang pasti aku berusaha mencerna baik-baik pesan yang baru saja ku terima. Setelah berulang-ulang membaca (kira-kira sampai genap tujuh kali) aku meyakini bahwa penglihatanku masih bekerja dengan benar.
Aku jelas tahu siapa 'Bryan' yang dimaksud oleh Joshua. Tentu saja bukan aku. Baginya, aku adalah Lucas, seseorang yang meminta secarik tanda tangannya untuk diberikan pada seorang teman bernama Bryan. Dan, bagi Joshua, sosok Bryan adalah lelaki beralis tebal yang berdiri di sebelahku sewaktu bertemu kembali sewaktu di Soxis University.
Kebetulan nyatanya sangat menyeramkan ketika semuanya terasa saling menghubung. Padaha aku tak sengaja melakukan itu. Padahal aku bermaksud mengaku dikemudian hari ketika keadaan jauh lebih kondusif daripada saat ini. Sialnya aku lupa memberitahu Lucas mengenai rencanaku dan malah membiarkan dia merangsak berdiri di dekatku pada waktu tak tetap.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com