webnovel

Pingsan

Diam-diam mereka saling mengagumi satu sama lain. Keadaan seperti ini, membuat tubuh Riri langsung gemetar dengan jantung yang terus berdetak kencang.

"Ya Allah, ini pria kok tampan amat sih. Menurutku Lie Minhoo saja kalah tampan kalau dibandingkan sama pria ini," gumam Riri benar-benar terpesona dalam hati.

"Rasanya aku ingin pingsan di pelukkannya dengan kondisi jantungku yang mulai tak normal ini," imbuh Riri dalam hati.

"Astaga wanita ini, bisa-bisanya dia membuatku salah tingkah seperti ini. Kenapa aku ingin sekali mengecup si merah muda yang mengkilat itu," batin Rafi melihat bibir Riri yang sangat menggoda.

"Sialan! Awas kamu sekertaris bodoh," batin Marvel kesal lalu segera mengetikkan pesan singkat untuk sekertarisnya lagi.

Dreeetttt!

Hp Rafi bergetar lagi.

"Astaga pasti ini pesan dari Bos lagi," batin Rafi sangat cemas lalu menatap ke arah bosnya. Aura-aura ketakutan langsung terpancar dari wajahnya.

Riri semakin bingung dengan sikap assisten Marvel ini.

"Kenapa dia terlihat begitu gugup dan ketakutan begini. Sebenarnya, siapa sih yang bolak-balik mengirimi dia pesan itu? Kok, aku jadi kepikiran sama kadal buntung itu, sih?" Riri bertanya-tanya dalam hatinya.

Rafi yang kecemasannya sudah di ujung tanduk segera melepaskan pelukannya begitu saja.

"E-e-e!" teriak Riri yang tubuhnya siap membentur lantai.

Mata Marvel dan Andra langsung melebar melihatnya. Mereka segera balapan lari untuk menangkap tubuh Riri. Namun, yang menang adalah Marvel. Andra hanya bisa mengelus dadanya saja untuk menghilangkan degupan jantungnya.

Kini gantian Marvel yang tengah menyangga tubuh Riri. Pandangan Riri pun beradu dengan Marvel seperti saat bersama Rafi. Hanya saja posisinya yang berbeda. Marvel langsung tersenyum hangat. Sungguh posisi seperti sangat didambakannya.

Berbeda dengan Riri yang langsung memasang wajah kesal. Jelas hal itu akan terjadi. Dia kan anti Marvel.

"Idihh, apaan sih, lepas!" ucap Riri segera melepas tangan Marvel yang menyangganya. Dia segera memperbaiki posisinya. Berdiri dengan baik lalu memundurkan langkangkahnya hingga menumbur tubuh tegap Rafi.

Benar saja untuk yang kesekian kalinya Rafi harus menangkapnya agar tidak tersungkur. Lagi-lagi Riri mesam-mesem diperlakukan seperti itu sama Rafi. Tentu saja hal itu membuat darah Marvel semakin bergejolak dan meluap-luap karena sangat kesal dan tidak terima.

"Bisa-bisanya dia berperilaku seperti ini padaku? Giliran sama Rafi, dia tampak menghayati sekali adegannya. Apakah mungkin, aku harus operasi pelastik bertukar rupa sama Rafi agar dia menyukaiku," batin Marvel kesal.

"Baiklah kalau kamu tak mau membacanya sendiri, aku yang akan membacanya agar kamu tahu," ucap Marvel emosi sambil mengambil paksa map di tangan Rafi.

Sementara Riri langsung diam terpaku. Melihat ekspresi Marvel saat ini, membuat bulu kuduknya berdiri.

"Ya Allah, dia sangat menyeramkan kalau sudah marah begini," batin Riri dengan tubuh gemetar. Keringat dingin mulai bercucuran di tubuhnya. Lama-lama pandangannya menjadi gelap lalu seketika tubuhnya oleng dan nyaris terjatuh.

"Bos!" teriak Rafi menahan tubuh Riri agar tidak tersungkur di lantai.

"Riri!" teriak Andra gentar.

Marvel pun langsung menengok ke arah Arah Riri. Matanya melebar sempurna.

"Astaga kenapa dia bisa pingsan?" tanya Marvel cemas.

"Adikku kalau ketakutan pasti langsung pingsan," balas Andra cemas. Lalu, membopong tubuh adiknya.

"Maaf," ucap Marvel dengan wajah menyesal.

Tentu saja hal itu membuat Rafi dan Andra tertegun. Akhirnya, kata maaf meluncur juga dari bibir Marvel. Hal itu membuat Marvel mengkerutkan keningnya karena bingung melihat ekspresi Rafi dan Andra.

"Hey, kok malah bengong? Buruan letakkan tubuhnya di atas kasur itu!" tunjuk Marvel panik dan kesal.

"Eh, iya," balas Andra sambil melangkahkan kakinya menuju kasur. Dia segera meletakkan tubuh adiknya dengan pelan-pelan di atas kasur berbalut seprai berwarna putih itu.

"Buruan kamu hubungi dokter pribadiku," printah Marvel menatap Rafi.

"Baik, Bos!" balas Rafi segera mencari nomor kontak Dokter Rizal dan langsung menghubunginya.

Cukup lama Rafi menunggu panggilannya diangkat. Dia terlihat gusar sekali. Rasa kepeduliannya terhadap Riri juga cukup besar.

Begitu panggilannya diangkat, senyum langsung mengembang dari pipinya.

"Halo Dok," ucap Rafi karena panggilannya sudah diangkat.

[Ya halo, apa Marvel sedang sakit? Malam-malam begini kamu menghubungiku?]

"Buruan kemari tak usah banyak tanya!" tegas Rafi dongkol.

[Baiklah.] Rafi segera mengakhiri panggilan.

***

"Huh, dasar tak ada akhlak! Asal matikan saja! Mentang-mentang menjabat sebagai sekertaris plus assisten pribadi Marvel. Dia tak menghormati profesiku lagi. Awas saja kalau dia sampai sakit, aku tak akan sudi mengobatinya!" gumam Dokter Rizal kesal di rumahnya.

***

Rafi yang sudah selesai menghubungi Dokter Rizal segera menghampiri bosnya lagi.

"Apa kamu sudah berhasil menghubungi Dokter Rizal?" tanya Marvel panik.

"Sudah Bos," jawab Rafi tersenyum.

"Kalau begitu kalian boleh tinggalkan aku sendiri," ucap Marvel.

"Tapi Vel, aku__" penolakan Andra segera ditepis Marvel.

"Tidak ada tapi-tapian, buruan kalian keluar! Riri biar aku yang menemaninya. Toh Riri sekarang sudah sah menjadi milikku. Kamu tak ada berhak atas dirinya sedikitpun!" tegas Marvel.

"Vel," rengek Andra dengan raut wajah tak ikhlas meninggalkan adiknya.

"Keluar atau aku ingin menyuruh orang-orangku untuk mengusir orang tuamu detik ini juga!" tegas Marvel.

"Ba-baiklah, aku akan keluar sekarang," balas Andra segera berlalu dari hadapan Marvel.

"Ya Allah maafkan aku yang sudah tega menjadikan adikku alat pelunasan kekalahanku. Aku janji akan benar-benar berhenti ikutan balapan liar," batin Andra penuh penyesalan.

Di depan kamar Marvel, Andra duduk di lantai sambil meremas rambutnya defresi.

Rafi yang tahu hanya tersenyum sinis di tempatnya.

"Dasar Kakak bodoh, bisa-bisanya dia mengikuti sebuah kompetisi tanpa memikirkan dampaknya dulu. Dia pikir mudah mengikuti kompetisi menantang bosku yang paling licik sejagat dunia ini. Aku bisa pastikan kala itu Bos pasti sudah menyuruh orang suruhannya untuk memanipulasi mesin motornya agar dia tak bisa memenangkan kompetisi tersebut," gumam Rafi tersenyum licik.

Tak lama munculah Dokter Rizal sambil menenteng tas kebesarannya. Dengan langkah santai ia masuk ke dalam kamar Marvel tanpa mengetuknya dulu.

Terlihat Marvel tengah sibuk mengusap lembut pucuk kepala Riri sambil tersenyum getir. Baru kali ini ia bisa menyentuh wanita yang menurutnya sangat unik dan aneh.

"Hey, ada apa denganmu kenapa terlihat begitu panik hanya karena wanita ini pingsan?" ledek Dokter Rizal tersenyum.

Kehadiran Dokter Rizal yang tiba-tiba sontak berhasil membuat Marvel kaget. Ia langsung menjauhkan tangannya dari kening Riri.

"Dasar tak punya sopan-santun, bukannya mengetuk pintu dulu asal masuk saja," umpat Marvel kesal.

"Ups, sorry Bos!" Dokter Rizal meletakkan tasnya di atas nakas dekat kasur.

"Melihatmu seperti saat ini membuatku khilaf," sambung Dokter Rizal tersenyum tipis.

"Huh, dasar perjaka tua tak tau diri," umpat Marvel kesal.