Lucas lebih dulu menenggak segelas air sebelum menjawab pertanyaan Dad. "Tempatnya sangat bagus, mahasiswanya ramah-ramah dan tak rasis." Dia mengakhiri ucapannya sambil melirik ke arahku, entah apa maksudnya.
"Kau sudah menceritakan itu tadi, bukan yang itu, apa senior di sana cantik?"
"Dad, tujuan kita masuk ke kampus bukan untuk mencari pacar." Aku mengingatkan.
"Kita juga perlu yang itu," kata Dad. "Selama ini aku tak pernah melihatmu membawa pacar ke rumah, setidaknya sekali-kali bawa teman perempuanmu ke sini." Dad mengedipkan satu mata ke arahku, menggodaku.
Layaknya candaan para orang tua yang kerap kali meminta anaknya membawa pasangan ke rumah. Aku tak menyalahkan keinginan Dad untuk bertemu dengan pasanganku, sayangnya sampai sekarang pun aku tak tahu dengan jelas kelanjutan hubunganku dengan Joshua. Belum lagi ada satu masalah lain. Diam-diam aku melirik pada Lucas.
"Kenapa kau melihatku?" Tatapan angkuhnya hampir membuatku melemparkan gelas kaca ke arahnya. Hampir.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com