"Jadi, maksudmu kau meminta saya untuk melepaskan celana ini?" tanyanya lagi.
Saukilla pun mengangguk.
Salju malam ini turun lebih lebat lagi, Prajurit Kepala Renjana, Prajurit Chic Ko, Prajurit Hwang Jung Min, serta Prajurit Nara Dega pun mengekor ikut pulang bersama Kapten Sean.
Namun, keempat prajurit Kapten Sean masih berhenti di sebuah aliran sungai perbatasan pulau Geoje. Sehingga Capt Sean lebih dulu tiba di penginapan ketimbang empat prajuritnya.
Hujan salju yang tidak memungkinkan aktivitas warga militer pun terpaksa harus kembali ke penginapan. Sesuai dengan informasi perintah dari Jendral besar.
Prajurit kepala Renjana bersua di tengah-tengah dinginnya salju Korea.
"Rasanya aku segera ingin berkunjung ke Semarang untuk menemui kekasihku."
Kemudian, Prajurit Chic Ko menyahut, "Wah sepertinya kamu memang sungguh-sungguh memiliki niatan untuk menikahi perempuan Indonesia itu ya."
"Benar, selain keluarganya bisa menguasai bahasa Korea, orang tuanya pun begitu baik padaku. Dulu saat aku hendak mengikuti pelatihan militer mereka bahkan mengirim sebuah makanan untukku. Namanya, dendeng kalau orang Indonesia menyebutnya."
"Kalau membahas tentang Indonesia, rasanya Aku begitu ingin mengunjungi candi Borobudur," sahut Hwang Jung Min.
Mereka berempat tak menghiraukan dinginnya salju malam, berbekal head lamp, senjata tajam, serta barat sesuai pangkat mereka masing-masing. Ke empat prajurit Kapten Sean tersebut membahas mengenai Indonesia.
Terlebih, lagi-lagi Prajurit kepala Renjana yang membahas pacarnya, gadis asli Semarang sana. Namun, di tengah percakapan mereka Hwang Jung Min ingat dengan perempuan yang ditemukan oleh Kapten Sean.
"Sebaiknya kita lekas pulang, aku begitu penasaran dengan perempuan yang ditemukan oleh Kapten Sean dini hari tadi," ujarnya. Ketiga rekannya pun sontak ingat dan mengiyakan pernyataan tersebut.
"Iya benar, mari kita segera pulang. Aku juga begitu penasaran." Sahut Nara Dega.
Sedangkan, Kapten Sean ia masih berada di dalam kamar mandi bersama Killa. Ia tak tahu harus melakukan apa sementara perempuan itu terus menahan apa yang sudah ia tahan Sejak pagi tadi.
"Kau berniat membantuku atau hanya akan diam di sini saja?"
"Lantas apa yang harus saya lakukan, saya tidak pernah seperti ini sebelumnya!"
"Memang kamu pikir aku juga pernah seperti ini! Aku akan berdiri seraya berpegangan pada bahumu, lalu tolong kamu turunkan celana ini sambil menutup mata! ingat ya jangan memiliki pikiran negatif!" dalih Saukilla penuh penekanan.
Kapten Sean pun mengiyakan ucapan perempuan itu. Ia tampak begitu luluh seperti seseorang yang sudah mengenal lebih lama. Perlahan Kapten Sean mulai menurunkan celana milik Saukila dengan mata yang tertutup.
Dalam batin Kapten Sean, ia merasa begitu canggung dengan degup jantungnya yang kian tidak berirama. Bahkan saat celana tersebut sudah terlepas di bawah lutut Killa.
"Ini cukup susah untuk jongkok. Aku tidak bisa jongkok seperti biasanya," ujar Killa.
"Ya sudah kamu tetap pegang kuat bahu saya."
"Memang, apa yang hendak kamu lakukan?" tanya Killa.
"Aku akan membawamu," ujar Sean.
Kapten Sean pun bergegas membopong tubuh Saukilla, kemudian Sean berjongkok sehingga posisi Killa lebih dekat dengan lubang. Bahkan, Sean masih dalam keadaan menutup mata. Ia tidak ingin melihat sesuatu yang bukan miliknya.
"Kamu tutup mata!"
"Sudah sejak tadi!"
"Tutup telingamu, aku tidak mungkin buang air kecil tapi kamu mendengar bunyinya!" Ketus Killa, saking sudah tidak bisa menahannya perempuan tersebut pun membentak Kapten Sean.
"Astaga? kenapa kamu begitu banyak bicara, kalau saya menutup kedua telinga ini lantas siapa yang akan menahan tubuhmu, Nona!"
"Sudahlah cepat selesaikan acara buang air kecilmu. Lagi pula aku tidak akan tergoda dengan itu semua!"
Namun Killa tetapi berceloteh sehingga membuat Kapten Sean jengah.
"Bagaimana aku bisa buang air kecil saat kamu mendengarkannya!" gerutu Killa.
"Dan bagaimana saya bisa membopong tubuhmu kalau dua tangan ini digunakan untuk menutup telinga!" keluh Kapten Sean yang sudah geram dengan Saukilla.
"Kau mau menyelesaikan acara buang air kecilmu atau kutinggalkan di sini!" ancam Kapten Sean, Saukilla pun akhirnya memutuskan untuk menepis rasa malunya.
'Ya Tuhan harga diriku benar-benar hilang malam ini juga di depan seorang tentara Korea Selatan!' batin Saukilla menahan malu.
Pun hal itu juga dialami oleh Kapten Sean, Dia adalah seorang tentara nasional kebangsaan Korea Selatan, seorang Captain Sean Dewa Anggara berada di dalam satu kamar mandi dengan perempuan asing yang tengah buang air kecil.
'Jika prajuritku tahu, apa yang harus kukatakan! Hendak diletakkan di mana wajahku ini sebagai seorang kapten!'
Saat mereka sedang berada di dalam kamar mandi, tiba-tiba suara derap langkah kaki lebih dari satu orang mulai masuk ke dalam rumah Kapten Sean.
Ia begitu yakin jika yang datang adalah prajuritnya. Orajurit kepala Renjana, prajurit Chic Ko, prajurit Hwang Jung Min dan prajurit Nara Dega.
"Di mana Kapten Sean dan perempuan itu?" ujar prajurit kepala Renjana.
"Mungkin mereka berada di kamar atau di dapur?" sahut Chic Ko.
'Astaga itu benar mereka yang datang.'
Mereka terjebak di keheningan, hanyut dalam pikiran masing-masing. Mungkin sekitar lima menit hingga Kapten Sean merasa geram.
"Kenapa diam, sudah selesai atau belum?"
"sudah sejak tadi," sahut Killa dengan suara parau.
"Baiklah kalau begitu kembali pegang bahu saya dengan kuat. Saya akan menaikkan celanamu kembali."
Namun, Saukilla tak kunjung mencekal lengan Sean. Ia justru diam serta kikuk tersendiri hingga pria itu kembali melontarkan sebuah pertanyaan.
"Ada apa lagi, kenapa belum juga memegang bahu saya?"
"Bahkan, ini belum Aku bersihkan. Bagaimana mungkin celana ini akan dikenakan!"
Kapten Sean pun kembali dikejutkan oleh pernyataan tersebut. Rasanya tidak mungkin jika dirinya juga yang membersihkan milik Saukilla. 'Astaga apa aku lagi yang harus membersihkan milik perempuan ini'
"Kapten Sean! Anda berada di mana?" seru prajurit kepala Renjana.
Kapten Sean pun meminta agar Saukilla diam sebab prajuritnya sedang berkeliaran di rumah itu. Kapten Sean pun berbisik.
"Jangan berbicara dulu, pelankan oktaf bicaramu, di sana ada beberapa prajuritku," bisik Kapten Sean.
Serdadunya pun meninggalkan area dapur. Mereka mungkin duduk di sauna arang. Memang hobi mereka menghangatkan tubuh di area tersebut. Beruntung sekali Kapten Sean dan Saukilla bisa lekas keluar.
"Aku akan memberimu air serta waslap, nanti kamu bisa membersihkannya sendiri di kamar tadi. Aku tidak mungkin menyentuh milikmu! dan ingat, tolong jangan bersua sebelum aku yang menemuimu lagi!" pesan kapten Sean memperingatkan.
Dara dua puluh tujuh tahun tersebut mengangguk paham. Meski sejatinya banyak sekali pertanyaan yang berseliweran ingin rasanya diutarakan. Namun sepertinya pesan itu lebih penting bagi keamanan pria tersebut.
"Tapi tolong jangan terlalu lama. Aku takut tempat ini terlalu gelap," kata Killa.
Kapten Sean pun mengangguk, "Aku tidak akan lama."
gagas Kapten Sian membawa Saukilla kembali ke dalam kamarnya. Membiarkan perempuan tersebut istirahat, sedangkan dirinya bertugas mengamankan para prajurit yang tengah mencari dirinya.
Tapi, tiba-tiba saja derap langkah serta suara serdadunya terdengar tepat di belakang mereka.
'Astaga! bagaimana ini!
- Bersambung -
jangan lupa untuk review dan tambahkan ke perpustakaan kalian ya buat yang belum subscribe masih aku tunggu loh yuk subscribe biar nggak ketinggalan update terbaru dari cerita ini. Sebelumnya terima kasih banyak atas apresiasinya terhadap karya ini Love you All dan see you next part.