webnovel

Marriage with Soldier

"Saat ini kita sedang berada di atas ketinggian 43.000 kaki atau setara dengan 13.716 km. Saya tahu tujuan Nona adalah Korea Selatan, Pulau Geoje. Tapi, Nona harus memaafkan Tuhan sebab sebentar lagi pesawat ini akan terjatuh ke sebuah jurang. Namun, tenang saja karena nantinya Nona akan ditolong oleh seorang abdi negara yang tampan asal Korea Selatan." Berawal dari ramalan pria gimbal, yang kemudian ramalan tersebut pun terjadi pada diri Nora Saukilla Ekualen, dara dua puluh tujuh tahun yang sukses dengan beberapa kantor penerbit berskala Mayor serta beberapa restoran dengan omset puluhan juta dalam tiap harinya. Kecelakaan pesawat tersebut membuat Killa bertemu dengan seorang Abdi negara yang bernama Kapten Sean Dewa Anggara. Kapten Sean sendiri rupanya pria matang berdarah Korea Selatan - Magelang. Perjalanan cinta pun di mulai saat Killa lupa ingatan dan terserang penyakit leukodystrophy terminal. Penyakit ganggu saraf yang membuat ingatan korban hanya berputar pada usia lima tahun saja. Sehingga membuat Killa sukar untuk kembali ke Magelang dan tinggal di Korea Selatan. Kebersamaan akhirnya menumbuhkan benih cinta antar keduanya. Meski segala rintangan dari musuh Kapten Sean mencoba membunuh Killa. Hingga, pada saat Sean hendak mengutarakan rasa, justru Killa kembali ingat dengan tunangannya yang bernama David. "Sean, aku harus kembali ke Magelang. Aku sudah ingat semuanya, aku tidak bisa berlama di sini sebab rupanya aku hendak menikah dengan David." Keduanya berpisah, Killa meninggalkan desa militer dan Sean melanjutkan tugas negaranya. Meski begitu, tanpa sepengetahuan mereka semesta telah mengikat keduanya dalam jalinan kontrak kerja. Ya ... Kapten Sean adalah juga seorang penulis best seller yang tengah menerbitkan karya di kantor penerbit milik Saukilla. Namun, bisakah takdir mempertemukan dua insan yang sebenarnya saling cinta?

Aiir_Andinii · Urban
Zu wenig Bewertungen
240 Chs

4. insiden di Kamar Mandi

Ceklek ....

Usai pintu terbuka, derap langkah kaki pun terdengar menuju tempat di mana ia bersemayam. Derap langkah kaki terdengar banyak, tak hanya satu dua orang saja, Killa menegang ketakutan.

'Ya Tuhan, apa itu? Apa mereka rombongan penjahat!' ujarnya lagi membatin.

Killa terus menitikkan air mata sebab rasa takut, ditambah rasa ingin buang air kecil yang tak segera terlaksana sebab sukarnya ia berjalan dan gelap gulitanya tempat tersebut.

"Yang benar kamu, di mana perempuan yang kau maksud?" timpal seorang pria dengan suara bariton tersebut.

"Mungkin disembunyikan oleh Kapten Sean. Tadi saya jelas-jelas melihat Kapten Sean di pagi buta masih mengenakan seragam militernya. Ia tampak menggendong seorang perempuan dengan cara mengendap-endap," jelas Sersan Dal Mi.

Saukilla menegang takut, ia tetap pada tempat tersebut. Dara dua puluh tujuh tahun itu bahkan mengabaikan rasa ingin buang air kecilnya disaat suara derap langkah itu mulai mendekat ke arah kamar itu.

Sejak tadi, Killa memang sudah menahan rasa tersebut, bukan hanya karena kakinya yang tidak bisa digerakkan saja. Namun, ruangan itu begitu gelap. Killa hanya melihat semburat cahaya senter dari balik pintu ruangan ia berada.

Di kampung militer belum ada listrik seperti pusat Seoul. Penduduk di sana rata-rata adalah keluarga militer atau pun sederajatnya.ereka kerap kali menggunakan diesel tiap malam saja.

Tak ayal, hanya tempat diana Killa berada yang tampak gelap gulita.

Tampak dari luar, senja menyeringaikan senyuman-senyumannya di bawah dekapan salju. Salju sudah mulai berkurang tak lagi seperti beberapa pekan terakhir.

Rumah-rumah di seberang jalan sana tampak bersinar merah dari cahaya lampu.

"Saya rasa orang tersebut ada di kamar ini, Sersan!"

"Ya sudah coba buka pintunya," pinta sersan Nam Gyu Won tersebut.

Sersan Dal Mi gegas mendekati pintu berwarna cokelat tua. Saat tangannya hendak mendorong pintu kayu itu, langsung saja Kapten Sean lebih dulu datang, sebab tadi Ia memutuskan untuk pulang lebih dulu karena khawatir jika perempuan yang ia temukan kenapa-napa.

"Sersan Dal mi! Apa yang kau lakukan di rumah saya?" seru Sean dari belakang kedua orang tersebut.

Sersan Nam Gyu Won menoleh ke arah sumber suara, kemudian diikuti oleh Sersan Dal Mi. Agaknya mereka kaget sebab si empunya rumah datang menegur.

Captain Sean pun segera menyalakan headlamp dan gegas melangkah tegap menghampiri kedua pria yang begitu membencinya.

"Maaf, Sersan. Apa yang hendak kalian lakukan di rumah ini?"

Kemudian, Sean melirik ke arah Sersan Dal Mi. "Sersan Dal Mi, Apa yang sedang kau lakukan, kenapa ingin membuka pintu ini?"

"Maaf Kapten Sean, baru saja saya mendapat laporan bahwa Anda membawa masuk seorang perempuan ke rumah ini," jelas Sersan Nam Gyu Won.

Memang benar apa yang dikatakan oleh mereka berdua, jadi, tadi ada yang sempat melihatku, batin Kapten Sean. Tetapi pria dewasa yang sudah terdidik itu pun sebisa mungkin menyembunyikan kegugupannya.

"Laporan macam apa itu, Sersan! Bukankah Anda melihat sendiri saat saya dan pasukan saya berangkat ke perbatasan. Namun, jika Anda tidak percaya silakan masuk," ujar Capt Sean.

Padahal dalam hatinya Ia juga takut jika ketahuan membawa perempuan masuk.

Hal itu akan berimbas pada kenaikan pangkatnya. Tapi, ia tidak memiliki cara lain. Sontak Sersan Nam Gyu Won mohon maaf atas kelancangannya masuk tanpa izin dan sudah memberikan tuduhan tanpa bukti.

Mereka berdua pun bergegas undur diri. Kapten Sean tidak langsung masuk menemui perempuan itu yang tak lain adalah Saukilla. Ia lebih memilih mengekor kedua pria tersebut guna memastikan sudah benar-benar pergi atau belum

"Sean, ini merupakan rumah Kapten Sean? Apa aku ditolong oleh dia, lalu dua orang pria tadi siapa!" lirih Killa.

Ia masih tetap berdiam diri seraya menunggu seseorang datang menemuinya. Killa harus menanyakan sesuatu pada orang tersebut, entah siapa dia yang jelas Killa harus menemukan jati dirinya kembali.

Setelah Sersan Nam Gyu Won serta Sersan Dal Mi pergi, Sean gegas menutup rapat pagar rumah serta pintu utama. Lilin mulai ia nyalakan, sementara Kapten Sean memutuskan untuk tidak menyalakan diesel.

"Mereka berdua memang tak ada bosan-bosannya mencari celah kesalahanku," ucap Kapten Sean menggunakan bahasa Indonesia.

"Apa perempuan tadi sudah sadar atau justru ...."

Ucapannya terhenti tatkala mendengar isak tangis dari ruangan di mana Killa berada. Captain Sean segera membawa head lamp menuju kamarnya, ruangan itu adalah kamar Captain Sean.

Ceklek ....

"Ya Tuhan tolong selamatkan aku. Rasanya aku ingin sekali buang air kecil," loroh Saukilla seraya terisak.

Namun, ia terkejut saat pintu ruangan itu terbuka, cahaya lilin serta head lamp membuat padang seisi ruangan. Ia pun menoleh ke ujung pintu di mana Kapten Sean berdiri.

"Kau sudah sadar, Nona?" tanya Kapten Sean menggunakan bahasa Korea. Saukilla pun refleks dan menjawab menggunakan bahasa negeri ginseng juga.

"Tolong aku!" pinta Saukilla memelas.

Kapten Sean pun melangkah mendekati Killa.

"Tolong apa? Dan kenapa Nona menangis?"

"Saya ingin sekali buang air kecil sejak pagi tadi, namun luka di kaki saya membuat tak bisa berjalan."

Tanpa basa-basi lagi Captain Sean pun bergegas menggendong tubuh Saukilla yang penuh luka. Kapten Sean menatap sejenak wajah perempuan itu.

'Sepertinya dia bukan perempuan Korea. Namun Kenapa dia bisa berbahasa Korea?'

Killa pun terkejut saat Kapten Sean menggendongnya dan membawa Killa ke kamar mandi. Setibanya di kamar mandi, dia kebingungan kakinya benar-benar tidak bisa digerakkan, lantas bagaimana cara Ia membuka celananya.

"Saya akan menyenteri Nona dari atas celah pintu."

Sean pun bergegas menurunkan Killa. Namun, Saukilla justru terjatuh, kedua kakinya tidak kuat menopang tubuh kurusnya. Mungkin sebab luka sehingga Ia sukar berdiri.

"Kau tidak apa-apa?"

"Saya tidak bisa berdiri."

Kapten Sean pun memijat sebab tak tahu harus berbuat apa.

"Saya sudah tidak bisa menahan lagi," ujar kilah memecah lamunanku Captain Sean.".

"Saya akan mengantar Nona sampai ke dalam."

Kila mendelik tajam, mana mungkin acara buang air kecil ditemani pria asing, batin Killa. Namun tak ada pilihan lain ketimbang Ia membasahi celananya.

Rupanya, Captain Sean menyadari kegusaran serta kekhawatiran pada diri Killa.

Pria itu pun segera menepis asumsi buruk yang bisa saja menyeret namanya.

"Kau tidak perlu berpikir ke arah sana. Saya hanya akan mengantarmu, bukan melihat apa yang hendak kau lakukan," jelasnya, yang membuat Killa tenang.

Pria asing yang sebelumnya tidak pernah Killa temui. Pun dengan Sean, itu adalah kali pertamanya bersua dengan perempuan. Sejak kecil Ia adalah introvert hingga beranjak remaja dan berkeinginan menjadi seorang abdi negara.

Hal itu pun membuat Sean jarang sekali malah bisa dibilang tidak pernah bercengkrama dengan perempuan selain Mamanya.

"Kau seorang tentara, ya?" tanya Killa yang malah menanyakan hal yang tidak bersinggungan dengan acara buang air kecilnya.

"Jangan buang-buang waktu, Nona. Kau ingin buang air kecil atau ingin saya tinggalkan di sini!"

"Iya saya ingin buang air kecil tapi, bagaimana saya bisa membuka celana," Lagi-lagi sebuah pernyataan gila yang membuat Sean tercengang tak percaya.

"Apa! kau tidak bisa melepaskan celana?" Loroh Sean mendelik tajam.

"Jadi, maksudmu kau meminta saya untuk melepaskan celana ini?" tanyanya lagi.

Saukilla pun mengangguk.

_ Bersambung _