Terik matahari membakar pori-pori hampir berjam-jam, dua pemuda itu menghabiskan waktu berdiri di pinggir lampu merah menawarkan buket bunga sejak pagi belum satupun ada yang laku terjual beberapa bunga segar mulai layu.
"Bunga, bunganya segar mari beli."
Pemuda yang memakai kaos lusu itu terus bersemangat menawarkan bunganya ketika lampu merah. Tak ada kata patah semangat dari pemuda itu.
"Sep, kita pindah saja aku tidak yakin bunga ini akan laku," ucap Miko menatap Asep temannya itu sangat keras kepala.
"Tunggulah sebentar Hana, liat pasti laku terjual," balas Asep masih saja terus memperlihatkan warna bunga cantik.
"Ayolah, Sep, liat lampunya mulai berubah warna bisa ketabrak kita kalau terus-terusan berada di tengah jalan." Hanamenarik tangan Asep ketika suara klaosn dari belakang mobik itu terus berbunyi beberapa dari mereka bahkan meneriaki pengemudi di depannya untuk segara menyalakan mesin mobilnya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com