webnovel

Berusaha Mengingatkan

Carla mengelap tetesan air mata yang baru saja turun dari matanya dan ia berusaha sebisa mungkin terlihat tegar di depan orang tua suaminya, "Keputusanku ini sudah bulat, aku akan bercerai dengan Fathan."

"Dasar wanita tak tahu diri, bisa-bisanya kau ingin berpisah dengan anakku dalam keadaan seperti ini!" umpat Luna yang nampak sangat kecewa pada keputusan yang telah dikatakan menantunya.

Namun Carla yang hanya ingin menutupi semua kebenarannya sebisa mungkin memperlihatkan dirinya memanglah jahat, "Aku sudah tak tahan lagi, Fathan juga akan segera melakukan operasi jadi aku rasa keputusan ini bisa diambil hanya dengan keinginanku saja."

"Tidak bisa seperti itu, Carla. Kau boleh memilih berpisah dengan Fathan, tapi nanti setelah Fathan sadar agar semuanya bisa jelas." Adit menyahut dengan suara yang lembut seperti biasanya.

Carla tahu betul jika tindakannya saat ini akan merugikan banyak pihak, tetapi sesuai perjanjian yang telah ia buat akhirnya Carla bisa menurut saja termasuk harus segera berpisah dengan suaminya.

"Maaf, Ayah. Aku tak bisa menunggu lebih lama lagi, karena aku ingin segera berpisah dengan Fathan."

Plakkk

Sebuah tamparan yang sangat keras mendarat mulus di pipi Carla hingga menimbulkan suara yang nyaring bahkan meninggalkan bekas sisa berwarna merah, Carla terkejut bukan main mendapatkan perlakuan kasar begini dari mertuanya terlebih Luna sendiri tak tahu kebenaran seperti apa yang Carla korbankan untuk Fathan.

"Luna, kau ini apa-apaan? Mengapa sampai menampar Carla begini?" bentak Adit yang merasa kasihan kepada Carla.

Namun Luna yang sudah terlalu kesal dan kecewa menjawab ketus, "Tamparan ini tidak akan pernah cukup menggantikan semua rasa kecewa dan kesalku padamu, karena apa yang telah kau lakukan kepada putraku sangatlah keterlaluan."

"Tega-teganya kau meninggalkan Fathan saat dia sekarat di rumah sakit begini, ketika Fathan berada di atas hanya kau selalu ia utamakan dan ingin dia bahagiakan tapi sekarang malah seperti ini balasan yang kau berikan!" lanjut Luna lagi sambil menangis sesegukkan.

"Maafkan aku, Bu."

"Jangan pernah memanggilku dengan sebutan ibu lagi, karena aku bukan mertuamu dan aku takkan sudi lagi memiliki hubungan denganmu!" tegas Luna pada wanita yang sudah ia anggap bukan menantunya lagi.

"Aku benar-benar minta ma--."

Belum sempat Carla menyelesaikan perkataannya Luna segera memotongnya dengan berkata, "Sudah cukup! Maaf darimu itu sama sekali tak berarti apapun, lebih baik sekarang kau pergi dari sini karena mulai saat ini kau sudah bukan istri anakku lagi!"

"Biarkan aku bertemu dengan Fathan untuk yang terakhir kalinya," pinta Carla sambil terus menahan air matanya agar tak terjatuh.

Jelas saja Luna tidak akan membiarkan Carla bertemu lagi dengan anaknya yang sudah wanita itu campakkan, "Tidak! Aku tidak akan pernah membiarkan Fathan bertemu denganmu meski hanya satu detik saja!

"Aku mohon hanya sebentar saja, aku takkan mengganggu Fathan lagi setelah ini."

"Pergi! Pergi kau dari sini!" titah Luna dengan sangat tegas sembari mengangkat jari telunjuknya mengusir Carla secara tak terhormat.

Tak ingin memperburuk situasi akhirnya Carla memilih mengikuti perkataan mertuanya lagipula keberadaannya di tempat itu sudah tak diinginkan lagi, "Baiklah, aku akan pergi dari sini."

"Ya, bagus. Kau memang harus pergi wanita jalang!" Luna kembali mengumpat dengan nada yang sangat ketus dan tajam.

Tanpa menjawab sepatah katapun lagi Carla mulai melangkahkan kakinya pergi meninggalkan keduanya dengan perasaan yang hancur, sebab bukan hanya Luna yang merasa kecewa pada keputusan Carla karena wanita itu sendiripun merasakan hal yang sama.

Adit yang tak tega melihat Carla diperlakukan buruk oleh istrinya langsung berkata, "Kau sudah sangat berlebihan, Carla. Seharusnya kau tak perlu menampar Carla, dia juga berhak untuk menemui suaminya yang sedang sakit."

"Fathan sudah bukan lagi suaminya, mereka sudah bercerai!" sanggah Luna kesal lalu memilih beranjak pergi meninggalkan Adit.

Sedangkan Adit yang masih menyayangi Carla seperti anaknya sendiri segera menyusul langkah wanita itu yang sepertinya sudah berada di luar rumah sakit, Adit ingin memastikan kembali keputusan Carla memang telah bulat dan tanpa adanya paksaan dari siapapun.

Terlebih Adit merasa tahu betul jika selama ini Carla terlihat begitu mencintai putranya, bahkan ada banyak sekali momen yang pernah mereka lewati bersamanya.

Sayang sekali jika rumah tangga Fathan dan Carla harus berantakan hanya karena keadaan sulit yang begitu menekan, "Carla, tunggu Carla!"

"Ayah, ada apa?" sahut Carla yang cukup terkejut melihat Adit sudah berada di dekatnya.

Adit menghentikan langkahnya tepat di depan Carla kemudian menjawab, "Carla, bisakah ayah bicara denganmu sebentar?"

"Tentu saja boleh, Ayah."

"Carla, apakah keputusan yang kau ambil ini benar-benar berasal dari hatimu? Apakah kau memang sudah tak mencintai putraku lagi?" tanya Adit begitu menyentuh hati.

Tidak, Carla meninggalkan Fathan bukan karena ia sudah tak lagi mencintai lelaki itu. Tapi justru karena Carla begitu mencintai Fathan melebihi segala hal yang ia punya, bahkan Carla ingin menyelamatkan Fathan dari semua masalah yang sekarang sedang menimpa mereka.

Namun sayangnya Carla tak bisa mengatakan kejujuran ini kepada Adit atau siapapun karena ia telah berjanji pada seseorang yang akan membantunya, "Maafkan aku, Ayah. Keputusanku sudah bulat dan aku tak bisa merubahnya lagi."

"Mengapa kau setega ini, Carla? Bukankah selama ini Fathan selalu memperlakukanmu dengan baik? Ayah sendiri tahu jika Fathan begitu mencintaimu," ujar Adit berusaha menyadarkan Carla.

"Aku tahu," sahut Carla singkat.

"Lalu mengapa?" tanya Adit lagi masih tak mengerti dengan isi pikiran Carla.

Kali ini Carla memutuskan untuk diam dan tak menjawab pertanyaan Adit, ia tak tahu harus menjawab apa terlebih segala halnya sekarang sudah sangat terbatas.

"Mengapa kau hanya diam?"

"Maaf, Ayah. Aku harus segera pulang karena Kiara sudah menungguku di rumah," tukas Carla berbohong untuk bisa pergi dari hadapan Adit.

Adit mengangguk paham dengan perlahan lalu ia menjawab, "Baiklah, kau boleh pergi."

Baru saja Carla berniat melangkahkan kakinya untuk pergi tiba-tiba Adit kembali menahannya dengan berkata, "Carla, aku harap kau memikirkan lagi keputusan ini. Kau juga harus memikirkan nasib Kiara yang masih membutuhkan kedua orang tuanya, aku percaya jika kita semua bisa keluar dari masalah ini."

Hanya ini jalan satu-satunya yang bisa Carla lakukan untuk menyelamatkan semua orang termasuk Adit sebagai ayah Fathan dan bukannya Carla tak memikirkan nasib anaknya hanya saja memang tak ada jalan lain lagi, "Aku sudah memikirkannya baik-baik, Ayah."

"Kalau kau tak bisa mengingat bagaimana besarnya rasa cinta Fathan padamu, maka ingatlah rasa cintamu pada Fathan yang pernah kau berikan selama ini. Aku tahu ini tak mudah tapi dengan kekuatan cinta aku yakin semuanya bisa terlewati," tutur Adit lagi sangat bijak.