"Kenapa kamu, Nak? Ada apa? Kok menangis?" khawatir ibu Bihana sembari menepuk punggungnya.
"Iya, Kak. Ada apa? Apa kamu sakit? Atau sedang dalam bahaya?" Bulan menimpali pertanyaan ibu Bihana. Menurutnya semua itu mengejutkan untuk keduanya. Makanya harus bertanya dengan cepat.
Bianka mengangguk dengan air mata yang terus menetes. "I—itu di sana ada Mas Betran. Dia—dia tak sadarkan diri! Bantu Bianka Ibu ... Bianka takut sekali, semua ini bukan salah Bianka Ibu ... kalau nanti orang tuanya menyalahkan Bianka bagaimana dong?"
Rupanya begitulah yang ditakutkan oleh Bianka. Takut kalau dimarahin saja oleh keempat orang tua Betran. Apalagi kepada kedua orang tua kandung Betran. Mereka saja seperti singa begitu, jadi mana berani Bianka untuk membantah. Lagian kalau dibantah juga percuma karena akan berdampak semakin ganasnya mereka.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com