***
"Apa keripik kentangnya masih ada?" tanya Stefani sembari membuka kabinet tempat penyimpanan keripik kegemaran keluarga mereka dan Arkhano tentunya.
Aletta mengangguk tipis. "Masih. Tidak akan habis dalam dua minggu ke depan, kecuali aku boros memakannya," jawabnya sembari memperhatikan Stefani yang menutup kabinet dan menoleh padanya dengan sebelah tangan yang bertumpu pada pinggang. "Kenapa, Ma?"
Stefani menghela napas pelan. Dia mengedikkan kepala. "Kenapa saat papa membicarakan hubungan yang lebih serius pada kalian, ekspresi Arkhano sedikit berubah menjadi murung? Dan... dia terlihat seperti tak ingin membicarakannya. Dia juga menjawabnya dengan menggantung, berlawanan dengan tatapannya saat di awal yang sangat jujur dan meyakinkan."
"Oh... itu," Manik Aletta berkeliaran sejenak. Dia lupa kalau Stefani lulusan psikologi, mampu membaca mimik orang dengan sangat jeli dan menebak-nebak jawabannya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com