PRANG!
"Kyaaa!"
Aku tersentak mendengar suara pecahan kaca dan suara orang berteriak. Aku terkejut melihat sesuatu terjatuh dari atap apartemen.
Bukan sesuatu, tapi seseorang.
Tanpa pikir panjang aku langsung berlari menuju tempat seseorang yang terjatuh yang kini terbaring dengan telungkup. Dia berjenis kelamin perempuan.
Darah mengalir dari kepalanya, dan tak jauh dari tubuhnya terdapat pecahan kaca dan bingkai kaca mata. Tak jauh dari tubuh itu pun, terdapat pagar pembatas.
Aku melihat raut wajahnya yang tak dapat terbaca. Ada rasa takut, trauma, dan tegang.
"Cepat panggil Ambulance!" teriakku.
Salah seorang dari mereka mengambil ponselnya, sementara dua orang yang tak jauh dariku mengarahkan telunjuknya ke arah atap dengan wajah ketakutan.
"Pe-pembunuh!" Seorang laki-laki bermata sipit berseru.
Aku menengadah dan terkejut! Tidak mungkin! Itu Namira!
***
"Kang Jae!"
Wanita bersurai hitam legam itu memelukku, begitu aku sampai di kantor polisi.
"Kamu akan baik-baik saja. Percayalah padaku, Namira!" Aku menepuk-nepuk pelan bahunya.
"Tapi, aku akan menginap semalaman di sini. Aku takut, Kang Jae."
Dia merengek manja meski ia sudah memiliki satu anak saat ini di usianya yang terbilang belia, 21 tahun. Namun, aku tak berdaya. Dia adalah tersangka meski aku yakin bukan Namira pelakunya.
"Hanya semalam, kamu tak perlu takut! Aku akan menyelidikinya agar kamu bebas. Paham? Aku sudah pulang dan anakmu aman bersama Yoona saat ini. Jadi, tenangkan dirimu saat ini ya, Namira?"
Aku membujuknya sambil memberikannya senyuman. Aku tahu bukan dia yang merasa ketakutan, tapi Namira takut tidak ada yang menjaga putrinya yang kini sudah berusia 2 tahun di apartemen miliknya. Gedung yang sama, di mana seorang lelaki tadi terjatuh dari atas gedung apartemen sederhana berlantai 5 itu.
Waktu memang cepat berlalu, dan Namira menuruti saran Yoona untuk tidak ikut dengan Keisuke ke Jepang waktu itu. Saat ini, aku masih menjadi suami Yoona, dan juga pelindung bagi Namira. Tentunya.
Kulihat Namira tersenyum dan mengangguk saat aku membahas jika anaknya tengah baik-baik saja, di tangan yang tepat. Tentu saja.
Hubungan Yoon dan Namira sangat baik selama ini. Bahkan, mereka sering kali mengabaikanku ketika mereks berdua sudah sibuk membicarakan harga bahan pokok yang meningkat hingga membicarakan masalah keluarga tetangga, garis miring berghibah ria. Tentu saja. Apa lagi yang dibicarakan wanita kalau sudah berkumpul, heh? Pasti bergosip.
"Jangan takut, Namira! Kang Jae sudah berada di sini."
Aku mengusap kepalanya.
***
Aku kembali ke apartemen, di mana Namira tinggal di salah satu tempat itu. Tepatnya, TKP tragedi pembunuhan tadi berlangsung. Di atap teratas apartement.
Ini memang kasus pembunuhan, tapi entah bagaimana caranya pelaku membuat korban menjatuhkan dirinya dari atap, membuatnya seolah-olah bunuh diri.
Namun, karena ada Namira di sana, pelaku merubah rencananya, menjadikan Namira pembunuh karena dia tau cepat atau lambat, polisi akan menemukan bukti bahwa kasus ini bukanlah bunuh diri, tapi pembunuhan.
Baut. Pagar pembatas yang jatuh bukan karena sudah lapuk. Dilihat dari cat yang tidak terkelupas, kemudian ada beberapa baut yang hilang. Dengan kata lain, baut itu sengaja dilepas sehingga hanya dengan sentuhan ringan langsung terjatuh.
Aku rasa, pelaku sebenarnya adalah orang yang pertama kali meneriaki Namira sebagai pelaku. Karena saat orang-orang terfokus pada Namira, aku melihatnya mengambil sesuatu dari TKP. Tapi itu hanya dugaan, aku akan menyelidikinya lebih lanjut.
Jangan tertawakan aku yang bersikap sok jadi detektif seperti ini! Sebenarnya, sejak dulu aku sering bermimpi untuk menjadi aparat kepolisian. Namun sayangnya, aku malah berakhir jadi anjing liarnya seorang bos besar. Dan kini malah berakhir sebagai penjual onde-onde.
Meski begitu, jiwa detektifku sering meronta jika ada kasus-kasus seperti ini. Apalagi kasus ini bahkan sampai melibatkan Namira-ku. Aku akan mencari tahu siapa pelakunya, agar Namira segera terbebas.
Bersambung ....