webnovel

Pertemuan Dengan Kakek Hamish

"Kau tidak perlu tahu!" tegas Christian yang menunjukkan ketidaksukaannya pada sepupunya tersebut.

David menyeringai. Tampak menyebalkan di mata Christian.

Raymond yang berdiri di samping Christian pun melirik sekilas pada David lalu membuang muka. Tak hanya tuan mudanya yang tidak menyukai kedatangan David, sang anak buah pun tak jauh berbeda.

"Oh, kau tega sekali padaku, Kakak! Padahal, aku sangat ingin mengenal kakak iparku dan menyambutnya, bagaimana pun juga dia kan sudah menjadi bagian penting dalam keluarga kita," sahut David berpura-pura sedih. Ia melihat ke arah sang kakek dengan ekspresi aneh.

"David, kau jangan menggoda kakakmu! Tapi benar juga yang dikatakan David, kakek pun ingin tahu siapa perempuan yang akhirnya menjadi istrimu.

Mengingat keinginanmu yang ingin menikah di sebuah hotel di tepi pantai dengan wanita itu sudah membuatku curiga, seharusnya aku mencegahmu untuk tidak menikahi Isabella saat itu. Tapi sudahlah, akhirnya kau menikah dengan perempuan lain. Sekarang katakan padaku, mana istrimu!" tegas sang kakek dengan penuh dominasi.

Christian melirik ke kanan dan ke kiri, akhirnya ia menemukan perempuan yang ia cari.

Alessia berdiri sambil memeluk lengannya yang tampak kedinginan. Mungkin angin berpenyejuk di hotel ini berada di ukuran maksimal.

Benar-benar dingin untuk perempuan itu.

Christian menyuruh Raymond sedikit menundukkan badannya.

Seolah paham dengan gelagat tuan mudanya, ia membungkukkan badannya dan mendekatkan wajahnya.

"Suruh perempuan itu kemari! Ingatkan padanya untuk tidak membuat masalah, paham?" titah Christian dalam mode bisik.

Raymond mengangguk paham. Ia pun melakukan permintaan tuan mudanya.

"Tunggu sebentar, Kek. Raymond akan mengajaknya kemari," ucap Christian menjawab pertanyaan sang kakek.

"Wah aku tak sabar ingin berkenalan dengan kakak iparku, seperti apa ya wajahnya sampai bisa memikat hati kakakku? Pasti dia sangat cantik," celetuk David sembari memiringkan bibirnya.

Christian memutar bola matanya lalu mengalihkan pandangan ke segala arah yang lebih baik daripada harus bersilang pandang dengan sepupunya yang menyebalkan itu.

Tak menunggu lama, Raymond datang bersama Alessia di sampingnya.

Perempuan muda yang sangat cantik itu memang masih lugu. Ia menundukkan wajahnya dan memilih menatap lantai yang dipijak olehnya daripada bersitatap dengan orang-orang di sekelilingnya. Tak seperti kebanyakan gadis lainnya yang selalu tebar pesona pada pria-pria eksmud yang ada di hotel ini.

Perempuan yang tak mudah ditaklukkan dan langka.

Terselip kekaguman di benak Christian mengenai istrinya. Perempuan itu lain dari yang lain.

Haruskah ia bersyukur menjadikan perempuan ini sebagai istrinya?

Buru-buru, Christian mengalihkan pikirannya mengenai Alessia. Ia tak mau dikecewakan lagi oleh makhluk bernama wanita. Pengalaman ditinggalkan wanita yang dikasihi di depan altar pernikahan membuatnya lebih selektif dan sangat waspada pada wanita manapun.

"Bukankah kau adalah… Alessia Falco? Anak dari Matthew Falco, bukan?" tanya kakek Hamish pada perempuan muda di samping Raymond.

Pria tua itu tak bisa melupakan keceriaan yang terpancar pada perempuan belia itu di masa lalu. Ia bisa mengingat bagaimana tingkah polah Alessia sejak kecil hingga kini.

Benarkah Alessia yang dinikahi oleh cucu kesayangannya?

Setahu pria tua itu, Alessia adalah salah satu bridesmaid dalam pernikahan Christian dan Isabella. Bagaimana mungkin kini gadis belia itu menjadi cucu menantunya?

Kakek Hamish membutuhkan penjelasan. Raut wajahnya penuh tanya dan tak habis pikir.

"Katakan pada Kakek, apakah benar kau yang dinikahi oleh cucuku?" tanya kakek Hamish pada Alessia.

Alessia melirik sekilas pada suaminya. Dugaannya terbukti. Kakek Hamish pasti akan memberikan pertanyaan semacam ini pada dirinya.

Apa yang harus dijawab olehnya?

"Katakan saja, kenapa harus meminta bantuan pada suamimu? Kau tahu kan selama kurang lebih enam bulan ini suamimu itu memutuskan keluar dari rumahku? Jadi, aku benar-benar kehilangan informasi mengenai dirinya. Sekarang katakan saja padaku, apakah cucuku yang nakal ini memaksamu menikahinya?" serang kakek Hamish yang terus menyudutkan Alessia.

Pandangan David sedari tadi tertuju pada wajah cantik Alessia. Ia tak bisa menampik bahwa yang dilihatnya saat ini adalah gadis belia dengan kecantikan alami. Ia tak meragukan kecantikan Alessia.

Yang aneh menurut David adalah alasan di balik semua ini. Benarkah perempuan muda ini yang menyandang status sebagai istri dari kakak sepupunya? Bagaimana bisa secepat kilat hati sang kakak berpaling pada perempuan muda di hadapannya saat ini?

Hebat sekali!

"Jawab saja, Kakak ipar! Kakek dan semua orang ini di sini ingin mendengar jawabanmu. Kau tidak perlu takut bahwa suamimu akan memarahimu hanya gara-gara kau menjawab pertanyaan dari kami. Lama tidak bertemu, kau sudah berubah menjadi wanita yang sangat cantik, kakak ipar!" puji David terang-terangan.

Alessia semakin ketakutan. Ia takut salah bicara. Di posisinya saat ini, ia tidak bisa asal bicara dan berujung membahayakannya.

"Wah terima kasih, adik sepupuku yang baik! Tolong, jangan menakuti istriku gara-gara ucapanmu!

Istriku adalah gadis lugu dan baik hati. Dia tidak terbiasa menghadapi gombalan receh seperti yang baru saja kau lakukan. Aku menikahinya karena melihat ada sosok ibu di dalam dirinya.

Aku membutuhkan itu semua, karena aku ingin mencari istri yang pengertian dan bijak seperti ibuku. Karena cantik itu tidaklah cukup untuk diriku. Apakah kau puas dengan jawabanku, wahai adik sepupuku?" balas Christian pada David.

David mendadak merasa kesal usai mendengar jawaban dari Christian. Ia seperti terhina mendengar penuturan tersebut mengingat dirinya adalah seorang Cassanova di London.

Siapa yang tak mengenal sepak terjang seorang David Allen? Ia adalah pria yang selalu memacari gadis-gadis cantik dan membuangnya begitu saja usai menemukan gadis yang jauh lebih cantik dari kekasih sebelumnya.

Christian tersenyum penuh misteri pada adik sepupunya tersebut. Ia berhasil membungkam pria yang lebih muda dua tahun darinya. Tak lama kemudian ia pun mengarahkan pandangannya ke pada sang kakek.

"Maafkan aku, Kek. Seharusnya aku mengatakannya lebih dulu padamu. Aku menikahinya karena merasa dia adalah perempuan yang baik dan pantas bersanding denganku. Apakah aku salah dengan pilihanku, Kek?" ucap Christian pada pria tua di hadapannya.

Kakek Hamish melihat Christian dan Alessia secara silih berganti.

"Tak ada yang salah, Cucuku. Kau yang memilihnya menjadi istrimu. Jadi kuminta padamu untuk menjaga dan menyayangi Alessia selama-lamanya.

Jangan menyakiti dirinya, karena aku merasa yakin padanya! Dia adalah perempuan yang baik dan aku setuju saat tahu bahwa memang dirinya yang menjadi istrimu, terlepas apa pun alasanmu," ujar sang kakek yang membuat Christian tercekat mendengarnya.

Selama-lamanya?

Yang benar saja?

David yang merasa janggal pada kenyataan itu tampak tak senang.

Bagaimana bisa Isabella Crews digantikan oleh perempuan ini?

Alessia hanya bisa termenung saat mendengar kata-kata kakek Hamish. Ia merasa bersalah karena telah membohongi pria tua itu. Dirinya hanya istri pengganti dan bukan siapa-siapa bagi Christian Allen. Bagaimana bisa ia menatap masa depannya bersama pria yang sama sekali tak mencintainya? Mungkinkah ia harus menghabiskan hidupnya selama-lamanya bersama pria dingin bermulut ketus itu?

"Alessia, kenapa kau hanya diam saja? Kau bebas berbicara di sini. Jangan hanya diam saja! Kakek sekarang ingin bertanya padamu, sejak kapan kalian saling mencintai? Karena yang aku tahu beberapa saat sebelumnya Isabella dan Chris masih merajut jalinan cinta. Tolong jujur padaku, Alessia!" pinta kakek Hamish dengan tatapan penuh selidik.

Alessia merasa seperti berada di atas jurang. Salah langkah sedikit saja, hidupnya hanya tinggal sepenggal kisah.

Apa yang harus ia katakan?

To be continue…

***