webnovel

7.Membeli Rumah

Andrew sedikit kesal melihat tingkah laku Alex , bisa-bisanya orang kaya rela berjalan 5 kilometer tanpa mau menaiki kendaraan umum.

"Tau begini ,lebih baik aku beli mobil dulu tadi " Alex masih menggerutu kesal.

"Tuan Alex , sebenarnya anda ini bodoh atau bagaimana sih, kalau tidak bisa membuat perencanaan yang matang, biar aku saja yang membuatnya untuk Anda" Andrew mulai kesal, karena pria yang dipanggil Tuan itu , terlihat belum berpengalaman mengatur keuangan.

Alex menatap tajam Andrew, "memangnya kamu bisa membuatkan jadwal untuk ku?" tanya nya menyelidik.

Andrew menghela nafas lalu berkata "Begini-begini aku lulusan S2 Ekonomi dan Management ,kalau hanya untuk mengatur jadwal anda ,aku bisa melakukannya"

Andrew memang orang yang terpelajar ,hanya saja semenjak dia di khianati kekasihnya, Andrew langsung frustasi, akibatnya bukan hanya perusahaan tempat dia bekerja memecatnya 2 tahun yang lalu, tapi keluarga nya yang kesal juga mengusirnya, karena semenjak itu Andrew berubah seperti orang gila.

Baru lah 3 bulan ini Andrew mulai berpikir jernih kembali, tapi karena dia yang sudah cukup lama menganggur dan hidup di jalanan, Andrew jadi malas bekerja hingga akhirnya dia bertemu dengan Alex.

"Lulusan S2?? Hahahaha

Mana ada lulusan S2 jadi gelandangan?!" Alex mengejek Andrew.

"Orang kaya yang berlagak seperti orang miskin aja ada!!" celetuk Andrew yang langsung membuat Alex berhenti tertawa.

Alex sadar kalau Andrew sedang membicarakan dirinya, dia menatap Andrew melihat dari atas sampai kebawah. Kelihatannya memang Andrew seperti orang yang berpendidikan tinggi ,hanya saja karena mungkin sudah lama jadi gelandangan ,dia terlihat lusuh.

"Baiklah aku percaya padamu, sekarang carikan aku rumah yang nyaman , harga lebih tinggi tidak masalah bagiku" ucap Alex tiba-tiba.

Andrew beranjak dari tempat duduknya, dia mengira Alex sedang mengujinya, "Oke , itu bukan masalah buatku".

Andrew dengan percaya diri masuk kedalam kantor penjualan properti, di ikuti Alex yang beranjak dari tempat duduknya.

Mereka masuk kedalam kantor tersebut dengan pakaian seadanya, sehingga orang-orang yang didalam, orang yang berpakaian mewah memandang keduanya dengan tatapan hina.

Alex sedikit terintimidasi dengan tatapan mereka, tapi Andrew dengan sangat percaya diri menghampiri petugas penjualan properti tersebut.

"Tuanku mencari rumah yang suasananya masih natural, tidak perlu besar yang penting nyaman dan bisa ditinggali satu keluarga.

Tanpa menunggu petugas menyambut atau menawarkan rumah kepadanya, Andrew sudah berbicara terlebih dahulu.

Pelayan tersenyum, dia yakin kalau orang yang didepannya sangat berpengalaman, dengan kata-katanya yang jelas mengincar sebuah hunian yang sederhana, petugas tersebut bisa menebak kalau Andrew serius ingin membeli rumah , dibandingkan mereka yang banyak bertanya dan hanya sekedar memilih foto.

"Sebentar Tuan ,saya akan mengambil foto rumah yang anda inginkan" petugas tersebut terlihat memilih-milih foto.

"Tuan ,ada 3 rumah yang kebetulan sesuai dengan kriteria anda" petugas pun memperlihatkan ketiga foto rumah tersebut.

Andrew mengangguk, lalu dia menoleh kearah Alex yang terbengong melihat interaksi Andrew dengan petugas peroperty.

"Tuan Alex ,silahkan anda pilih yang mana" kemudian Andrew menyodorkan ketiga foto rumah tersebut.

Alex tersadar dari lamunannya, "Eh kamu saja yang pilih, aku percaya sepenuhnya kepadamu"