Percakapan antara Amir dan Al Fatih semakin lama semakin meningkat menuju ke hubungan antara seorang sahabat meski usia mereka sangat jauh. Alfatih yang sudah menunggu ajakan dari Amir untuk datang ke rumahnya, akhirnya ia menyetujui permintaan laki-laki paruh baya itu saat jam makan siang. Ketika teman-temannya duduk di rumah yang ada di dekat dengan lapangan sepakbola, Al Fatih justru mengikuti langkah Amir untuk menuju ke rumahnya.
"Nah ini rumahku yang sangat sederhana, Fatih. Aku sengaja ingin memperlihatkan semuanya kepadamu. Aku ingin menunjukkan kalau aku hanya warga desa yang sudah bisa menunjukkan kekuasaannya.
Mata AlFatih membelalak sempurna melihat betapa indah rumah Amir. Dia tidak pernah mengira bahwa orang desa seperti Amir memiliki sebuah rumah tinggal yang sangat besar, mirip dengan mansion milik ayahnya yang berada di daerah sekitar Mentawa.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com