"Iya iya,,, aku tahu, sudahlah cepat sarapan dan pergilah bekerja, hasilkan uang yang banyak kali ini". Zein kemudian melahap roti yang telah ia baluri selai kacang kesukaannya.
"Jawab dulu pertanyaanku tadi?" Ketrin kembali bertanya dan memastikan sesuatu pada Zain.
"Apa lagi? aku sangat lapar". Zain masih belum fokus dengan maksud kakaknya.
"Pria yang semalam menolongmu, menolong kita, bahkan kakak merasa bahwa dia yang membuat tubuh kakak kembali pulih seperti sekarang, apa kamu tahu sebenarnya apa yang terjadi???" Ketrin kemudian mendadak memasang wajah yang sangat serius, dia meletakkan roti yang tadi sudah ia pegang dan menatap dalam ke mata zein, seakan sebentar lagi bola matanya lompat ke luar.
"Apa maksudmu kak? ada apa sebanarnya???" Zain berhasil di buat penasaran setelah melihat wajah kakaknya yang sangat serius.
"Ah,, aaaah tidak,, tidak,,, tidak,, jangan bahas soal itu sekarang" Ketrin kemudian berpikir lagi, bahwa tidak akan ada hasil apa-apa jika dia menceritakan soal keadaan dia yang sebenarnya semalam, tubuhnya yang seperti sudah tidak memiliki tenaga sedikitpun, tiba-tiba tersadar dan merasakan pemulihan yang sangat cepat.
Ketrin mengambil kembali rotinya dan melahap itu sambil tatapannya terus kosong memikirkan tentang semua kemungkinan pria yang semalam menolongnya.
"Aku kan sudah bilang semalam, kalau aku juga belum pernah melihat dia sebelumnya dan bahkan aku tidak tahu nama dia siapa" Zain akhirnya menjawab rasa penasaran Ketrin, walaupun jawaban itu tidak bisa memuaskan keingintahuannya sama sekali.
"Lalu bagaimana bisa dia masuk ke rumah ini dan membantumu, bahkan kamu mempercayakan dia menjagaku di rumah, dan kamu pergi ke luar mencari bantuan lain? apa kamu sudah gila???" Ketrin terkejut mendengar penjelasan Zein, yang sebenarnya sudah ia katakan semalam, namun Ketrin tidak begitu fokus dengan semua yang terjadi semalam.
"Aku panik, dan bahkan lebih tepatnya aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan semalam, apa kamu bahkan tahu? semalam aku terus mengetuk pintu kamarmu, berbicara omong kosong kesana kemari, aku meminta maaf dengan tulus, menangis seperti bayi kecil di depan pintu kamarmu, tapu kamu tetap tidak menjawabku, padahal lampu kamar kamu menyala, dan aku yakin kamu pasti masih terjaga, karena kamu tidak akan bisa tidur jika lampu itu masih menyala".
Zein mulai menjelaskan situasi yang sebenarnya terjadi semalam.
"Dan lebih menakjubkannya lagi dari pria itu, saat aku duduk terpuruk menanti jawaban dari kamu, dia lari entah muncul dari mana, dia tergesa-gesa dengan nafas yang tersengal seperti habis melihat hantu, mendorongku sampai-sampai aku terlempar ke arah sini" Zein menunjuk bawah kursi meja makan yang saat itu di duduki oleh Ketrin, karena meja makan tidak berada jauh dari pintu kamar Kakaknya itu.
"Kemudian dia berusaha mendobrak pintu kamarmu, aku masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi sampai saat itu, aku langsung melawannya namun dengan mudah dia meyakinkanku dengan mengatakan, bahwa kamu sedang sekarat di dalam kamarmu, bukankah itu gila???" Zein semakin bersemangat dan menggebu-gebu menceritakan semua kejadian itu.
"Apa kamu bilang? dia tahu apa yang sedang menimpaku di dalam kamar ini?" Ketrin merasa tidak percaya dan mencoba mencari penjelasan sambil menunjuk pintu kamarnya untuk memastikan semuanya pada Zain.
"Iya betul, aku tidak sedang mengarang cerita saat ini, semalam bahkan aku sempat tidak bisa memejamkan mataku, saat ingat lebih dalam lagi apa yang baru saja terjadi, dia mengatakan itu dan aku langsung percaya, akhirnya aku tidak berpikir panjang lebar, langsung membantunya mendobrak pintu, dan disaat kita berdua berusaha, tiba-tiba dia memintaku mengambilkan air minum untukmu, dia betul-betul terlihat khawatir dan memikirkan agar aku menyiapkan air untukmu, jika nanti pintu sudah terbuka, air itu akan ia gunakan sebagai pertolongan pertama untukmu".
Zein kemudian berdiri dan memperagakan semua kejadian semalam.
"Disini, dia memegang pintu ini sendirian, dan aku pergi ke dapur membawa air sesuai perintahnya, seperti sebelumnya, aku hanya langsung menuruti apa yang ia katakan" Zein kemudian mendekat pada kakaknya, dan memegang tangannya. "Kamu kendalikan dirimu, aku akan mengatakan yang lebih menakjubkan lagi dari pria itu.
Ketrin hanyut dalam cerita Zein dan mengangguk pada apa yang Zein katakan padanya.
"Saat aku berbalik badan dari meja makan ini untuk membawa air minum dan mendekat ke kamarmu, pintu kamarmu ini telah terbuka, dan aku tidak sempat berpikir kemana-mana lagi setelah itu, karena aku langsung melihat kamu yang terbaring di lantai, lemas, dan dalam keadaan tidak sadarkan diri".
"Apa kamu sedang mempermainkanku sepagi ini?? apa dengan cerita bodohmu ini aku bisa memaafkanmu dan terharu karena kamu telah menyelamatkan hidupku? adik tidak tahu diri, sudah!!!! lebih baik kamu pergi ke sekolah sekarang!!!" Ketrin langsung tersadar, dia berpikir Zein sedang mengarang cerita tentang sosok pria itu, dia hanya sedang mempermainkan dirinya.
"Kak!! Dengarkan dulu!!? aku sama sekali tidak mengarang cerita, semua yang aku katakan benar adanya, setelah itu kami kesulitan untuk meminta bantuan, tidak ada dari kami yang memiliki ponsel, ponselku mati dan butuh waktu untuk menyalakannya, dan tidak ada waktu lagi aku langsung berlari keluar , dan untuk kesekian kalinya itu juga adalah perintahnya, dan aku langsung melakukan semuanya sesuai yang ia katakan, dia memintaku mencari bantuan keluar, mencari kendaraan untuk membawamu ke rumah sakit, tapi setibanya aku dari luar dan membawa teman-temanku, seperti yang kamu lihat semalam, aku terkejut bukan main, melihat kamu sudah duduk di atas ranjang dengan wajah yang seakan tidak terjadi apa-apa sebelumnya, aku pikir ada sesuatu sengan pria itu".
Ketrin tidak lagi melihat wajah adiknya yang sedang seru menceritakan kejadian yang menimpanya semalam, dia tenggelam dalam pikirannya walaupun telinganya masih 100% mendengarkan semua yang Zein sedang katakan.
"Dan saat aku mengantar dia pulang, tepat di depan pintu, aku hanya melengos sebentar melihat jam dinding, dia sudah lenyap, aku berlari ke depan gang, dan di sepanjang jalan menuju depan itu aku sudah tidak menemukan dia lagi.
"Kesimpulanku, dia adalah hantu yang sangat mengkhawatirkanmu, tatapan matanya, kecemasannya, semuanya bukan seperti yang akan orang lain tunjukan kepada orang asing yang baru saja ia temui, meskipun dia memang orang yang suka menolong sekalipun" Zein sangsi terhadap sosok pria yang semalam bersamanya.
"Melihat banyak hal yang selalu aneh terjadi padamu, aku pikir itu bukan suatu hal yang aneh terjadi, aku yakin dia bagian dari kehidupanmu yang misterius dan menyeramkan, Tuhan memang memberikan bagian-bagian aneh dalam kehidupanmu, dan sayangnya, kamu sendiri tidak bisa menyadari itu". Zein lalu pergi ke kamarnya dan mengambil tas, lalu kembali mendekat ke meja makan dan meminum sisa Tehnya yang sekarang sudah dingin karena proses sarapan mereka yang lumayan lama.
"Aku berangkat sekarang, kamu tidak perlu memikirkan hal itu, cukup tutup matamu dan lihat!!! siapa pria itu sebenarnya, dan seperti apa dia dimasa yang akan datang". Zein mencium kening kakaknya dan pergi begitu saja setelah mengatakan kebiasaan Ketrin yang sudah terdengar sangat normal bah Zein.