webnovel

Melldfy's Academy

Arriena berpikir, dengan memasuki sebuah pusat pendidikan akademik paling tinggi dalam 4 negara bertetangga akan membuatnya menjadi ahli sihir yang hebat. Ia tidak mengetahui bahwa bahaya sedang mengintainya dari kejauhan, dan entah hal mengerikan apa yang ada di dalam akademi tersebut, belum lagi tentang sebuah kutukan turun-temurun yang bersemayam di tubuhnya tanpa bisa di hilangkan. Melldfy's Academy, pendidikan sihir yang di incar berbagai negara termasuk Cey, Voldty, dan Ymon. Akademi yang menyimpan begitu banyak penderitaan siswa dan rahasia sejarah yang di sembunyikan dari khalayak umum. Arriena mengalami berbagai hal sulit di dalamnya hingga berpotensi hilangnya nyawa dan memicu terjadinya perang. Akankah Arriena dapat menghadapi kemungkinan terburuk yang terjadi?" Yuk simak petualangan Arriena beserta kawan-kawan nya.

Vinta_Gesti · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
8 Chs

latihan dan tentang buku

Arriena terbangun, terkejut melihat Isaac sedang berdiri besedekap dada di hadapannya dengan bersandar di ujung kasur miliknya, jantung nya berdebar kencang hingga terasa di telinga. "Isaac, sedang apa kau di sini?" Tanya Arriena sambil memandangi teman lamanya yang sudah ia kenal sejak kecil.

"Arriena. Kita akan latihan hari ini, tapi kamu terlambat datang dan masih tertidur lelap di sini. Aku jadi sedikit khawatir, apakah semuanya baik-baik saja denganmu?" Tanya Isaac dengan nada khawatir.

Arriena tersadar dan merasa sangat menyesal karena terlambat ke tempat latihan lagi. "Maaf, aku tidak sengaja tertidur. Bagaimana dengan latihannya? Kau sudah mulai?"

Isaac menggelengkan kepala, "Belum, aku mencoba membangunkanmu sebelum latihan dimulai. Kita masih punya waktu, sebelum jadwal ku tiba untuk pergi ke akademi, tapi selalu jaga waktu agar kita dapat memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya. Ayo cepat mandi dan bersiap-siap, kita akan melatih teknik terbaru hari ini," ujar Isaac sambil melayang-layang kan tongkat nya ke udara dengan semangat.

Arriena melihat sekeliling sebentar, dimana benda itu? pikirnya. Tapi melihat Isaac di depannya yang di selimuti semangat, ia tidak mau terlalu memikirkan kejadian semalam.

Ia merasa bersalah dan berjanji tidak akan terlambat lagi ke tempat latihan. Setelah mandi dan bersiap, keduanya memulai latihan di sebuah lapangan terbuka yang dihiasi dengan pohon-pohon rindang. Materi yang akan mereka pelajari hari ini adalah, berlatih teknik bertarung dan meracik ramuan seperti yang biasanya dilakukan. Namun, kali ini Arriena melakukan kesalahan-kesalahan kecil seperti salah mencampur bahan dan lupa mencatat takaran bahan yang digunakan.

Tiba-tiba, tanpa sengaja dorongan kuat dari sihir magis Arriena menumbangkan salah satu pohon yang ada di sekitar mereka, Isaac memperhatikan kesalahan-kesalahan yang dilakukan Arriena dan menghentikannya. "Rin, apa yang sedang terjadi? Kamu terlihat sangat terganggu dan melamun," tanya Isaac.

"Maaf, aku kurang fokus." Ucap Arriena beralasan.

"Mantera apa yang kamu gunakan tadi?" Tanya Isaac penasaran, sembari memutar-mutarkan topi kerucut nya.

"Umm hanya Herb Luan, tidak lain."

"Bohong!" Teriak Isaac membuat Arriena kaget sementara. "Jangan mengagetkanku bodoh!" Arriena memukul kepala Isaac menggunakan tongkat sihir nya. Ringisan pelan terdengar.

"Kau bercanda ya, 'Herb Luan' memang memiliki kekuatan penyembuhan yang sangat kuat, bahkan dapat menyembuhkan kerusakan fisik dan mental yang tak tersembuhkan. Tapi, Herb ini tidak spesifik untuk menumbangkan pohon seperti yang kamu lakukan barusan, kita seharusnya menggunakan herb luan untuk memulihkan pohon yang rusak atau terkena pengaruh sihir jahat. Pernyataan mu tadi itu membual ya?" Arriena yang di ceramahi oleh manusia kurcaci itu hanya menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal, dan terkekeh pelan.

"Aku tau dasar manusia kurcaci! Jangan menyudutkan ku seperti itu, biasanya malah kau lebih payah daripada aku!." Emosi Arriena melunjak tinggi.

"Mantera sihir yang aku gunakan seharusnya adalah, 'Anima terentium, elementus adspiritus', tapi tadi aku salah mengucapkannya." Isaac mengangkat alisnya heran, "Kenapa aku merasa mantera sihir itu tidak biasa?" Arriena yang merasa malu menjawab, "Aku membuat mantera sihir itu sendiri, bodoh jangan melihat ku seperti itu." Ucapnya salah tingkah, "Mungkin itulah sebabnya kamu merasa tidak biasa." Lanjut nya. Isaac mengangguk mengerti, "Baiklah, mari kita berlatih lagi. Tapi kali ini jangan ceroboh ya Rin, ingatlah setiap takaran bahan dan mantera sihir yang benar." Arriena mengangguk dan mereka lanjutkan latihan mengendarai sapu terbang dan menggunakan sihir dengan lebih hati-hati.

Setelah latihan selama beberapa jam, Arriena dan Isaac berhasil memperbaiki teknik sihir, dan Arriena tidak lagi ceroboh dalam mengucapkan mantera, ia mulai berhati-hati dan kembali fokus dengan latihan nya. Meskipun sihir ciptaan Arriena telah di perbaiki, mantera tersebut belum sempurna. "Kamu semakin mahir dalam mengendalikan sihir, Arriena," kata Isaac dengan senyum bangga.

Arriena merasa senang dengan pujian Isaac dengan lagak nya merasa sombong. "Setelah sekian lama kau baru menyadarinya? Aku memang hebat, ya kan?" Tanya Arriena dengan angkuh. Isaac hanya tersenyum sinis dan menjawab, "Jangan menjadi merasa terlalu percaya diri, nanti bisa celaka. Apalagi dengan mantera sihir buatanmu yang tak biasa itu, kau menamainya apa tadi? Hahaha itu sangat aneh".

Arriena merasa tersindir dengan ucapan Isaac, tapi dia masih terus mempertahankan kesombongan-nya. "Ah, jangan khawatir Isaac. Ini hanya latihan. Aku tahu batas-batasku," kata Arriena dengan pede. Isaac tersenyum mengejek, "Oh ya? Kayaknya sih batas kemampuanmu baru nampak dari jauh, kau lihat teropong ini?" Ucapnya menggenggam teropong unik bercorak daun Alamanda, "Menggunakan benda seperti ini lah baru nampak jelas kemampuan mu di mataku." Arriena merasa tersinggung dengan celotehan membosankan yang di lontarkan Isaac, dan memutuskan untuk tidak membicarakan kemampuan sihirnya lagi.

"Baiklah, aku akan berlatih lebih giat lagi untuk terus mengembangkan kemampuan sihirku," kata Arriena dengan nada tegas.

"Tapi, Isaac..." Arriena kemudian merasa ingin berbagi tentang buku misterius yang dia temukan semalam dengan Isaac, "Tapi, tadi malam, aku menemukan buku yang mungkin bisa membantu mengembangkan sihirku. Ada banyak mantera hebat di dalamnya," ujarnya. Mendengar itu, Isaac mulai terlihat tertarik, "Buku apa itu? Siapa yang menulis nya?" Arriena mulai menceritakan kisah tentang bagaimana dia menemukannya dan bagaimana dia mendapat kejadian aneh.

Ia berlanjut menceritakan tentang mantera sihir di dalam buku itu, "Setelah mencoba salah satu mantera di dalamnya, malam itu aku mengalami kejadian aneh. Aku hampir menyebutkan mantera Apparate. Ada sesuatu yang muncul di hadapanku saat aku mulai pingsan karena lelah, tapi tampaknya hanya aku yang bisa melihatnya." Kini Isaac semakin bersemangat mendengarkan cerita Arriena, "Benar-benar sebuah buku yang menakjubkan. Sepertinya aku ingin mencoba membacanya juga," Kata Isaac. Namun raut wajah Arriena terlihat lesu, itu pemandangan yang mengganggu pikiran dan pandangan Isaac.

"Haha apa yang kau khawatir, Rin? Tenang, mungkin itu hanya hantu buku yang ingin mengajak ngobrol. Akupun sebenarnya punya anjing yang nggak pernah terlihat oleh siapapun loh selain aku. Haha..." Ucap Isaac mencair kan suasana. "Atau si 'sesuatu' yang muncul itu hanya hantu bosan yang lari-lari kesepian." Lanjutnya membuat lengkungan tipis tercetak di ujung bibir milik Arriena.

Arriena tergelak mendengar lelucon Isaac dan ia merasa lega dan ia rasa sudah mulai bersemangat kembali. Namun, rasa penasaran Arriena masih saja bertambah. "Tapi, mengapa buku itu bisa membuatku begitu lelah sampai-sampai aku pingsan?" tanyanya.

"Mungkin ada beberapa kemungkinan. Pertama, buku itu bisa saja berisi mantra dan sihir yang sangat kuat sehingga membawa dampak pada energi siapa pun yang mencobanya. Kedua, buku itu mungkin memuat 'barrier' atau penghalang yang begitu kuat sehingga membuat kamu kelelahan hanya dengan mencoba memahaminya. Atau ketiga, mungkin saja buku itu hanya tertulis dalam bahasa yang agak sulit dimengerti dan memerlukan pemahaman yang kuat untuk bisa membaca dan memahaminya," jelas Isaac dengan penuh perhatian.

Belum Arriena mengucapkan sepatah kata pun, Isaac tiba-tiba teringat sesuatu. Ia menyadari waktu yang terus berjalan, ia sadar sekarang memasuki waktu yang sangat mendekati jam masuk di akademi. "Oh tidak, aku lupa!" kata Isaac dengan kaget. "Gawat! Aku harus berangkat ke akademi sekarang juga," tambahnya. "Baiklah, kita bicarakan lagi nanti tentang buku itu. Jadi hati-hati lah dan semoga berhasil!" kata Isaac dengan senyum panik.

"Typical Isaac itu, selalu tergesa-gesa seperti kuda yang melihat jerami," gumam Arriena dalam hati sambil mengepalkan tangannya geram. "Kok bisa ya dia melupakan jam seperti itu? Apa dia memang sering tertidur di kelas-kelas sebelumnya?" keluh Arriena.