Rupanya ia merubah warna rambut nya.
Wajah nya berbeda dengan Devi yang memang Indonesia asli. Mungkin karena beda ibu.
Jessy terlihat aneh melihat ku yang membuka kan pintu.
Aku memilih tidak menyapa! Tidak tau juga. Kepala ku sudah sangat pusing. Mereka hanya kubukan pintu dan aku kembal ke sofa.
" hey.. Mark.. Hmm Jessy??
Itu suara Devan di belakang yang datang membawakan segelas air hangat ke meja. Terlihat pria ini kikuk! Apa ia khawatir pacarnya salah paham. Ayolah aku bahkan tidak peduli itu! Kata ku dalam hati saja. Karena rasanya dua pasangan ini sama sama canggung. Dan itu pasti karena aku.
" siapa yang sakit Mr. Alexander?? " tanya pria ini sambil meletakkan tas nya.
" dia.. Dia Alena.. Istri ku! " ucap nya membuat ku melihat nya aneh. Ini pertama kalinya dia menyampaikan kata istri ku kepada orang lain.
" oh. Hallo Mrs. Hurmous.." sapa Mark mengulurkan tangan. Aku menyambutnya sambil menyebutkan nama Alena.
" tangan mu panas sekali! Apa menggigil juga?? " tanya nya menelaah ke wajahku. Aku mengangguk pelan.
" kenapa malah disini! Masuk ke kamar saja" Devan menepuk bahu ku pelan.
Ayolah aku tau kalau aku disini tidak akan melihat dia kangen kangenan dengan kekasih nya ini. Runtuk ku dalam hati.
Aku bangun perlahan dan Devan rupanya mau cari muka dulu didepan Dokter Mark dengan bilang aku ini istrinya. Apa ia tidak memikirkan perasaan kekasih nya?? Memang pria itu lebih mengutamakan martabat nya saja.
" cukup! Aku bisa melakukan nya" kata ku saat ia merebahkan ku ke kasur kamar nya dan menyiapkan selimut untuk ku.
" lebih baik kamu jelaskan situasi sebenar nya dengan pacar mu!! Aku bisa mengurus diriku sendiri" ucap ku berbisik. Sebelum Mark datang dengan steskopnya.
Kudengar Devan mendengus. Kalau ada orang lain di sana bisa menjadi kesempatan ku mengintimidasinya tanpa harus dipukul langsung.
Ia mau menyahut tapi melihat Mark di belakang nya. Ia mengurungkan niat lalu keluar dari sana, tebakan ku sih melepas rindu dulu dengan pacarnya. Entah kenapa aku kesal! Sialan! Ini pasti karena perasaan dulu aja, atau jantung Devi yang sakit hati melihat mantan tunangan nya malah dekat dengan adik nya.
Mark memeriksa suhu badan ku dan tekanan darah ku serta hal lain yang dilakukan dokter pada pasien pada umumnya.
" istirahat yang cukup! Setelah ini makan lah sedikit dan minum obat! " ucap Dokter muda ini usai melakukan tugas nya.
" Dok.., panggil ku sedikit Ragu.
Mark kembali berbalik.
" Pasien yang pernah menerima transplantasi jantung. Apakah mungkin mengganti dengan jantung baru??
Dokter Mark meletakkan kacamata nya yang melorot. " Resiko nya sangat besar! Tapi kalau jantung yang di terima pasien memiliki banyak efek samping! Tidak menutupkemungkinan pasien itu untuk operasi dengan jantung baru" Jawab Dokter Mark.
" Benarkah.. Oke dokter Terimakasih " Kata ku disambut senyuman oleh Dokter ini. Ia lalu permisi keluar dari sana.
Aku memikirkan masalah jantung ini. sebenarnya kalau segi kesehatan jantung Devi nyaris tak ada efek tapi hidup ku lah yang berubah. Selain masalah otakku, jantung ini juga punya peran penting dalam merestart hidup ku.
Aku harus minum obat! Kalau tidak bagaimana untuk acara Mami nanti malam??
Segera aku turun dari kasur itu. Sedikit begoyang juga kepala ku. Tapi air yang dibikin Devan ada di ruang tamu aku berniat mengambilnya. Aku bahkan lupa kalau di luar ada Jessy.
Alhasil lagi lagi dia melihat ku canggung! Dia berada di ruang tamu dengan Devan.
" Aku hanya mengambil ini!kalian lanjutkan" Kata ku sambil mengambil gelas itu dan segera masuk kamar lagi. Sungguh kalau ada sofa empuk lainnya. Aku akan istirahat disana. Sangat ogah rasanya istirahat di ranjang punya Devan.
Serasa minuman itu semua ku telan. Aku kembali merebahkan diri. Hingga kudengar pintu terbuka. Devan masuk perlahan. Apa ia pikir aku sudah tertidur. Aku mengabaikan nya. Lebih baik aku tidur saja.
Kurasakan ia mendekat dan meletakkan punggung tangan nya ke jidat ku. Bahkan aku rasa kalau selimut ku di tinggikan.
Sikap nya cukup manis! Tapi aku masih sangat membencinya! Perlakukan dan kata kata kasar nya membekas di otakku. Aku benar benar muak dengan pernikahan ini.
Aku terbangun 2 jam kemudian. Tubuh ku sekarang terasa lebih baik. Kecuali pantat ku yang ga kan sembuh kalau ga di urut. Saat ku lihat jam tangan sudah jam 4 sore.
Aku harus bergegas. Ku telepon Dave.
" Dave kamu dimana? "
" Ini masih di rumah uncle Smith Beb! Ada apa? Kata Devan loe sakit?
" Sudah sembuh! Cuman pilek doang! Kapan kalian akan kemari??
" Bagus lah! Mungkin sebentar lagi! Oh ya. Tadi teman gue itu sudah mengantar kan gaun, tas, sepatu ke sana. Apa ada loe Terima??
" Belum! Aku akan memeriksa nya. Thanks banged Dave.. Kamu memang is the best..." Kata ku sambil berjalan keluar dari kamar itu.
" U welcome little cat! Bye.. see u...
" See u..
Kulihat di sofa sudah tak ada Jessy atau Devan. Yang ada banyak paper bag dengan brand brand yang sama. Brand global yang mendunia.
Aku harap mereka pergi! Dan aku bebas sendirian disini. Rasa senang menyelimuti ku. Aku menuju paper bag disana. Melihat sekilas isi nya satu persatu,mata kni menggeriyang melihat apa aja di dalam sana. semua nya ori dan cantik cantik. Dave sungguh bisa diandalkan!! Tapi mengingat nilai fantasis dari barang itu.
Badan ku jadi lemes. Aku harus tetap menggantinya.
" Kenapa meminta dengan Dave? Apa aku tidak mampu membelikan mu barang itu!
Sungguh aku sangat kaget dengan suara itu! Dia ada di belakang ku. Aku pikir dia pergi dengan pacarnya.
Ku ambil satu satu paper bag itu.
" Aku malas berdebat! Jadi jangan ganggu aku!" Kata ku. Dan langsung saja perlakukan kasar nya dimulai. Tangan ku di tarik kearah nya.
" Okey! Aku tak punya uang! Jadi yang tahu kondisi ku hanya Dave! " Aku menjelaskan agar ia puas.
" Aku ga mau kamu atau Mami malu aku mengenakan barang murah! Fine!!
" Kenapa tidak ngomong! Aku bisa membelikan yang lebih...
Kulihat pria ini dengan jengah " Ya terserah anda Tuan besar!! Sungguh aku malas berdebat. Mengikuti maunya adalah jalan pintas agar tak lama lama berinteraksi.
Tangan ku masih di cekal.
" Tuan besar mau nya apa sih! Kenapa semua yang aku lakukan salah..."
Sumpah aku benar benar jengah. Rasanya tidak tenang saja selalu bersitegang dengan pria ini. Lama lama aku bisa stroke muda.
" Kamu meminta ku bersikap sebagai suami kan! Aku sedang berusaha!
What.. Aku menganga tidak percaya. Dan sumpah demi apapun aku mau tertawa sekarang.
" Kita itu tidak cocok jadi suami- istri Dev!!! Tidak akan pernah!
" Kataku mendektikan sambil menunjuk ke dadanya.
Dan lagi lagi aku membuat amarah nya timbul. Bisa ku lihat urat leher nya disana, apa aku akan di pukul lagi? Di lecehkan seperti kemaren? Sungguh aku akan benar benar kabur kalau dia melakukan nya sekali lagi.
Tapi ternyata tidak. Ia melepas tangan nya dan pergi dari sana. Membanting pintu dengan sangat keras.
Ku rengkuh kepala ku dengan gusar! Sumpah pria ini benar benar membuat ku gila!
Aku haus dan menuju dapur.
Di kompor ada sesuatu yang kelihatan nya baru dimasak karena aroma enak baru memenuhi ruangan itu. Ada panci kecil diatas nya. Karena penasaran coba aku buka. Ternyata ada bubur disana.
Hah..
Bubur? Serius?
Kulihat kebelakang kalau kalau dia tiba tiba muncul lagi.
"Apa ini buat aku?" Tanya ku terbesit.
Aku tertawa singkat! Ini mustahil mana mungkin ia membuatkan ku bubur? Hello... Apa kiamat semakin dekat?
But..
Aku menyelami lagi makna yang aku lihat ini.
Itu sungguh bubur asli. Devan membuat bubur itu di sana. Buat aku?
Bahkan kata kata nya barusahan seperti melengkapi pertanyaan ku.
Dia berusaha menjadi seorang suami. Untuk apa?
Tapi perut ku malah berbunyi minta diisi.
Tidak, aku ga mau makan bubur ini, aku... Ga mau tapi Seperti nya enak..
Ku ambil sendok dan mengambilnya sedikit dengan sambil mengibaskan tangan agar panas nya berkurang, bubur itu aku cicipi.
Hanya bubur nasi yang rasanya lumayan.
Kenapa aku ingin lagi.
Sekali lagi aku cicipi dan parah nya sampai setengah panci. Apa aku selapar itu atau memang bubur ini enak.
Mata ku membulat melihat sisa bubur yang hilang separo.
Aku harus bagaimana.. Apa aku buat yang baru.
Runtuk ku bodoh.
Kuhembuskan nafas ku. Okey baiklah Alena kamu ini bukan manusia yang tidak tau terimakasih. Well
Mami dan Dave datang 20 menit kemudian.
" Aduh sayang, tangan mu masih anget! Sebaiknya kamu istirahat saja ya... " Kata Mami memegang lengan ku bolak balik. Mami terlihat cemas sekali.
" Udah sehat kok mi! " Kata ku meringis. Lagian rasanya sayang barang barang yang sudah Dave bawakan itu batal dipakai.
" Benar ga papa nih?" Tanya Mami lagi. Aku mengangguk menyakinkan.
" Baiklah, oh ya dimana suami mu??" Mami mengedarkan pandang ke sesisi ruangan itu.
" Ah dia mungkin ke supermarket mi.. Tadi keluar" Kata ku asal.
" Benarkah, padahal Mami. bawakan banyak Makanan dari rumah Uncle Smith, kamu mau sayang??
Aku mengangguk, rasanya lidah ku memang perlu makanan jenis lain.
Dan benar saja Mami banyak bawa makanan. Ada buah juga.
Aku langsung memakan nya satu persatu. Hingga meja makan ini bertambah 1 orang. Dave! Pria ini dari tadi sibuk menelepon saja dan baru selesai sekarang.
" Litte cat! Udah sehat ya.. Idih makan apa kelaperan nih.. Banyak banged loe makan.. " Goda anak itu meringis melihat makanan di piring ku dan tangan ku yang memegang kue.
" Iya laper Dave, kamu mau??
" Dave sih makan nya udah beberapa gentong Len.. Oh ya Dave. Tadi Papi nelpon ya.. Mami sampai lupa telepon balik.. Hp Mami mana?
" Mana Dave tau Mi. Di tas kali.. " Sahut Dave sambil mengutil anggur disana.
" Ah kamu Dave, cariin kek. Nanti Papi marah Mami ga telepon dia..." Gerutu Mami sembari keluar dari sana tergesa gesa.
" Ciye... Takut Papi Cemburu.. Nih! " Ledek anak itu sambil tertawa.
Aku hanya mesem mesem melihat interaksi dua ibu anak ini.
" Papi cemburuan ya?" Tanya ku iseng.
" Banged! Tuir begitu tetap cemburuan mah si Papi.. Kalau cemburu an bawaan nya selalu marahq aja! Ngambek. Gaya nya anak muda banged kan..!
Aku mengangguk mengiyakan! Apa Devan juga mewarisi sift Papi? Ck! Emang apa yang ia cemburuin???
" Eh Dave! Tadi Jessy kesini! Kamu kenal Jessy?" Tanya ku.
"Alis Dave berkerut." Jessy? Siapa?
" Itu adik nya Devi! Kamu ga tau??
Dave menggeleng, " Gue mana tau Len.. Apalagi tentang keluarga Devi. Tapi ngapain dia kemari?
Aku mengerjap mendapat pertanyaan Dave yang dimana aku juga ga tau.
" Ga tau! Tadi aku di cek dokter ketiduran habis itu dia udah ga ada! Mungkin mereka pacaran kali!"
Dave memajukan muka nya lagi. " Masa sih?" Wajah jya serius sekali.
" Ya mana aku tau Dave! Eh masih ada beberapa jam. Disini ada kolam renang kan. Kamu ga cari cewek gitu Dave? Gimana kalau kita cuci mata.." Ajak ku.
" Ada sih di atas, tapi loe kn lagi sakit bu.. Ntar masuk angin lagi kalau ke sana!"
" Ga kok.. Udah ada obat nya juga kan! Sekali minum langsung sembuh! Kita kesana yuk.."
Dave mengangguk setuju. Lalu aku dan Dave segera keluar. Meninggalkan Mami yang sibuk telponan sama Papi.
Dan wow... Aku tercengang dengan kolam renang disana. Cantik sekali juga benar benar bisa cuci mata buat Dave! Banyak bule juga bertebaran disana dan anak anak kecil yang mandi di kolam besar juga spektakuler. Air nya tumpah tumpah seolah nembus ke dinding gedung dan pemandangan langit sore membuat disana terlihat lebih sip.
Aku duduk manis di cafe tidak jauh dari kolam dengan lemon tea anget, sedangkan Dave, cowok itu sudah menggelar aksinya. Ia mengincar cewek cantik di ujung sana. Dan tanpa kesulitan mereka sudah terlibat obrolan.
Mata ku berhenti melihat dua pasang insan disana yang masih remaja di salah satu kolam. Mereka sangat mesra bahkan jelas sekali pria nya posesif disana.
Entah kenapa aku mengingat mereka seperti aku dengan Devan dalam ingatan ku itu. Dan itu lelucon. Membandingkan Devan masa itu dengan masa sekarang rasanya sangat jauh berbeda. Dulu dia pria hangat yang penyanyang. Kalau sekarang sifat nya seperti iblis.
Aku lalu berdiri dari sana sekedar jalan jalan saja mengitari awan yang mulai berubah warna. Langkah kecil ku melangkah dan entah kenapa langit yang tadi sudah berwarna kuning malah gelap. Seperti mendung. Kurasakan ada air membasahi pipi ku. Apa hujan?
Lalu ada motor yang melintas. Dan menembus ku.
Aku bahkan syok tapi suara ku tak ada.
Apa aku kembali masuk kedalam kenangan ku.
Kulihat kebelakang ini bukan gedung Apartemen yang tadi, tapi Gedung sekolahan ku.
Suara kaki yang berlari. Kulihat ada gadis berambut panjang yang lari kearah ku.
" Dev ... Tunggu.. " Di belakang ada aku masa itu, juga lari mengejar Devi.
Mereka juga menembus ku.
Hingga Devi berhenti di peyangga pagar sekolah ia terisak isak sambil memegangi pundak nya hujan gerimis sedikit demi sedikit membuat baju nya basah.
" Dev.. Lari loe kencang sekali.. Cape gua.." Aku di belakang Devi membungkuk kelelahan.
" Loe kenapa sih lari gitu? Kayak di kejar rentenir aja! Bukan nya tadi loe sama Jordan?" Tanya ku seraya mencolek bahu Devi yang masih diam disana.
Bahu nya mengendik menolak sentuhan ku
" Eh loe napa? Loe kok belakangin gue??" Aku disana masih belum tau kalau Devi menangis.
" Gue ga papa Len.. " Kata gadis ini menutupi tangis nya.
" Ihk aneh banged sih! Loe kayak anak alay sinetron sinetron tau ga lari larian di bawah hujan! Udah yuk balik. Makin gede nih ujan nya..." Kata aku disana.
" Gue mau pulang aja Len.. Loe masih ada jadwal remedial kan..!
" Lho kok gitu! Bukan nya tadi loe bilang mau nunggu gue.. Loe kan mau ajak gue ke bengkel nya teman nyokap loe..!! Kata aku disana.
" Iya Len. Tapi maaf banged! Tadi Papi telepon katanya Oma mau mampir kerumah. Besok aja ya kita ke bengkel nya..." Kata Devi disana dengan mimik sangat manis. Bahkan suara lembut nya membuat siapa pun tidak tega bilang tidak.
"Mm ya udah deh Dev. Loe balik sama siapa? Mau gue anterin ga?? Atau gue panggil Jord biar anter elo? Gimana??"
Devi tergagap" Ga Len. Jangan. Gue telepon Pak Kirman aja. Buat jemput! Loe masuk gih. Nanti keburu telat!" Kata gadis ini sambil mengusap tangan ku disana.
" Okey! Ya sudah kalau gitu! Gue masuk ya..." Aku lalu berbalik dan meninggalkan Devi.
Devi mengusap dada. Gadis ini lalu memgambil cermin dan melihat matanya disana.
Dengan membuang nafas ia lalu kembali berjalan dari lapangan. Telepon nya berbunyi.
" Iya.. Ini sudah keluar kok! Tunggu ya...
Aku dengar sekilas, tapi kenapa ada yang janggal ya..
Kulihat didepan sana ada mobil hitam berhenti.
Dan seorang pria mengenakan kacamata hitam melambaikan tangan nya pada Devi. Wajah nya tidak terlalu nampak. Hanya saja aku membaca angka plat dibelakang 417N.
Devi berlari kecil kecil hingga mengitari mobil itu dan masuk di bangku depan. Gadis cantik itu berlalu disana.
Aku lalu masuk kedalam gedung sekolah. Sekolah masih terlihat ramai sore itu tampak beberapa masih berada di luar kelas. Kulihat aku masa itu di sana, di meja milik ku sedang sibuk membaca buku! Aku lucu sekali disana. Ada pensil di sebelah kanan dan pulpen sebelah kiri. Terlihat susah mehapalkan rumus matematika. Matematika adalah kelemahan ku dari dulu selalu saja tak lolos di mata pelajaran itu.
Hingga tubuh ini di tembus seseorang, anak laki laki dengan seragam sudah tak ditempat nya, ia berdiri di samping ku dan ku lihat itu J. Jordan masa Smu dengan gaya nya yang sok brandal. Tapi cowok keturunan Jerman-Indonesia itu pria populer di sana.
" Serius banged sih luuuuu" Ia iseng nempelin kotak susu dingin di pipi ku. Membuat aku di sana memekik kaget dan spontan menjambak rambut pria itu.
" Aw. Len.. sakit! Kira kita dong loe siksa gue! Malu sama fans gue.." Jerit J disana menahan sakit. Tapi tangan ku memang masih menarik rambut J.
" Rasain. Makanya iseng banged sih kagetin orang, baru juga nempel rumus logaritma di otak gue! Loe muncul malah bikin lari rumus itu! Ucap ku disana sleyean. Melepas jambakan ku dan merampas kotak susu cokelat dari tangan J sambil nyengir kuda.
Aku meringis melihat kelakuan tomboy ku disana! Ga ada manis manis nya sekali! Bahkan aku disini rasanya malu sendiri.
" Halah.. Emang IQ loe aja dongo! Sampe pakai jampi jampi juga rumus nya ga pakai kecentol.." Kata J sambil duduk di meja ku.
" Sialan banged sih loe. Bilang gue dongo! "
J tertawa renyah! Sesekali ia menatap ku diam diam sampai aku melihat kearah nya ia sudah pura pura melihat yang lain.
" Loe bukan nya tadi gue suruh sama Devi! Kok loe tinggal dia sih? Tanya ku disana sambil menyedot habis susu itu.
" Idih malas banged ah! Devi sih ga asik! Kaku gitu kalau di ajak ngobrol! Ya gue suruh aja dia pegi!! Sahut J di sana dengan santai.
" Hah. Dodol banged sih loe! Pantas aja dia pulang! Hedeeew pusiang pala barbiah...! Harus gimana lagi gue nyomblangin kalian... " Ringis ku disana kesal.
" Emang siapa suruh! Fans gua sejibun.. Kenapa harus Devi? Karena dia primadona di sini? Anak nya Bapak Menteri? Anak nya presiden aja gue tolak...
Aku langsung menyumbat mulut J dengan kotak susu itu sampai anak itu muntah muntah ke lantai " Njiiir.. Loe pikir mulut gue tong sampah...
" Habis loe blagu! Bilang anak presiden loe tolak! Emang anak presiden cewek! Ga doyan kali Pedofil sama elu.."
J hanya tertawa samar " Oh ya. Bentar lagi loe Remedi kan. Nih catetan gua..." J membuka punggung nya ada buku ia selipkan disana.
" Catetan gue lengkap! Abdol. Loe baca aja di belakang itu rumus nya ga ribet! Okey.. Gue balik dulu ya nyett...
Anak itu melompat dari sana dan menarik pipi ku kencang kencang sampai aku berontak dan mau ngelempar kursi disana tapi J sudah kabur duluan.
Aku masih mengumpat sambil membuka buku catetan milik J.
" Gila rajin juga si onyet ini..." Kata ku disana dengan wajah sumringah.
Hingga aku mengendik dan mengambil ponsel di saku yang bergetar.
Wajah ku langsung secerah langit kemaren sore. " Devan..." Kataku malah sambil menyisihkan kedua rambut ku ke sisi telepon. Padahal itu telepon dari Devan saja tapi seperti mau ketemuan. Aku disana mendadak sangat centil. 180° berbeda saat ngomong sama J.
" Hallo.. Iya Dev.." Bahkan suara ku sehalus sutera.
" Ga ini masih sekolah! Ada les.. Iya les..." Aku ku disana bohong banged. Menutupi rasa malu ku yang ga lolos di ulangan Matematika.
" Ga ganggu kok Dev.. Iya.. Masih kok. Ada.. Ooh iya iya.. Boleh boleh. Kapan!!!! Oke dah Dev..."
Aku langsung memekik girang sendirian setelah telepon dari Devan berakhir. Wajah ku semerah tomat dan sumpah aku disini malu banged! Aku yang kegirangan disana malah nari nari ala Crayon Sichan! Segitu senang nya dapat telepon dari Devan??
Mata ku menangkap J yang ada di dekat jendela. Diam dengan raut seperti cemburu! J pasti dengar percakapan ku disana dengan Devan.
Ia lalu pergi dari sana.
Aku yang disini pun bisa menilai kalau J dari dulu memang menyukai ku. Dan aku di masa itu tidak peka sekali malah manari nari ga Jelas jelas seperti itu. Bahkan cuek dengan sekitar yang menertawakan kegilaan ku.