webnovel

Berusaha Keras

Dengan sangat berusaha keras, Griselda mencoba untuk mendorong tubuh Feroza dari dekatnya. Ia terus memukul dada suaminya menggunakan kedua tangan, hingga pada akhirnya ia berhasil menjauhkan diri dari belenggu Feroza.

"Apa yang kau lakukan, Bodoh?" bentak Griselda kencang meski amarahnya sudah sedikit mereda.

"Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, aku ingin menunjukkan kalau aku mencintaimu." Feroza menjawab perkataan istrinya dengan berbohong sebab tak pernah ada sedikitpun perasaan di dalam hati Feroza untuk Griselda.

Griselda yang merasa sudah mengetahui semuanya mengenai Feroza langsung tertawa kecil dengan sinis, "Aku tak bisa kau bohongi, Feroza."

"Tapi memang begitu kenyataannya, awalnya memang tak ada sedikitpun perasaan di hatiku dan ucapanmu memanglah benar tapi setelah aku menjalani hari-hariku bersamamu perlahan aku mulai merasakannya."

Melihat Feroza yang nampak sungguh-sungguh membuat Griselda terdiam sejenak, lelaki itu sangat manipulatif dan pandai merangkai kata bahkan kebohongan yang ia katakan seperti menjadi sebuah kebenaran.

"Mulai merasakan apa?" tanya Griselda yang juga ingin memainkannya perannya.

Jika Feroza bisa menjadi seorang pembohong maka Griselda juga akan meladeni semua perkataan lelaki itu dan seakan mempercayainya, entah sampai kapan namun yang pasti saat bom waktu itu meledak pastinya Griselda akan membongkar semuanya.

"Jatuh cinta kepadamu," sahut Feroza lagi.

Feroza kembali mendekat ke arah Griselda lalu ia menggenggam erat kedua tangan istrinya sembari menatapnya lekat, "Sebelumnya aku sama sekali tak mengenalmu, Selda. Saat pertama kali kita bertemu aku memang menatapmu dengan jijik, tapi ternyata setelah mengetahui bagaimana dirimu yang sebenarnya aku mulai jatuh cinta meskipun bertahap."

Tiba-tiba senyuman tipis yang begitu mengerikan terukir di bibir Griselda dengan sangat mematikan sebab ia baru saja menemukan ide yang bagus untuk mengerjai suami tercintanya, "Apakah benar kau mulai jatuh cinta kepadaku?"

"Ya, benar. Apakah aku terlihat sedang berbohong kepadamu?" ujarnya masih berusaha meyakinkan Griselda.

"Baiklah, kalau memang kau jatuh cinta kepadaku mari kita bermain di sini di pinggir pantai."

Mendengar perkataan Griselda yang tak sepenuhnya dapat Feroza pahami membuat ia mengerutkan keningnya dengan kencang, "Maksudmu? Bukankah sejak tadi kita memang sedang bermain di sini?"

"Melakukan permainan membuat anak," tukas Griselda dengan polos dan memberikan tatapan menantang Feroza.

Seperti dugaan Griselda sebelumnya, wajah Feroza benar-benar terkejut setelah ia mengerti maksud dari tantangan istrinya. Feroza diam terpaku dengan beku, ia sangat tak percaya pada tantangan yang diberikan Griselda kepadanya.

Meski tempatnya cukup sepi namun sudah pasti akan ada beberapa orang yang melintas sehingga bagi Feroza tak mungkin mereka melakukan permainan itu di sana, "Apa kau sudah gila? Tak mungkin kita melakukan hal itu di tempat umum seperti ini!"

"Aku hanya memberikan tantangan kepadamu, kalau kau memang tak mampu untuk memenuhinya maka tinggal katakan saja." Griselda menjawab dengan sangat santai dan tenang.

"Tapi tantangan yang kau berikan adalah kegilaan!" tegas Feroza yang masih tak habis pikir dengan tingkah Griselda.

Namun Griselda yang merasa santai dan tenang hanya menjawab, "Kalau begitu kita bercerai saja."

"Cerai?" tanya Feroza memastikan pendengarannya sama sekali tak salah.

"Iya."

Kali ini Feroza yang dibuat terkekeh oleh perkataan istrinya yang mana semakin tak masuk di akal, "Semudah itu kau mengajakku bercerai?"

"Ya, memangnya kenapa? Untuk apa aku menikah dengan lelaki yang tak bisa menunjukkan rasa cintanya kepadaku, kau sendiri yang tak mau menerima tantanganku."

Sudah kehabisan akal dengan perilaku Griselda akhirnya Feroza berniat melangkahkan kakinya untuk pergi dari hadapan istrinya, tapi segera Griselda menahannya dengan sangat kencang.

"Kalau kau pergi dari sini, maka itu artinya kau memilih untuk bercerai denganku. Tanpa harus menunggu lama hari ini juga aku akan mengajukan perceraian ke pengadilan agama," tutur Griselda yang terdengar sangat serius dengan perkataannya.

Mau tak mau Feroza kembali teringat dengan tujuannya menikahi Griselda, jika harus berakhir di sini maka ia tidak akan mendapatkan bagian apapun bahkan mungkin tidak sepeserpun berada di genggamannya.

"Yang benar saja, Selda? Mana mungkin kau akan mengajukan perceraian dengan alasan suamimu menolak melakukan permainan di tempat umum, jangan gila ya!" Feroza menggerutu dengan sangat kesal pada istrinya.

"Tentunya tidak, aku akan mengajukan perceraian dengan alasan suamiku ternyata tidak mencintaiku dan dia hanya menginginkan hartaku."

Ejekan yang dikatakan Griselda sangat menyinggung perasaan Feroza, lelaki itu merasa direndahkan serendah-rendahnya. Walaupun semuanya memang benar, tetapi Feroza tak pernah rela jika harus diberikan ejekan seperti ini.

"Terserah apa maumu," sahut Feroza pasrah.

Griselda kira dirinya akan menang dengan memberikan ancaman tersebut namun ternyata dugaannya salah besar, tak terima melihat Feroza pergi meninggalkannya Griselda segera menyusul langkah lelaki itu lalu menghentikannya.

"Tunggu, Feroza!"

Tanpa basa-basi lagi Griselda langsung mendaratkan bibirnya di atas bibir Feroza, lalu ia melumatnya dengan sangat brutal.

Bahkan Feroza yang hakikatnya adalah seorang lelaki, merasa sangat kewalahan menghadapi permainan istrinya. Feroza sudah mencoba untuk menghempaskan tubuh Griselda dari dekatnya namun usahanya gagal dan sia-sia, "Humft!"

Tak hanya itu, Griselda mendorong kasar tubuh suaminya hingga tersungkur di atas pasir pantai. Kemudian Griselda langsung menindihnya tanpa memberikan kesempatan untuk Feroza agar bisa melarikan diri, apalagi belum sempat Feroza mengeluarkan sepatah katapun istrinya sudah kembali melumat bibirnya begitu bersemangat.

Ingin sekali rasanya Feroza berteriak meminta tolong kepada orang lain agar bisa diselamatkan namun ia tahu jika hal itu hanya akan menambah masalah dalam hidupnya, "Humft! Se-Selda lepaskan!"

Griselda menjauhkan bibirnya dari bibir Feroza, ia menarik nafas panjang dan mengaturnya perlahan sebab ia merasa sudah sangat kehabisan udara.

Dan ini menjadi kesempatan untuk Feroza mengutuk wanita itu, "Kau benar-benar gila! Bahkan lebih gila dari apa yang aku pikirkan!"

"Ya, aku memang gila dan ini semua karenamu!"

"Karena aku? Memangnya apa salahku? Kita bahkan baru bertemu!" sanggah Feroza yang tak terima dengan perkataan istrinya.

Tanpa menjawab pertanyaan Feroza, Griselda memutuskan untuk melanjutkan aksinya dan ia dengan cepat berusaha membuka ritsleting celana lelaki itu.

Feroza yang terkejut dengan tindakan Griselda segera mencoba menahannya, "Hei! Jangan aneh-aneh ya, ini tempat umum."

"Ya, aku tahu. Bahkan sejak tadi aku tahu kalau ini adalah tempat umum."

"Tak waras," umpat Feroza sembari menghempaskan kedua tangan Griselda dari atas celananya.

Melihat Griselda yang akan menyentuhnya lagi membuat Feroza bergegas mencengkram kuat tangan wanita itu, "Jangan menyentuhku lagi, atau aku benar-benar akan menghabisimu!"

"Apa kau yakin memiliki keberanian untuk menghabisiku?" tanya Griselda dengan nada yang menantang.

Feroza semakin merasa frustasi dan ia benar-benar tak menyangka jika dirinya telah menikah dengan wanita yang memang begitu gila, "Kau benar-benar gila, Selda!"