Akhirnya Devan dan orang-orang nya keluar juga dari lift itu. Nafas ku terbuang lega.
Suara suara dentingan grup mulai rame.
Banyak komentar negatif disana tentang Rachel.
" Gila! Itu pak Pak Devano! Berani sekali dia seperti itu! Ckck lihat cetakan lipstik nya, pasti langsung di buang itu jas nya!
" Wah.. Tamat sudah riwayat anda..hhaa"
" Wah muka nya jadi ketakutan gitu! Iya sih kalau jadi dia siapa yang ga takut!! Duh malu maluin devisi aja, siapa sih dia?? Lantai berapa?
Ada juga yang kasih dukungan support, kebanyakan dari laki laki pemuja Rachel.
Lumayan juga komen dari Netijen perusahaan ini. Biar bisa berbagi kebahagiaan, jadi pusat obrolan ditengah kerja setiap karyawan! Itung itung aku bagi rejeki buat Rachel biar tambah terkenal setelah tadi pagi video ku ikut tersebar.
Aku menyimpan ponsel ke saku, dan menampaki tangga yang menuju ke atas. Ada pintu besi, setelah ku dorong angin ber haha hihi menerobos kulit ku hingga ketulang, gila udara nya dingin sekali! Apalagi di langit agak mendung gitu. Namun aku baru tau halaman luas Rooftop kantor ku sebegitu luas juga beautifull sekali. Aku berada di puncak gedung berlantai lebih 50 dan tentu saja setengah kota Batam ini terhampar luas di sana. Lengkap ada laut yang terhampar sangat indaaah!! Dan jangan lupa seberang pulau ink ada Negara lain Singapore dan Malaysia! Di tengah kabut awan yang memisah tampak samar sama Marina Bay disana.
Kulihat ada J di dekat pagar pembatas ia melihat ku disana. Dengan menumpu kedua siku nya J tampak sangat santai tapi mata nya terus awas melihat ku disana dengan radius masih jauh. Tapi jelas tatapan nya sangat tajam dan dalam.
Ku ulas senyum ku setelah hampir sampai. Dan bisa kurasakan jantung ku berirama lagi. Gugup juga grogi! Mata nya itu sangat membuat godaan iman tak kuasa.
Kulihat ia memperhatikan jalan ku yang agak terseok seok.
" Maaf kamu jadi kesusahan berjalan sampai kesini" Katanya terdengar menyesal. Suara nya berbaur dengan alam hingga terdengar lebih sexy. Ya ampun Alena!!
J menyodorkan secangkir kopi yang sengaja ia bawa. Aku ambil kopi itu yang terasa masih ada panas nya. Dan lagi kulit kami bersentuhan. Srrr itu bunyi kantung rahim ku kali ya minta di angetin! Hmmp!
" Thanks..." Kata ku cepat cepat menarik tangan ku dan mensejajarkan diri di pagar pembatas kulihat rumah rumah dan bukit di sana sini yang cukup memanjakan mata dan siluit Marina Bay itu. Keren sekale!
Cukup ada jeda. Aku ikut canggung padahal banyak banged isi kepala yang mau aku katakan juga tanyakan.
" Lancang banged ya, aku meminta kamu ketemu disini?" Dia memulai obrolan lagi. Ku rasa J sama sama-sama grogi. Bisa ku tangkap dari suara nya.
" Aah tidak kok! Malah disini bebas dari siluman kuping"
" Hah apa?
" Ooh bukan apa apa! Hmm. Jadi bagaimana? Tanya ku pelan
J mengerinyitkan dahi ya ampun itu bibir yang kemaren ku ciplok! Aku meringis dan kembali memokuskan situasi.
" Apa kamu di pecat??" Sambung ku menjelaskan.
" Hanya dapat surat peringatan!" Jawab nya lalu mengesap kopi lagi.
Aku lega mendengar nya! " Benarkah. Syukur deh. Maaf sekali lagi ya...kamu jadi kena masalah..
" Pak Nathan memang keterlaluan! Beberapa hari yang lalu aku juga liat dia dari toilet cewek! Seperti nya habis ngintip!
Mata ku melebar kaget! " My god.. "
J mengedikkan bahu ia lalu berputar ke belakang. " Beberapa kali juga aku melihat nya sedang coba coba pegang pegang karyawati lain"
Entah kenapa rasa hiroik J tadi cukup beralasan dan rasanya kok sedih ya! Di melakukan nya semata mata bukan membela ku! Tapi naluriah karena kesal Pak Nathan kembali berulah.
" Bagus nya sih tadi aku tendang Anu nya sekalian, eh!
Tuh kan bacot mulut ini kumat. Aku tertawa hambar. Hahaa aku nyesal ga melakukan nya! Pria jenis itu harus di musnahkan!!
Kulihat J hanya menarik senyum nya. " Seminggu gak kelihatan? Alena sakit?" Tanya nya melihat ke arah kaki ku.
" Oh. Iya...kecelakaan malam itu...
Aku menceritakan malam kejadian itu. J tampak menyesal karena meninggalkan ku ke kantor polisi sendiri. Aku cukup simpati dengan penuturan nya. Dan obrolan kami jadi lebih nyaman. Satu kesimpulan J tidak begitu banyak bicara tapi dia bisa menyesuaikan pembicaran nya.
" Pipi itu? Bekas luka nya juga?" Tunjuk nya ke arah pipi ku yang seperti nya lecet!
" Iya! Karna di tampar juga sama Kepala Tim" Dengus ku membuat ku kaget. Mata indah nya melebar kaget.
" Benarkah, kenapa?
" Hmm ya cekcok dikit lah gara gara Nathan tadi!, juga aku bilang banci! Jawab ku agak mengabaikan arah topic ini.
" Apa sakit? Tanya nya melihat ku dengan jarak dekat. Aku tersentak dan mengabaikan sorot matanya.
" Ga kok.. Hanya nyeri saja" Jawab ku grogi!
" Oh ya.. Malam itu? Kamu sering ke Bar itu?" Tanya ku mengalihkan pembicaraan juga masih penasaran akan adanya J di Bar itu. Walau ia bebas saja sebagai laki laki kan ketempat itu.
" Oh.. Ya.. Kerja sambilan" Jawab nya sambil melihat kedepan lagi.
" Kerja??
" Hmm. Ya.. Buat tambah penghasilan aja" Perjelas nya. Membuat ku jadi ingin tau lebih dalam.
" Sebagai apa? DJ? Bartender? Berapa lama?"
Tanya ku seakan menuntut, ya ampun ni mulut sangat ga bisa di kontrol.
" Waiters saja!" Jawab J yang aku anggukin saja. " Baru juga! Ga lama kerja disini" Katanya lagi sambil membuang muka. Apa ia tak nyaman membicarakan pekerjaan nya??
" Begitu ya?
Kalimat ku ngambang diudara. Sepertinya bahan obrolan ku ngadat!
" Alena...
Ya..
Kulihat sorot nya menajam seolah menelanjangi ku saja. Ia lalu mengendik.
" Apa aku lancang kalau bilang kamu cantik??
Deg!!!
Semburat merah jelas langsung muncul. Hey apa maksud nya? Boleh kah aku bersorak sorai.
Mata biru ini menari nari di otak ku.
Aku tertawa remeh" Apaan sih! Kamu jangan nyoba goda aku ya!
Mendadak aku salting apalagi J terus melihat ku sedemikian rupa. Meleleh rasanya.
" Hmmm memang sangat cantik! " Ucapnya lagi lalu melempar pandangan ke depan sana. Kami sama sama menikmati pemandangan indah.
" Ga risih ya? Menemui seorang OB di sini?" Tanya nya lagi.
" Hah apa. Hmmm
Aku berpikir dengan pertanyaan nya. Profesi adalah topik sensitif. Aku juga ga mau terlihat munafik sok jawab engga agar dia nyaman.
" Memang ada yang salah ya?" Tanya ku balik. " Bahkan aku mencium mu" Teriak ku dalam hati.
Ada jeda. J tersenyum tipis. Wajah nya tampak memerah dengan kulit cokelat nya yang kebulean. Manly sekale pemirsa...
" Rasanya aneh saja! Kamu mau saja di suruh ketemuan disini. Apa ga takut aku modus?
Dia ternyata cukup tanggap! Dan to the point orang nya
Modus? Tanya ku balik sok naif.
" Nona Alena di bagian devisi Marketing, siapa yang ga kenal anda. Cantik dan susah di deketin!, itu yang saya dengar dari penggemar anda! Dan ternyata benar anda cantik!!
Aku nyaris terbatuk mendengar nya. Ini pujian atau apa. " So! Kamu penasaran jadi mau modusin aku gitu ya??
J tampak salah tingkah " Bukan begitu! Ga ada niat nyoba deketin kok! Mana mungkin aku berani dekat dekat! Mana berani pegawai rendahan seperti aku ngecengin karyawati di sini...
" Tapi kamu masuk daftar idola sebagian karyawati disini lho!! Jadi.. Kata pegawai rendahan ga tepat sekali! Dan itu artinya pesona kamu kuat juga di mata wanita disini....
J langsung mengalihkan mata nya, ia terlihat lucu kalau malu malu seperti itu.
" Aku ga tau! Berarti mata mereka bulukan kali ya..." Tawanya.
" May be..,
Kami tertawa remeh kemudian.
Suara ponsel J berdering ia mengambilnya di saku dan menjawab panggilan itu.
" Iya mba. Sebentar ya nanti saja kesana" Ucap nya ramah sekali, membuat ku penasaran.
" Maaf Alena, mba Sarah minta beliin obat! Aku permisi duluan ya... Ga papa kan!! " Izin nya membut ku nyelengkit mendengar nama Sarah. Dia bisa langsung nelponin J gitu? Serius Sarah punya minat sama J?
" Hmm tu fans nya udah nyariin! Ya udah kita sama sama tur-
Suara ku terhenti karena tiba tiba saja hujan deras mengguyur. Aku dan J sekejap langsung berlari menuju pintu. Hanya disana ada atap yang menaungi.
Deras nya Hujan dan jarak tempuh jelas membuat kami basah kuyub. Tubuh ku langsung menggigil karena tak tahan extra dingin seperti sekarang. Bahkan rasanya ku malu banged. Bra merah ku kenapa jadi ngecetak begini. Aku segera berbalik ga nyaman.
" Sebaik nya kita masuk saja! Sangat dingin.." Kata J dan kami masuk kedalam.
Aku masih menggigil walau tak separah tadi.
Air hujan langsung menetes kebawah dari baju kami.
" Maaf ya kita jadi basah karena aku minta kamu ke sini" Kata J tampak bersalah.
" Ga kok.. Disana memang tempat bebas siluman kuping jadi ga masalah" Jawab ku , sekali lagi J nampak ngeh dengan kata siluman kuping. Mata nya sekilas melihat kondisi ku.
" Kamu kedinginan? dan hmm.. , mata nya segera teralih melihat cetakan di baju ku yang tembus pandang, aku juga yang baru ingat segera balik badan.
Maaf baju mu jadi basah" Aah. Tunggu disini! Aku ambil handuk kering dulu dan jaket. Tunggu yaaa... " Peringat nya dengan nada menekan. Aku mengangguk mengiyakan.
Lantas J berlari menuruni tangga dengan cepat. Bahkan ia sendiri kebasahan seperti itu.
Diam diam aku merasa perut ku memanas apa ovarium ku minta di hangatin ya ya ampun Alena... !! Kenapa akhir akhir ini otak mu geser terus. Ku tarik nafas dalam dalam sambil meraba dadaku, ada rasa aneh disana. Dan lagi lagi pipi ku memanas mengingat J bilang aku cantik! Apa sebegini indah kalau lagi falling in love??
My god.. Sungguh aku falling in love sama J?
*
Aku kembali ke kubilel dengan senyum yang tak bisa kusamarkan.
" Ssttt.. " Panggil Nita berdesis.
Ia lalu memberikan surat untuk ku dengan wajah memelas. Ku tebak itu surat peringkat dari HRD.
" Ambil aja buat kenangan " Jawab ku masuh dengan suasana menari nari dalam hati. Ingat bagaimana tadi J beneran datang membawa kan handuk kering. Ia juga menyelimuti ku dengan jaket nya. Aroma tubuh nya saja seperti memeluk ku begini.
Nita mendengus keki, " Dari mana aja sih.. Dan itu kenapa rambut nya basah basahan. Eh.. Itu jaket siapa? Cecar nya kepo dengan mata menyelidik.
Ku dorong roda kursi ku sambil memintanya mendekatkan telinga. Anak ini nurut. Aku pun berbisik.
" Kepo!
Pluk.. Jidat ku langsung dapat sentilan darinya. Aku langsung ngakak dan suara ku bikin rekan lain menoleh tak lupa ada sorot mematikan di ujung sana.
" Kamu sih. Aah.. , udah kerja dulu.. Noh selamat menikmati! Itu dari Butut.." Ekor mata Nita menunjuk gunung pekerjaan yang kembar. Dua sisi. Dan tingginya lomba lombaan. Ya ampun... Kandas sudah hati berbunga-bunga ku siap siap lembur ini nama nya.
Aku fokus mengerjakan pekerjaan ku, Nita yang bukan nya bantuin terus ngoceh. Ia heboh dengan video yang aku upload di forum umum perusahaan itu.
" Gimana Len, ganteng banged kan.. Pak Devan.. Aura nya benar benar laki laki banged! Mata nya ya ampuuun. Liat ga mata nya itu seperti mata nya siapa noh eks laki nya penyanyi Tata Janeta..
" Mehdi Zadi" Sahut ku sambil terus menggerakan jari ku. Pendapat Nita sama dengan waktu aku pertama kali melihat Devan. Aku pikir dia memang mantan sumi penyanyi itu. Ternyata cuman mata-alis nya dan bentuk wajah nya saja yang mirip! Bedanya bibir Devan lebih tipis dan merah, rambut Devan tidak hitam gelap tapi lebih kecokelatan.
" Tul banged! " Pekik Nita lagi seperti habis menang undian. Berutung ini sudah mau habis jam kerja jadi pengawasan lebih longgaran. Beda dengan ku yang berkutat dengan tumpukan pekerjaan. Satu hal yang baru aku tau Priseden Direktur yang Nita umbar waktu itu ternyata Devan. Aku juga baru tau kalau pria berstatus sebagai suami ku - secara kertas itu ternyata pemilik perusahaan ini. Dan ini kesialan keberapa! Tapi mau bagaimana lagi toh aku masuk berdasar kan kemampuan ku. Kalau pun mau nepotisme jabatan ku bukan karyawan biasa begini! Ngomong ngomong Devan aku ingat dengan niat ku untuk memberinya hadiah. Sebagai permintaan terimakasih saja karena menolong ku dua kali. Mau ga mau aku harus merogoh gocek tabungan banged ini. Barang yang ia terima kan harus bernilai fantastis! Malu juga memberi barang murah. Jangan jangan langsung ia lempar ke muka ku!!
Bisa aja sih aku pakai tabungan yang sering di isi oleh manusia itu sebagai nafkah istri tapi tak pernah aku pakai. Itu sama saja dengan menjatuhkan harga diriku! Aku bukan wanita gila harta. Aku lebih suka menikmati uang hasil gaji ku sendiri.
" Ngomong ngomong.. Isu nya Pak Devan udah nikah.." Kata Nita sukses membuat jari ini berhenti. Ku lirik ia yang seperti nya mengandalkan Om google di smartphone nya.
" Benar kah, siapa bini nya?" Tanya ku sedikit was was.
Nita menggeleng " Kan isu Len.. Moga aja ga benar sih.. Tapi ini dia juga di katakan dekat dengan adik almarhum mantan tunangan nya siapa itu...
" Siapa? Tanya ku pura pura tidak tau.
Nita menjentikkan jarinya" Ono.. Siapa itu anak mantan menteri.. Aaah. Sartika Devi.ya.. Sartika Devi!!" Seru Nita lagi.
Aku memebeo membenarkan penulusuran otak Nita.
Aku tau juga dasar Devan menerima pernikahan politik itu karena patah hati ditinggal pergi mantan tunangan nya yang tewas karena kecelakaan isu nya sih karena mantan tunangan nya itu balikan lagi dengan mantan pacar nya. Drama banged ya hidup Devan.
" Terus dia dekat sama adik Devi? Dekat dengan Jessi?" Celetuk ku.
" Hah jessy? Di google ga ada nama nya nih. Jadi nama nya Jessy? Tau dari mana kamu Len??
Aku balik menatap Nita. Mengerjapkan mata beberapa kali. Mimik dungu Nita malah terlihat.
iya ya.. Aku kok tau nama nya Jessy? Aku lupa dari mana tau! Tapi dasar hati ku seolah memberikan pertanyaan besar. Bahkan secara ajaib. Ada bayangan wajah wanita cantik di otak ku. Apa itu Jessy? Kapan aku pernah ketemu dengan nya? Hmm ini aneh! Nama nama Jessy menari nari di kepala ku. Dia mengenakan baju sekolah. Kemeja putih dengan rompi biru. Rambut nya agak kecoklatan. Ia agak bule dan tersenyum lebar.
Apa aku punya jiwa cenayang. Apa ini bakat yang tiba tiba muncul.
" Lena...
Panggil Nita menjentikkan jari nya, sontak aku langsung kaget.
Bengong mulu!
Aku hanya mencibir dan lanjud mengetik. Hanya saja ada bekas yang tertinggal. Kenapa wajah Jessy bisa muncul..