webnovel

Menikahimu

Andra Hanani adalah Kakak pertama dari empat bersaudara, terlalu sibuk mengurus adik-adiknya dari Sekolah Dasar sampai mereka menuju dewasa. Kesibukan yang luar biasa, sampai membuat dia acuh kepada diri sendiri dan tidak memikirkan wanita. Wanita renta yang menemaninya, yang tidak lain adalah sang Oma, menginginkan dia segera menikah sebelum kepala empat. Rosiana Giva dipilih sang Oma untuk mendampingi Andra. Andra terpaksa menikahi gadis itu karena Oma terkena serangan jantung, walau tahu Oma hanya ekting, namun Andra ingin membahagiakan sang Oma dan dia menuruti kemauan Oma dan menikahi gadis itu. Gadis yang sangat ceria dan tidak mudah mengeluh ini, apa bisa meluluhkan hati Andra? Apa Andra akan mudah mencintainya? Baca kisahnya, hanya di Menikahimu.

Airin123 · Urban
Zu wenig Bewertungen
258 Chs

Tertunduk Malu

Setelah acara di pagi hari selesai, Andra dan keluarganya melaksanakan solat dhuhur di Mushola, setelah selesai solat Bapak Hadi mendekat ke menantunya, lalu mencolek punggungnya, mengode Andra, Pak Hadi berjalan namun dia terus menoleh ke menantunya.

"Awas." teriak Andra namun terlambat.

Glodak!

Brugh!

Mertuanya terjatuh, Andra merunduk dan menahan tawa, Andra segera berdiri.

Rasa canggung hadir setelah berjalan bersama dengan mertua, mereka sampai di rumah Pak Hadi.

'Yang lain ke mana?' batin Andra, perutnya terasa mules, dia tidak nyaman karna hal itu.

'Andra jangan buang angin sembarangan,' batinnya, pria ini mendekat ke istrinya, mendekatkan bibirnya ke pipi Anna, Anna menjauh.

"E ... Mbak aku kebelet," bisik Andra ke Anna.

"Ciye ... sudah berani ngobrol," ujar salah satu saudara Anna

"Maaf ya semua," pamit Anna melangkah, "Ayo," ajak Anna mengulurkan tangan. Andra menolak uluran tangan Andra, keduanya berjalan. Anna sedikit malu namun dia berusaha memahami.

Anna juga tidak menyangka akan menikah dengan pria yang tidak dikenalnya. Keduanya berjalan ke kolam belakang rumah, fasilitas itu membuat Andra berkedip meneguk ludah.

"Kamu salah tempat kan?" tanya Andra dengan expresi wajah menahan, dia kesana kemari dengan tangan kiri ke belakangnya.

"Tidak papa, belagu banget, lagiankan airnya jernih. Ini empang, ada penutupnya juga, yakinlah tidak ada yang mengintip." Anna terlihat kesal, Andra dengan meringis tak tahan segera melepas sarungnya, "Heh ... Ngapain?" tanya Anna menutup mata.

Andra melepar sarungnya ke Anna dan turun ke jamban, Anna menjauh dan duduk di kursi sambil menikmati bunga mawarnya yang baru mekar.

Suara tidak enak didengar, membuat Anna menoleh, Andra merasa malu. Repotasinya hancur di depan istrinya.

"Tidak perlu malu ... Begituankan memang tidak bisa dicegah. Mau orang tampan atau kaya, atau jelek semua bunyi kentut ya seperti itu," ujar Anna dari kejauhan sambil melipat sarung merah milik suaminya.

"Sungguh ini benar-benar memalukan," gumam Andra sambil menutup mata dengan tangan.

"Mas Andra ... Oma dan yang lain pamit, aku juga duluan ya, selamat bulan madu," ujar Rafi dari kejauhan pamit. "Oh ya, kata Oma, Mas tidak usah pulang dulu ya, disuruh dua harian lagi pulangnya," imbuhnya lalu menyapa kakak iparnya dengan senyum dan anggukan.

"Duluan Mbak, siap-siap dengan sikap dinginnya Mas Andra ya. Tapi dia baik dan punya tanggung jawab kok," ujar Rafi pergi dengan cepat Anna hanya mengembangkan bibir dan tersenyum manis.

Andra sudah keluar dari jamban dia memakai boxser dan berjas, Andra berjalan ke arah Anna lalu menjulurkan tangan.

"Nih ... Terima kasih istriku," ucap Anna menyinggung, Andra yang diam setelah memberikan sarungnya. Andra menatapnya lalu menyahut cepat sarung itu.

"Terima kasih sudah mengantarku," ucap Andra cepat dengan berjalan cepat, Anna mengangguk lalu tertawa.

"Hehehe, Salah arah Mas," ucap Anna, Andra menghentikan langkah, melihat Anna berjalan ke arah lain.

Keduanya sangat lelah, Andra merasa tidak nyaman berada di rumah itu. Malam telah tiba, malam ini sangat dingin, Andra bergabung dengan keluarga besar Anna yang asik menonton tivi.

Melihat kehebohan dari salah satu wanita paruh baya. "Hih aku benci banget tokoh itu, kan kasihan yang baik," ucapnya sangat geregetan.

'Ih ... Maunya dibodohi. Aku sangat bosen rasanya belum apa-apa sudah muak huh ... Aku punya Vila tapi kenapa aku di sini? Mending aku ke Vila,' Batinnya, Pak Hadi datang dengan singkong goreng dia duduk di samping Andra.

"Nak ... mau bicara di luar?" ajak Pak Hadi bertanya, Andra terlihat berpikir sejenak lalu mengangguk.

Di luar sangat dingin Andra dan mertua duduk di ruangan terbuka, Andra terpesona dengan malam berbintang itu,wajar saja jika di Jakarta langit malam kalah dengan lampu gemerlapnya kota.

"Begini Nak ... Saya sekarang sudah menjadi mertua, semua begitu cepat dan mendadak Omamu datang kemari melamar Anna, Anna belum setuju namun setelah aku meyakinkannya, dia juga melihat kebaikanmu dari istikharahnya, Anna memiliki toko roti dan toko bunga di Jakarta. Dia juga sering mengikuti seminar, aku berharap kamu bisa sabar dan bisa segera sayang kepada Anna," jelas Pak Hadi.

"Aku masih belajar, tapi ... Aku harus pergi besok, besok ada meeting di daerah Bandung, aku tidak bilang sama Oma. Jadi ... Apa aku besok boleh pergi?" tanya Andra.

"Pergi saja asal jangan tinggalkan Anna sendiri. Ajak dia bersamamu," ujar Pak Hadi.

'Yes, akhirnya kebohonganku berhasil, besok aku akan menginap di hotel, dan aku bisa beda kamar, Andra kamu memang cerdik,' batin Andra berbangga diri dengan kelicikannya.

"Sudah sana tidur," titah Pak Hadi berdiri.

"Aku masih ingin di sini," jelas Andra menikmati langit indah itu. Pak Hadi menepuk bahunya lalu bergegas masuk.

"Sebenarnya di sini sangat indah aroma pedesaan tanpa polusi, tapi ... Tempatnya kurang pas, heh ... Dari pada melihat wajah istri yang tidak diinginkan hati mending tidur di sini, maaf ros aku belum bisa membuka hatiku," gumamnya.

"Heh ... Pengantin masuk kamar gih. Cepat, cepat," titah wanita paruh baya memaksa membuat Andra tidak enak hati, Andra terpaksa mengangguk dan segera berjalan ke kamar istrinya.

Wanita cantik itu sedang menyisir rambutnya, "Masuk, aku tidak mau dikatain istri yang kejam," titahnya, Andra mengambil bantal lalu berbaring di kursi panjang.

"Mas suka makanan apa?" tanya Anna berusaha menjadi istri yang baik, Andra tidak menjawab.

"Diberi bibir dan suara tapi tidak digunakan untuk menjawab pertanyaan orang yang bertanya, mending jadi orang bisu saja," tegur Anna. Anna pun berbaring ke ranjang.

"Apa pun aku suka asal masakan rumah,aku tidak terbiasa makan di restoran, aku sukanya masakan Oma dan Bibi," jawab Andra sangat cepat.

"Oma sudah berumur kasihan kalau capek, mulai besok belajar menerima masakanku ya," pinta Anna sambil memeluk guling.

"Aku tidak mau merepotkanmu dan berhutang budi padamu, jadi tidak perlu repot-repot," jawab Andra sangat judes.

"Baiklah ... Tapi tidak bisa begitu dalam agama islam kaum hawa disunnahkan untuk berhikmad, jadi ... Suka tidak suka kamu harus terbiasa, ingat ... Jangan sampai mendiamkan makanan di meja makan, tidak boleh memubadzirkan, ingat juga diluarlan sana orang susah mencari makan," jelas Anna, Andra tidak merespon.

"Mas, aku juga masih berhubungan baik sama mantan pacar saat SMA, kalau Mas keberatan aku," ujar Anna belum selesai Andra menyahut.

"Santai ... Aku juga masih berhubungan dengan mantan, kamu boleh berhubungan dengan siapapun dan keluar rumah tanpa pamit aku persilahkan. Aku tidak ingin mengekangmu, karena pernikahan kita ini adalah kekangan dari Oma," ucapan yang sangat jelas dari Andra.

"Oke baik ... Tapi boleh aku meminta satu hal?" tanya Anna duduk memandang suaminya.

"He ...."

"Mudah kok hanya lima hal. satu, pulang ke rumah jam sembilan malam paling lambat jam sebelas. Dua, kalau ada meeting harus mengabari lewat vidio call sebagai bukti. Tiga luangkan satu waktu untuk menjadi imam solat ku dalam satu hari, empat seminggu sekali keluar bersama walau satu jam, lima istiqomah tahajjudnya," itulah permintaa. simpel dari gadis manis itu.

"Baik ...." Andra menjawab malas, Anna turun dari ranjang.

"Janji dulu," pinta Anna, Andra melirik Anna duduk di belakang kaki Anna, Anna duduk dengan wajah terpaksa.

"Iya ...." jawab Andra sama sekali tidak memandang wajah cantik sang istri, Anna merenggangkan tangannya menggerakkan jari-jarinya.

"Itu seperti anak kecil," ujar Andra sangat malas.

"Apa susahnya sih, tinggal menyatukan tangan kok," bantah Anna. Muak dengan kecerewetan sang istri, Andra menuruti kemauannya, Anna tersenyum.

"Terima kasih suami," ujarnya girang lalu kembali ke ranjang. Andra masih merasakan bekas sentuhan dari Anna, dia berbaring.

Bersambung.