Seolah benda itu memang diperuntukkan untuknya.
Belhart kemudian sedikit menggerakkan bola matanya. Menyadari sedang diperhatikan dengan teliti bahkan dipertimbangkan. Ada sedikit rasa puas yang menjalar dalam tubuhnya.
"Benarkah?" sembari ikut menimbang-nimbang dan menyesuaikan isi pemikirannya. Belhart mulai merasa bangga diri.
"Ya. Dan itu memberikan kepuasan tersendiri untukku karena telah mengambil pilihan yang sangat tepat. Namun.."
Seolah melihat fatamorgana, Monna menyadari ada seulas senyum tipis diukir Belhart secar tidak disengaja.
Setelah mengerjap beberapa kali dengan tidak percaya, Monna baru memberikan respon.
"Apa Anda baru saja mengulaskan segaris senyum? Sangat tipis memang namun aku yakin Anda sepertinya sempat menarik ujung bibir Anda lebih ke atas. Namun, benarkah itu?"
Merasa tidak yakin sekaligus tidak percaya. Monna berulang kali menatap Belhart ragu. Sehingga Belhart mulai merasa tindakannya menjadi bodoh.
"Kenapa? Apa aku dilarang tersenyum?"
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com