Lanjutan Episode 2.
Bisa jadi saling bermanfaat, atau jadi tak punya empati.
..
Banyak sekali cerita untuk dikupas, banyak sekali makna yang tersembunyi. Sebab seringkali tak bisa dimengerti, semua hal pasti punya maksud.
Makin kesini, aku banyak melihat fakta yang diputar balik. Anehnya, sang pelaku tak merasa sama sekali. Padahal mulutnya diberi sinyal oleh isi kepalanya.
Pancarannya jadi liar, bisa jadi gergaji mesin yang siap kapanpun mengoyak-oyak jantung.
Meski akhirnya kami disatukan, perlu tameng yang satu triliun lipat tebalnya untuk menahan setiap ocehan bangkai gagak.
Perdebatan saling tindih dengan perseteruan, kalimatnya ringkih. Segelintir manusia tak segan menghabisi napas lawannya, meski satu darah.
Maka, aku makin menghindari perseteruan. Karena, hawa napsu manusia sangat beraneka ragam. Bukan takut atau pengecut. Rasanya sia-sia berdebat dengan manusia yang kepalanya digandeng syaitan. Rasanya cuma menghabiskan energi berbicara dengan manusia yang mengedepankan ego, yang tak mau memberi kesempatan pada orang lain berpendapat untuk mencapai mufakat. Jadi, rasanya diam lebih baik. Nanti juga lelah sendiri. Nanti juga bosan sendiri.
Nanti juga mati sendiri.
***TAMAT***