webnovel

Panggung Sandiwara

Feroza baru saja menyesali perbuatannya pada Natasya dan ia bergegas untuk mendekap hangat tubuh wanita itu dengan penuh kasih sayang, "Maafkan aku, Sayang. Aku benar-benar minta maaf, tadi aku hanya merasa sedikit emosi makanya aku tak sengaja membentakmu."

"Aku berjanji padamu, kita akan segera menikah!" lanjut Feroza lagi sungguh-sungguh.

Sembari membalas pelukan kekasihnya Natasya menjawab, "Kapan tepatnya itu, Feroza? Aku membutuhkan kepastian darimu, perutku akan semakin membesar dan aku khawatir orang tuaku akan menyadarinya."

"Besok kau akan pindah rumah, aku sudah mengurus semuanya dan kau tak perlu cemas karena tempatnya sangat nyaman. Aku juga sudah menyewa asisten rumah tangga untuk bekerja di rumah barumu nanti, agar kau tak sendirian dan ada yang menemani." Feroza berusaha sebisa mungkin meyakinkan kekasihnya jika semuanya akan baik-baik saja.

Namun Natasya yang masih ragu untuk pergi dari rumah segera menjawab, "Lalu apa yang harus aku katakan kepada kedua orang tuaku nanti?"

"Seperti diawal, kau harus bilang kalau kau akan bekerja di luar kota. Seminggu lagi aku juga akan menikahimu, jadi semuanya akan baik-baik saja."

Tanpa keduanya ketahui sejak tadi Griselda yang masih berada di luar rumah itu terus mendengarkan percakapan mereka, wanita itu langsung nampak sangat kesal mendengar Feroza akan segera menikahi Natasya padahal jelas-jelas ia adalah istri sahnya.

"Sialan, bisa-bisanya Feroza melakukan semua ini kepadaku!" gumamnya dengan rahang yang sudah mengeras.

Griselda yang merasa sudah tak tahan lagi berniat masuk ke dalam dan menghentikan perselingkuhan yang dilakukan suaminya namun tiba-tiba saja ia kembali teringat dengan rencana yang sedang ia jalankan saat ini, "Tidak, Griselda. Jangan ceroboh seperti ini, lanjutkan saja rencana yang sudah dijalani sekarang dan lihatlah bagaimana Feroza akan hancur berkeping-keping."

"Aku akan memberikan pelajaran berharga untukmu, Feroza. Pelajaran yang tidak akan pernah kau lupakan seumur hidupmu!" lanjut Griselda lagi dengan sorot mata yang sudah merah membara.

Dengan pasrah akhirnya Griselda memutuskan untuk beranjak pergi dari rumah itu, bukan karena ia kalah ataupun mengalah namun justru ia merasa sangat yakin akan menang.

Memenangkan semua sandiwara yang telah Feroza lalukan padanya, Griselda bertekad akan membalas semuanya dan membuat lelaki itu bertekuk lutut di hadapannya untuk meminta ampun.

Sialnya, secara tak terduga Griselda yang baru saja akan masuk ke dalam mobilnya tiba-tiba bertemu dengan Gerald yang entah sejak kapan sudah berada di tempat itu.

"Apa yang kau lakukan di sini, Sialan?" umpat Griselda yang cukup terkejut melihat keberadaan Gerald di dekatnya.

Gerald yang malah senang melihat Griselda ketakutan begini segera menjawab, "Aku hanya ingin bertemu dengan mantan kekasihku, memangnya kau sama sekali tidak merindukanku?"

"Omong kosong! Jangankan merindu, membayangkan wajahmu saja aku sudah merasa muak!" sanggah Griselda ketus.

Tak ingin menyerah begitu saja Gerald semakin mendekati Griselda lalu ia menghimpit tubuh wanita itu bersama mobil, "Apakah kau benar-benar sudah melupakan semuanya, Selda? Semua hal dan kenangan yang pernah kita lewati, apakah tak ada sedikitpun yang membekas di dalam hatimu?"

"Tentu saja tidak, tak ada satupun hal yang pantas aku ingat darimu!" tegas Griselda dengan sangat tajam dan ketus.

Mendengar jawaban wanita itu membuat Gerald terkekeh kecil dengan sinis, "Oh ya?"

"Ya!" sahut Griselda lagi dengan lebih kencang sembari mendorong kasar dada Gerald menggunakan kedua tangannya.

Mendapatkan perlakuan yang kurang baik Gerald langsung merasa tersinggung dan ia tak terima pada apa yang dilakukan Griselda kepadanya, "Kau masih saja berlaku kasar kepadaku, rupanya keberanianmu masih sangat besar."

"Aku tak pernah merasa takut pada apapun, jadi mengapa aku harus tak berani padamu?"

"Kalau begitu, bagaimana jika aku memberitahu semua kebohonganmu selama ini pada Feroza? Apakah kau masih akan seberani ini terhadapku?" ancam Gerald.

Griselda memang tak pernah tahu bukti macam apa yang Gerald miliki untuk membuktikan semuanya pada Feroza namun Griselda tak ingin terlihat lemah di depan lelaki itu sehingga ia masih berusaha menunjukkan keberaniannya, "Aku tak takut sama sekali pada ancamanmu, kau tidak akan pernah bisa membuat Feroza percaya pada semua perkataanmu!"

"Mengapa kau bisa seyakin ini, Selda? Harus kau tahu, kalau sebenarnya Natasya sudah mengetahui semua sandiwaramu selama ini!"

Kali ini Griselda terdiam membeku mendengar perkataan Gerald, ia hanya masih kurang mengerti hal apakah yang Natasya ketahui mengenai dirinya lagipula menurutnya Natasya sudah pasti memberitahu Feroza jika perkataan Gerald memanglah benar.

"Jangan merasa paling suci, Gerald. Kita semua hanya bersandiwara selama ini, termasuk kau!"

Gerald sangat mengerti dengan maksud perkataan Griselda padanya dan ia langsung menganggukkan kepalanya pelan, "Kau benar."

"Ya, aku memang selalu benar."

Gerald yang sudah merasa lelah sebab selalu gagal membuat Griselda takluk kepadanya akhirnya mengambil jalan pintas, ia segera menempelkan tubuhnya pada wanita itu hingga tak ada lagi sejengkal pun jarak diantara mereka.

Griselda yang merasakan hal itu spontan terkejut bukan main, ia benar-benar tak menyukai dan merasa tak nyaman dengan tindakan Gerald saat ini.

"Apa yang kau lakukan, Bodoh? Menyingkir dari hadapanku sekarang juga, atau aku akan berteriak kencang!" titah Griselda memberikan ancaman kepada lelaki itu.

Bukannya menuruti perkataan Griselda justru Gerald malah semakin mendekatkan wajahnya ke arah wanita itu sembari terus menatapnya tajam dan lekat, "Aku sungguh merindukanmu, Selda. Apa kau tak merasakan yang sama denganku?"

"Tidak, aku takkan pernah merindukan lelaki sialan seperti ini! Menjauh dariku!" teriaknya lagi meminta Gerald menjauh darinya.

Tanpa mempedulikan teriakan Griselda, Gerald malah semakin menjadi-jadi dan ia sudah bersiap untuk mendaratkan bibirnya di atas bibir wanita itu.

Nafsu birahinya sudah tak tertahankan lagi dan Gerald pikirkan saat ini hanya tentang mengobati kerinduannya, "Aku masih mencintaimu, Selda. Aku masih merasakan hal yang sama seperti pertama kali kita berjumpa, coba tanyakan sekali lagi pada hatimu apakah kau benar-benar tak merasa begitu?"

"Tidak!" teriak Griselda sembari berontak mencoba menjauhkan tubuh Gerald dari hadapannya.

Sayangnya tenaga Griselda yang tak sebanding membuatnya gagal melakukan hal itu dan ia hanya bisa sedikit memundurkan kepalanya agar Gerald tak dapat menyentuh bibir ranumnya, "Jangan mendekat lagi, aku akan benar-benar berteriak kalau kau sampai melakukannya!"

"Silahkan saja, Griselda. Tempat ini cukup sepi jadi ku rasa takkan ada orang lain yang mendengar," sahut Gerald santai dan tenang tanpa rasa takut sama sekali.

Plakk

Griselda yang sangat kesal menampar wajah Gerald cukup kencang hingga meninggalkan sisa bekas berwarna merah di pipi lelaki itu, "Kau sangat kurang ajar, Gerald!"

"Aku tak bermaksud kurang ajar, Griselda. Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan," ujarnya lagi dengan penuh percaya diri.