Ssst sssst
Aku mendesis memanggil Rudy yang duduk didepan balkon sambil baca koran. Wajah nya serius sekali. Wajah jadul nya makin mirip bapak bapak saja walau aku yakin usia nya jauh di bawah Devan.
Rudy menengok mencari asal suara dan mendapati ku di balik pintu. Aku memberikan senyum terbaik ku.
" Boss ada?" Tanya ku setengah berbisik padahal ga ada juga yang dengar.
" Tuan Devan?" Tanya nya balik. Aku mendesis lagi, gregetan juga dengan Rudy! Tentu siapa lagi Boss yang aku tanyakan! Emang ada Boss lain.
" Iyo.. Apa dia ada di kamar?"
" Ada" Jawab Rudy setengah berpikir dan menebak kenapa aku menanyakan nya.
Kukeluarkan kotak persegi berbungkus warna gold.
" Kasih ini kedia! " Kata ku malu malu. Rasanya harga diriku langsung loncat kebawah. Tapi ada sisi was was juga.
" Untuk Tuan?" Tanya balik.
" Bukan buat gorila! Elah.. Iyalah buat tuan kamu.. Tuan besar" Ucapku jengah. Kenapa otak pintar Rudy kali ini ngadat dan apa itu mata nya bolak balik melihat kadi ku juga aku. Apa ia tak percaya aku memberi Devan kado ato ragu menuruti perintah ku! Jangan jangan ia bisa menebak kalau tuan nya ga bakalan suka. Mendadak aku jadi parno duluan.
" Ini sebagai ucapan terimakasih saja, kalau dia ga suka! Ambil aja buat kamu" Kata ku lalu melempar kado itu kemeja. Aku segera beranjak dari sana.
" Nyonya Alena" Panggil Rudy sambil berlari kearah ku.
Tangan ku di berikan kado itu. Apa dia sudah mewakilkan kalau Devan bakal menolak??
" Kasih sendiri! Tuan lagi ga sibuk juga kok"
Hah.. Hmm itu.." Aku menimbang ragu pada Rudy.
Rudy mengangguk seolah memberi dukungan kearah ku.
Perlaham aku menuju kamar Devan. Pintu bercat cream yang besar itu seperti sebuah bom. Ada kecemasan besar yang menangkup jiwa raga ku. Aku tak pernah masuk kamar nya. Apalagi ini aku mau memberikan kado? Serius? Oh lebih baik ku batal kan. Tapi dia sudah menyelamatkan ku dua kali! Ya dua kali!! Okey Alena.. Tarik nafas.. Buaaaang...
Kulakukan berkali kali sebelum mengetuk pintu ini.
Ciiit..
Belum juga di ketuk pintu nya sudah terbuka sendiri. Terbuka sedikit sih seolah tadi ga tertutup rapat saja. Ku tarik nafas lagi. Apa aku masuk saja. Lancang ga ya?? Apa aku tinggalkan di depan pintu saja.
Tapi ga sopan banged.
Duh.. Aku tunggu saja..
Sekitar 2 menit aku menunggu disana. G ada hasil. Iya juga. Kalau ga di panggil bagaimana nongol orang nya. Ya ampun kenapa jadi ribet begini. Gusar ku. Akhirnya ku buka lebih lebar pintu nya. Aku masuk diam diam seperti tikus yanh mencari makanan.
Kamar ini luas dan besar banged. Warna dinding nya ga terlalu jelas karena cahaya lampu nya mati hanya cahaya dari tv menyala di ruang tamu kecil disana.
Terdengar suara air dari dalam. Seperti dari kamar mandi. Mungkin Devan mandi. Ini kesempatan ku untuk meletakkan kado ini di... Kusisir tempat disana yang mudah di temukan. Ya disana.. Aku segera menuju atas kasur yang masih sangat rapi ini.
Kulempar benda persegi itu seperti sedang melempar mainan anak yang edukatif itu yang warna warni bulet bulet.
Bravo.! Kado nya persis mendarat di tengah tengah. Ga kebalik ga miring. Lemparan cantik!! dengan senyum mengembang misi ku selesai, waktu nya kembali ke habitat!
" Apa yang kamu lakukan!"
Suara itu.
Deg..
Ada aura Devan di belakang. Entah kenapa lutut ku jadi gemetaran sendiri. Dan rasa takut menyelelimuti. Aku memang salah masuk tanpa permisi.
Perlahan kuputar badan ku dengan mata hanya menuju ke lantai. Kulihat ada air menetes di lantai. Dari kaki telanjang disana. Eh telanjang. Mata ku hanya sampai lutut saja.
" Maaf, aku hanya mau mengantar sesuatu.." Jawab ku seolah pasokan udara disini menghilang. Nyali ku menciut.
Kulihat kaki nyaa bergerak kesamping. " Apa itu?" Tanya nya.
" Apa itu racun..?"
Apa! Aku mendongak kaget! Maksud nya apa menuduh ku mengantar kan racun kedalam kotak dasi! Mata ku kembali mengerjap, nafas ku sontak benar benar kehabisan nafas kenapa dia hanya mengenakan handuk yang melilit sedangkan tubuh nya terbuka seperti itu dan itu. Dada nya berpetak kokoh. Perut nya juga seperti seorang altet orang bilang roti sobek. Aku sampai meneguk air liur.
Mirip diskripsi di novel novel saat seorang pria tampan keluar dari kamar mandu dengan hanya handuk melikit di pinggang nya ada tetesan daru rambutnya mengaliri six packnya perut pria ini. Dan ini bisa ku lihat nyata didepan.
" Itu bukan racun! Itu.. Hanya dasi. Dasi murahan.. aku ambil kembali" Kata ku gugup segera mengambil hadiah ku dari atas sana. Di tengah tengah kasur. Tadi bangga melemparnya tepat sasaran tapi sekarang jadi menyesal, aku sampai harus extra menjulurkan tangan juga badan, sampai pinggang ku ngilu. Tapi aku tahan. Dan akhirnya dapat juga. " Dapat pekik ku senang.. Dan langsung bangun. Saat memputar kepala ku malah menabrak dada bidang Devan. Aroma tubuh nya sangat harum, kegugupan melanda seketika. Kepala ku mundur beberapa senti tapi kenapa ia memajukan tubuhnya. Bahkan sekarang pantat ku menyentuh kasur nya, " Apa apa yang kamu lakukan...." Tanya ku terbata bata juga tak bisa keluar dari sana. Kaki ku terjepit kaki nya.
Dia mau apa..
Ini posisi nya kok begini.
Kalau boleh dia bukan Devan. Sudah aku tendang selangkangan nya, tapi aura nya sungguh membuat ku menciut.
" Apa kamu kesini untuk menggoda ku? Tanya nya dengan sorot menuduh, badan nya terus membungkuk dengan jarak yang sangat sangat dekat! Bahkan bisa kurasakan nafas nya terasa di wajah ku, hangat.
" Menggoda? Siapa aku? Haha.. Sudah ku bilang aku hanya mengantar ini..."
Hmm.. Devan berhenti di jarak sekitar 5cm. Mata nya menelusuri wajah ku. Bukan tatapan mengerikan sebelum nya. Atau mata ku yang salah mengartikan.
Dan ini apa ia mau mencium ku?? Kutahan nafas ku beberapa detik. Ritme jantung ku seperti berpacu. Aku gugup, gugup setengah mati.
Sedetik
Dua detik
Ya tiga detik. Ga ada juga???
Tak ada yang menyapu bibir ku. Yang ada benda di tangan ku dirampas!
What!
Wajah ku memerah. Tadi aku seperti menunggu di cium dan ternyata aku yang hanya kegeeran. Bunuh saja aku..!!!
Devan menarik tubuh nya. Dan sumpah aku tidak punya keberanian lagi melihat matanya. Malu banged.
" Sudah kan! Jadi silahkan pergi! Ucap nya dingin!
Fine! Aku di usir! Ya memang begitu kan. Fuck you Devan. Tadi dia membuat situasi salah paham dan aku terpancing. Ini hal memalukan kesekian kali nya.
Dengan cepat aku bangun dan segera kabur dari sana. Aku bersumpah ini terakhir kali nya aku menginjak kamar ini.
Semoga saja.
***
Mati aja.. Mati aja.. Kamu Alena...
Kepala ku jedot kan ke dinding kamar.
Malu sunggug malu. Tadi aku menunggu manusia es itu mencium ku! Ck! Aku perlu psikolog kalau begini! Apa yang aku harapkan! Cih.. Ini hanya pernikahan politik. Sudah nyaris 2 tahun, jangan kan berciuman bicara secara normal saja bisa di hitung jari.
Dan tadi apa aku meharapkan dia mencium ku! Ya ampuuun. Aku sudah gila aku sudah gila...!!!
Ingat kamu siapa Alena! Ckk! Lagian tadi itu hanya respon sesaat. Devan itu sesuatu yang tidak bisa di harapkan dan di gapai. Lalu apa aku harus terjebak dalam pernikahan ini? Sampai kapan? Sampai dia move on dari almarhum mantan tunangan nya itu? Menemukan cinta yang baru baru menceraikan ku! Begitu? Sampai usia ku ke berapa?
Kenapa aku harus menunggu dia menceraikan ku! Aku bisa minta cerai kalau sudah ketemu pasangan ku sendiri? Tapi apa ada yang menerima ku dalam posisi istri orang??
**
Pagi itu aku telat, aku baru bisa tertidur jam 3 subuh. Dan bangun hampir jam 8. Alhasil hanya bisa mandi, makan dan berpakaian secepat kilat bodoh nya aku kalau pagi itu ada seminar untuk semua karyawan per direksi. Aku baru ngebuka info di group.
Mampus!! Pasti Bu Tut dengan senang hati menambah daftar hitam kedisiplinan ku!
Benar saja sampai di aula Perusahaan seminar sudah berjalan entah sejak kapan. Intinya Kedatangan ku tentu mendapat sorotan dari banyak pasang mata. Aku hanya bisa menunduk malu dan segera berjalan agak tertatih menuju arah Nita yang melambaikan tangan nya. Sempat juga kulihat di depan sana. Devan di atas Podium sedang berdiri. Yang bikin mata ku tak percaya ia memakai dasi yang aku beri kemaren. Benar kah? Ini ilusikan!!
" Buruan Alena... Lihat Boss Ganteng kita keren banged. Mata nya itu.. Aduuh meleleeeh" Jerit Nita menepuk nepuk bahu ku. Ia siap meneriakan hula hula ditempatnya sekarang.
" Ya ya.. Ganteng... Udah sakit tau.." Ringis ku seraya ikut melihat ke depan.
Devan selalu memukau dimana saja. Apalagi setiap ia memakai jas itu. Rasanya kharisma dari seorang Devan tak bisa di kalahkan. Apalagi tidak pakai baju.
Hhmmmp apa yang aku pikirkan. Kenapa yang terlintas adalah sudut tubuhnya tadi malam yang tampak kokoh dengan dada bidang. Apalagi cahaya lampu temaram di kamar nya membuat kulitnya seperti gelap gelap eksotis.
Oohhh... Bagaimana kalau badan itu ada di atas sini. Ya ampun..
Kubuang nafas ku dengan panjang... Aku pusing.. Pusing. Otak ku jadi kemana mana. Aku perlu minum... Haus banged!! Kapan acara ini akan selesai!!
Ponsel ku bergetar. Ada chat dari J.
" Tadi ada teman kamu ke kantor HRD!"
" Nit... Aku keluar sebentar" Kata ku bergegas. Nita belum sempat bertanya aku sudah menjauh dari sana. Harus nya ini tidak di perbolehkan tapi Susan! Aku harus menemui nya apa dia berniat mengundurkan diri??!
Sedikit susah berjalan dengan kaki masih belum sembuh total. Aku harap Susan masih ada disana.
Kantor HRD ada di lantai 1. Aku tiba sekitar 5 menitan. Dan disana Susan sudah tidak ada lagi. Dan benar saja ia mengantar surat pengunduran diri. Aku keluar dengan kaki lemas.
" Kulihat dia baru di jemput seseorang " Suara J ada di depan ku.
Aku melihat nya dengan entah sedikit marah atau kecewa. Kenapa J tidak mencegahnya! Tapi ini bukan salah J! J bahkan tidak tau kalau aku-Nita mencari keberadaan Susan.
" Apa dia baik baik saja?" Tanya ku.
J nampak bingung. Ia jelas hanya ketemu Susan beberapa kali. Susah buat nya menentukan perbedaan.
" Sedikit kurang sehat sepertinya!" Katanya membuat ku low lagi.
" Ada apa? Apa yang terjadi dengan dia?"
Aku menggeleng malas menceritakan apa yang terjadi pada Susan.
" Aku pernah melihat ia datang ke Bar dengan teman nya, udah lama sekali sih. Sebelum kejadian malam itu!
" Hah serius?" Tanya ku semangat 45! "
" Apa kamu kenal teman nya?" Cecar ku mengebu ngebu.
" Kenal sih tidak tapi aku bisa cari tahu" Jawab J membuat ku merasa tertolong.
" Iya J. Help... Aku sangat ingin bicara dengan Susan!" Pinta ku refleks langsung meremas tangan J. Aku lupa interaksi kami tak luput dari gossip kemaren di kantor ini. Bahkan aku tak sadar kalau ada manusia Ungu berjalan mengarah pada kami. Dengan gigi seputih gading gajah mengkilat semengkilat rambut Rudy!
" Waah.. Apa kalian benar terlibat hubungan? Ck? Serius Alen??" Pria ini bersandar di meja dengan dua tangan bersedekat di dada dan lihat ringisan bibirnya yang hitam menyunggingkan menyudutkan.
Ku lepas tangan ku dan melihat manusia ungu ini dengan kesal.
" Apa urusan anda!"
" Aku sih ga peduli hanya saja lihat pacar mu" Pak Nathan memandang J dengan sorot menghina. Menilai J daru atas sampai bawah sampai lidah nya berdecak decak. " Pantas saja kamu selalu menolak ku, ternyata selera mu macam dia! Ck!! Bahkan untuk beli bedak mu saja dia harus nyicil dulu"
Darah ku rasanya mendidih! Kenapa harus J mendengar kan penghinaan dari manusia paling tak berbobot ini.
" Lantas kenapa? Apa Bapak sakit hati saya tolak cinta nya dan memilih J? Seru ku lantang. Biasa sengaja buat gaduh biar si manusia ungu ini tidak sembarangan buka mulut, dan benar kan di mana mana keributan itu bikin pancingan cepat. Manusia manusia berotak netijen dengan senang hati jadi saksi omongan keji si manusia ungu kalau kalau pertengkaran ini ada yang upload lagi di forum Perusahaan.
Pak Nathan juga terpancing tentu pamor nya langsung terjun bebas kalau ia dibandingkan dengan J yang ia rendahkan.
Ku genggam tangan J dengan asal.
" Ooh.. Jangan bilang bapak sengaja mehasut HRD untuk memecat kami! Aah.. Lihat ini. Kami saling mencintai jadi Bapak jangan mengemis cinta lagi dengan saya! Mengerti!!!" Ucap ku sukses membuat manusia ungu ini tak bisa buka suara lagi. Aku mengada ada memang tujuan agar semua yang dengar mengira Pak Nathan ku tolak mentah mentah dan lebih memilih J.
Ku kedipkan mata pada J. Lalu dengan angkuh ku gandeng ia berjalan melewati Pak Nathan yang bahkan mau stroke disana. Rasakan! Hhhaaa
Bisik bisik jelas aku rasakan dan juga pandangan menjijikan mereka pada Pak Nathan.
Perut ku rasanya mau meledak. Aku menggiring J keluar dari sana. Ke lorong tidak jauh dari lift dan tangga darurat.
kamu lihat itu J.. Wajah Ungu itu.."
Jerit ku setelah agak menjauh dari tempat tadi.
Rasa nya aku ingin melepaskan tawa ini, tadi itu menyenangkan membuat malu Pak Nathan di depan orang orang.
" Bahkan aku rasanya sakit perut !!! Konyol sekali muka nya...
Aku tak sadar kalau terus memegangi tangan J. tangan nya aku lepas seketika. Aku jadi salah tingkah sendiri.
Hmm ops sorry! Tadi aku hanya ber acting.. Tolong jangan ambil hati J, semoga fans mu ga ngamuk ya aku ngaku ngaku kita pacaran! Ucap ku menelisir keadaan.
Tapi kenapa J diam saja. Apa dia marah dengan kelakukan ku? Apa dia ga suka aku mengakui nya pacar ku!
" J, aku minta maaf kalau -
Tiba tiba saja J mengukung ku di dalam dinding. Sebelah tangan nya menahan di sisi lain . Jantung ku langsung bereaksi. Mungkin dia bisa mendengar detak jantung ini. Apa yang ia lakukan bahkan ini masih di perusahan ini.
Alena...
Ia berbisik dengan nafas yang sangat ringan, aroma mint yang langsung masuk ke otak ku. Mata dengan iris biru ini melihat ku dengan tatapan yang kutakutkan itu takut aku terseret dalam dirinya dan malah mengundang candu.
Kurasa bibirnya berada di belakang leher ku. Entah kenapa rasanya ini sangat familiar.
" Bahkan aku sangat senang kalau aku dan kamu ada sesuatu" Bisik nya membuat tidak bisa menjelaskan apa yang ada di benak ku saat ini.