Badai telah berlalu.. Mungkin itu tak cocok untuk Lova dan Aeden yang tak kenal badai, tapi, ketakutan Lova tentang pria yang mencoba membunuh Aeden telah berlalu. Hari ini, ia bisa keluar dari kediaman Aeden lagi dan itu sangat menyenangkan untuknya. Tidak, Lova tak merasa terkurung sama sekali, hanya saja bisa keluar tanpa membuat Aeden cemas adalah hal yang sangat melegakan untuknya.
"Mau aku temani, Lova?" Sarah bertanya ketika Lova hendak keluar dari kediaman Aeden.
"Sepertinya, aku tidak terlalu membutuhkan teman. But, Addison's girl mungkin membutuhkan teman."
"Apa yang bisa aku lakukan dengan anak-anak, Lova?"
"Ayolah, dia sudah 13 tahun. Dan aku pikir remaja diusia itu tidak begitu merepotkan. Lagipula, Clary cukup manis, aku yakin kau akan menyukainya."
Sarah menimbang kata-kata Lova, "Ya, sepertinya dia memang membutuhkan teman."
"Kalau begitu aku pergi."
"Ya, hati-hati dijalan."
Lova tersenyum lalu pergi.
♥♥
"Bagaimana sekarang?" Seorang wanita bertanya pada pria yang membelakangi tubuhnya. "Tak ada penjagaan untuk Lova lagi."
"Bersabarlah, Lovita. Kita tunggu sedikit lagi. Dua atau tiga minggu lagi. Saat ini Aeden masih mengirimi orang untuk mengawasi Lova dari jauh. Kita tidak akan bisa menyentuhnya jika orang-orang itu masih ada di dekat Lova. Dan lagi, Lova bukan wanita yang dengan mudah bisa diculik." Pria itu meneguk wine yang berada di dalam gelasnya.
"Baiklah. Menunggu sedikit lama tidak masalah asalkan Lova tewas."
Pria yang membelakangi Lova tersenyum kecil, "Kau begitu membenci adikmu sendiri, Lovita. Padahal kalian hadir dari sperma yang sama."
"Aku tidak menyukai kehadirannya. Dia hanya kesalahan yang dibuat oleh Daddy. Dia membuat keluargaku jadi tak senyaman dulu. Dan dia merebut pria yang aku inginkan jadi priaku."
"Lantas, apakah kau berpikir setelah Lova tewas, Aeden akan mendekat padamu?"
"Aku bukan Joce yang akan menargetkan Aeden lalu bunuh diri setelah berhasil membunuh Aeden. Jika Aeden tak bisa aku miliki maka Lova juga tak bisa memilikinya. Siapapun yang berada di sisi Aeden akan aku bunuh." Lovita membalas dingin, "Dan, ya, aku pikir dia memang tak akan mendekat padaku karena kau akan membunuhnya."
"Ah, benar." Pria itu menganggukan pelan kepalanya, "Aku pernah merasakan wanita yang aku cintai tewas, dan rasanya itu buruk. Kau baik-baik saja dengan itu?"
"Hidup harus terus berjalan. Yang mati biarkan mati."
Pria itu membalik tubuhnya, ia tersenyum, mealangkah menuju ke Lovita dengan tangannya yang masih memegang gelas wine, "Harusnya wanita yang aku cintai dulu berpikir seperti kau, Lovita. Jadi dia tidak akan mati karena dicampakan oleh Aeden."
"Bodoh jika aku memilih mati sedangkan dia bahagia dengan wanita lain. Jika aku tak bahagia maka dia juga harus tak bahagia."
Satu tangan kokoh melingkar di pinggang Lovita, "Aku suka cara berpikirmu. Itulah kenapa kau lebih cocok menjadi partnerku." Bibir pria itu mendarat di bibir Lovita. Dan tentu saja ciuman itu mendapatkan balasan.
"Setelah menunggu, kita pasti akan mendapatkan Lova dan Aeden. Kau dengan dendammu dan aku dengan dendamku. Setelahnya kita bisa hidup bersama." Bisik pria itu seduktif. Ya, mereka memang sudah benar-benar menjadi partner, bukan hanya untuk membunuh Aeden dan Lova tapi juga di ranjang dan di bidang bisnis.
Pria yang memeluk Lovita adalah pria yang menyumbangkan banyak uangnya untuk membantu Lovita. Tidak, bantuan itu tidak gratis karena si pria tahu hanya Lovita yang bisa membawa Lova padanya dengan cara yang tak terlalu mencolok. Seorang saudara mengajak saudaranya pergi, bagian mana yang akan mencurigakan.
Dendam, hal ini membawa dua makhluk berbeda jenis kelamin ini menjadi dekat. Mereka pernah bertemu sebelumnya, beberapa kali lebih tepatnya, namun mereka tak saling sapa hingga pada suatu hari si pria menawarkan bantuan dan meminta imbalan. Dengan tubuhnya dan juga kehidupan sang adik yang ia benci. Well, bagi Lovita, tak masalah jika ia harus menyerahkan tubuhnya untuk membalaskan dendamnya. Ia telah begitu sakit hati dengan sikap Aeden padanya. Jika Lova mati maka Aeden akan sengsara, dan setelahnya Aeden juga akan mati. Cinta yang dia punya untuk Aeden tak bisa bersuara, kalah karena kebencian yang menyelimuti hatinya.
Sejauh ini permainan pria itu tak terbaca oleh Aeden. Setelah beberapa orangnya tewas ia masih belum ingin berhenti. Satu percobaan gagal maka ada banyak kesempatan untuk mencoba lagi.
Dengan menggunakan Joce, pria ini membuat seakan orang yang ingin membunuh Aeden telah tewas. Joce adalah salah satu bagian dari orangnya. Ia yang merencanakan tapi Joce yang menjalankan. Mr.X, selama ini Jocelah yang menggunakan nama itu. Sementara pria yang berada di belakang Joce, ia tak terendus sama sekali. Ia bermain dengan sangat bersih dan pintar.
♥♥
Lova dan Aeden berada di sebuah ballroom hotel mewah. Aeden tahu jelas akan ada acara apa disana, sementara Lova, dia baru mengetahuinya ketika mereka sedang berada dalam perjalanan ke hotel.
Lamaran untuk Beverly, dan itu membuat Lova senang. Ia tahu benar bagaimana cinta Beverly untuk Oriel. Dan Lova bahagia karena pada akhirnya pilihan Beverly tak menyakiti dirinya sendiri.
Di hotel, Lova melihat dua temannya sudah hadir. Karena mereka sudah beberapa kali menghadiri pesta bersama maka mereka tak perlu berkating tak kenal lagi. Lova dengan ramahnya menyapa Qiandra dan Bryssa.
Lova tahu saat ini situasi tidak terlalu baik untuk Qiandra karena ayahnya tengah ditahan oleh kejaksaan karena kasus yang diungkap oleh Ezel. Lova tak bisa ikut campur jika Qiandra tak meminta bantuan.
"Malam ini kalian terlihat cantik." Lova memuji dua rekannya. Di sampingnya masih ada Aeden yang seakan tak mau melepasnya. Nah, jika di dalam rumah biasanya Lova yang bersikap posesif tapi kalau sudah berada di tengah pesta, jangan harap Aeden akan melepaskan tangannya dari pinggang Lova. Aeden tak akan membiarkan pria melirik ke arah wanitanya.
Ketika Lova bicara dengan dua temannya. Aeden bicara dengan dua sahabatnya. Membahas beberapa hal yang tak begitu Lova pedulikan.
"Mereka datang." Aeden tersenyum melihat Oriel dan Beverly yang melangkah menuju ke keluarga Oriel. Sangat menyenangkan bagi Aeden melihat Oriel seperti ini. Ya, dia juga pasti akan membuat sebuah kejutan untuk Lova. Hanya saja saat ini ia sedang memikirkannya. Kejutan manis seperti apa yang akan membuat Lova tersenyum ketika mengingatnya.
Aeden bukan tipe pria romantis untuk wanita lain, tapi bersama Lova. Dia menjadi lebih romantis dari pria romantis yang ada di drama atau novel.
Mafia mungkin terlihat sangat berbahaya. Tapi percayalah, mereka pasti akan lembut pada sosok wanita yang ia cintai. Seperti Aeden, Ia pasti akan bicara lembut pada Lova meski beberapa detik sebelumnya berteriak kencang pada bawahannya karena tidak becus bekerja.
Aeden hanya menunggu waktu yang pas. Dia akan segera menyusul Oriel. Rencana hidupnya kedepan sudah sangat ia perhitungkan, pertama ia ingin menikah dengan Dealova, memiliki anak yang lucu dan setelahnya tua dan mati dalam pelukan Lova. Hell, benar-benar perhitungan yang terencana.
tbc