webnovel

Marriage in lost Memories

Hidup ku seperti potongan puzzle Banyak nama yang aku hapus dalam memori ku, otak ku menolak mereka yang pernah menyakiti ku dan sekarang mereka muncul satu persatu. Salah satunya adalah Devan-suami ku! Suami dalam pernikahan berlatar bisnis ini. Dan dia-J juga kembali dari koma mencoba membawa ku kembali dalam kehidupan nya! Saat kenangan itu kembali bisakah aku menerima mereka kembali.

Daoist253276 · Geschichte
Zu wenig Bewertungen
74 Chs

Enam Belas

" Apa yang kamu ingat"

Mata ku mengerjap beberapa kali. Lalu melihat nya lagi. Bibir nya hanya membentuk datar berbeda sekali dengan kenangan yang baru aku ingat! Disana ia terlihat begitu hangat dan lembut tidak ada sorot kebencian seperti sekarang! Apa yang terjadi? Kenapa dia berubah sekarang! Apa tadi itu hanya kenangan saat ia menganggap aku Devi?

Aku bergerak mundur menurunkan mata ku mencoba mengendalikan apa yang aku pikirkan saat ini.

" Kita pernah dekat" Kata ku tersenyum tipis, bahkan aku tak percaya itu terjadi! Bagaimana bisa aku dekat dengan manusia es seperti dia! Itu pasti ilusi kan  bisa saja ini kenangan palsu.

" Lalu...

Devan maju selangkah" Dada nya tepat di bahuku. Ku lihat ia keatas dengan tatapan penuh tanya, menanyakan apakah aku keliru.

Entah apa yang mendorong ku tertarik menaikan jari ku, ku sentuh sudut matanya ia tak bergeming. Jari ku mulai menelusuri alis tebal wajah nya , dan itu seperti pernah aku lakukan. Beda nya wajah dulu ia sambil tersenyum dengan senang jari ku mengukur struktur wajah tampan nya.

Jari ku turun kebawah hidung yang tinggi, sangat pas dengan mata nya yang cokelat madu, menggelap kalau sudut itu sedang marah memberikan aura mematikan dan membuat orang bisa pipis dicelana. Jari ku membelok ke rahang pria ini yang seperti nya baru di cukur, ada bulu tajam mengitari rahang nya yang bersiku, telunjuk manis ku mengarah pada bibir penuh nya. Sedikit terbuka, ada siratan desiran dalam benak ku. Aku menginginkan bibir ini menjamah ku...

Cukup Alena!!! Hati kecil ku menegur.

Cukup sudah kenangan yang bisa aku ingat! Aku takut kalau diteruskan akan ada kenangan pahit yang muncul. Aku merasa cukup senang kalau dulu aku pernah dekat dengan nya! Kuturunkan telunjuk ku menganguk angguk pelan.

Tapi kemudian dagu ku kembali dinaikan. Aku tak sempat menilik bagaimana mata ini. Bibir ku sudah direngkuh dengan lembut, bahkan tangan nya menyusup kedalam rambut ku mendorong ku agar mengikuti ciuman nya.

Manis

Dan entah kenapa aku terbuai.

Kubiarkan ia menguasai rongga ku menjelajahi disana hingga hasrat aneh menyelusup, tangan ku ikut mengalungkan dilehernya.

Ciuman nya kenapa secandu ini.

Seolah mengikuti keadaan ia menggiring ku ke atas kasur, tangan satu nya menggeriyang kulit punggung ku dengan lembut aku semakin merasa terbuai. Gerakan Devan memburu dan menuntut. Ia mencari pengait bra ku dan melepaskan nya. Aku mengurai ciuman nya dan kembali merasa menggelinjang saat lidah nya menekuri leher dan kuping ku, geli juga sangat nikmat. Tangan ku ikut bermain. Mengusap kaos nya dan mulai masuk kedalam kaos itu. Punggung nya terasa sangat hangat juga kokoh.

Nafas Devan memburu saat menjelajah gundukan milik ku yang menegang.

Tangan nya bermain di puting ku yang mengeras, baju baby doll ku ia bantu lepas dan disana aku meliuk malu tubuh ku terekspos, meski ada celana panjang disana masih melindung, kurasakan tubuh ku kembali ditindih dengan sentuhan kulit yang telanjang, rupanya baju nya sudah ia lepas. Leher ku kembali diciumi dengan liar. Lidah nya jago bermain disana membuat kedutan demi kedutan terasa, dan rasanya aku mulai basah.

Ia membalik tubuh ku sambil menciumi ku dan kembali menyerang bibirku yang mendesah karena ulahnya. Lidah nya terus mengecup dan mengesap, dan bibir itu memburu menelusuri turun ke leher hingga ke dadaku. Disana aku merasa sangat melayang. Puting ku di mainkan lagi kali ini juga di isap rakus dan juga digigit semua nya penuh sensasi gila dan memabukkan.

Kulihat sepintas ia melepas celana piyama nya

Aku sendiri mengecupi punggung milik nya yang kokoh, ku remas rambut nya dengan kasar hingga kurasakan kaki ku di renggangkan. Sentuhan kulit kaki nya membuat ku merasa hangat. Ada gundukan di bawah pinggang nya yang masih tertutup boxer  gundukan itu menggesek area intim ku. Mengikuti ritme cumbuan nya di lidah ku. Aku menggila dan sungguh melayang, ku angkat pinggang nya dan menyusupkan tangan ku ke boxer itu. Milik nya terasa sangat tegang dan keras. Ku gesek ujung nya hingga suara berat Devan membuat ku semakin gila. Aku mengangkatnya dan mensejajarkan mulut ku ke miliknya yang benar benar besar merah dan panjang. Ada rasa memuja ku disana. Kuurut milik nya naik turun sebelum masuk dalam mulut ku. Desahan nya seperti pompa membuat ku gila untuk memuaskan nya. Nafas ku ikut tersengah. Dan kabut gairah semakin memasuki kami berdua.

Aku bangun melepas celana ku dan dia sudah berbaring dengan tak ada sehelai pun di sana. Petakan perut nya yang kemaren meracuni ku bisa kulihat jelas. Juga benda keras tegang disana yang seolah tak tahan lagi memasuki milik ku. Aku naik keatas nya. Merayap dan berbaring disamping nya  ia kembali merengkuh ku menciumi ku dengan kabut gairah  paha ku di lebar kan. Aku terlalu malu melihat milik ku di lihat nya begitu intens. Ku tangkup kaki ku tapi ia malah menyelusup disana. Jilatan lidah nya di klitoris ku membuat ku ingin melayang layang. Desahan ini semakin keras. Hingga ada jari masuk kesana maju mundur. Aku makin gila merasakan nikmat nya sex jari yang ia lakukan. Hingga dua jari nya masuk dan terus mengobok obok liang ku. Aku semakin tidak kuat ada yang seperti mau keluar, dan jarinya seolah mengerti terus masuk dan keluar masuk dengan cepat hingga bahu nya ku cakar, beriringan itu cairan ku keluar aku orgasme. Nafas ku tertatih. Ia sangat pintar bermain. Kali ini ia naik ke atas ku. Menjilati puting ku lagi  aku kembali menggelinjang hingga ku rasakan milik nya menggesek di milik ku. Tubuh kami seperti tidak sabar lagi untuk menyatukan nya.

Kurasakan benda itu mulai masuk. Pelan.

Tapi..

Ada sesuatu yang menyerupai kejadian ini.

Kaki ku dilebarkan. Ada yang menindih ku. Nafas nya berada di leher ku. Sekuat tenaga aku memberontak dan menendang hingga bisa ku gigit si brengsek yang menyekap ku ini.  Ia berteriak kesakitan

Aku segera merayap karena tangan, dan mata ku d ikat sangat kuat. Ketakutan ku yang luar biasa, hingga kedua kaki ku kembali ditarik kasar. Tubuh ku terseret dengan benda benda tajam disana. Aku merintih kesakitan. Ada sesuatu menacap di pinggang ku  sakit sekali  apa itu pisau.

Nafas ku naik turun. Sekuat tenaga ku dorong Devan. Kejadian masa lalu mempengaruhi ku. Nafas ku memburu aku berusaha naik keatas. Teriakan ku tak terkontrol, aku tidak tau apa yang aku teriaki. Hingga aku tersudut ke ujung ranjang. Hanya sepintas kulihat Devan disana juga kaget melihat reaksi ku. Hanya saja seperti rollercoaster kejadian dulu terulang. Kejadian yang aku lupakan! Entah apa yang terjadi.

Aku menarik selimut sebanyak banyak nya melindungi ku sendiri sambil berteriak kata  pergi berulang kali sambil menangis ketakutan.

Selimut ku di tarik tarik. Aku cemas, selimut itu kembali ku pertahan kan sekuat tenaga.

" Alena.. Ini aku.. " Suara Devan disana ditengah ketakutan ku yang semakin menjadi. Tangan ku terlepas selimut itu di tarik dari ku. Bahu dan tubuh ku gemetar hebat. Aku merikut takut takut melihat kearah Devan yang disana sudah memakai celana nya lagi.

" Jangan jangan pliss.. Gue mohon" Kata ku terus menerus melihat nya penuh ketakutan. Walau setengah sadar aku sekarang berada di masa sekarang aku masih ketakutan.

Devan kemudian merengkuh ku disana. Memeluk ku erat. Aku tak dengar apa yang ia katakan. Dadanya membuat ku merasa sangat hangat. Dan nyaman disana, nafas ku juga terasa kembali teratur. Walau ada masih bayang bayang penculikan itu.

" Tenang lah... Jangan takut.." Bisik Devan disana. Aki semakin mengeratkan pelukan ku. Sampai semua menjadi baik baik saja. Ku urai pelukan nya. Aku terlalu malu untuk tidak berbusana. Ku tarik kembali selimut ku dan menunduk menenggelamkan wajah ku disana.

" Maaf.. Aku ingat kejadian mengerikan.." Ucap ku dan kembali bersembunyi. Merikuk kedua lutut ku.

Dia pasti kaget banged kan  kenapa saat milik nya mau menyetubuhi ku aku malah mendorong nya dan bersembunyi ketakutan seperti tadi.

Devan tidak menyahut. Apa dia tau sesuatu yang pernah terjadi padaku. Ku angkat lagi kepala ku. Meski masih diselimuti ketakutan aku bisa mengatasi nya.

" Sudah lah. Sebaik nya kamu istirahat" Kata nya. Lalu turun dari sana.

Nafas ku buang dari mulut ku. Kemungkinan besar ia tidak tau apa apa!

Apa tadi aku terlihat konyol mendorong nya seperti itu. Mungkin saja ia menganggao ku aneh atau mempermainkan kan nya.

Hanya saja aku bahkan tak percaya aku dan Devan hampir???

Kubenam kan wajah ku dalam selimut " Bagaimana aku mehadapi nya besok".

***

Aku berangkat pagi sekali untuk menghindari Devan.

Sungguh aku tak punya muka ketemu dengan nya. Bahkan susah harus bersikap bagaimana dengan nya.

" Len.. Besok mami ga mau tu ya.. Kalian harus temenin Mami ke seberang dan kalian datang harus hadiri acara teman Mami di Marina Bay Sands.. Oke" Titah mami yang masih sibuk ngurusin menu sarapan. Aku beralibi mau jenguk sarah walau memang ada niat kesana juga jadi pergi nya pagi sekali.

" Marina bay? " Cicit ku.

" Ya! Kenapa mau ninggalin mami lagi? Kerja lagi! Pokok nya! Mami ga mau dengar alasan. Mami ke sini buat kumpul sama kamu dan Devan bukan di tinggal di rumah nunggu kalian pulang malam. " Sungut Mami mengomel.

Aku jadi bersalah sama Mami. Memang harusnya aku nemanin Mami jalan jalan ke kota Batam bukan ninggalin Mami. Oh bodoh nya aku.

" Iya mi. Tapi hari ini ga papa kan Alena tinggal Mi? Nanti pulang kerja kita makan malam di pesiar aja gimana mi? Kata ku menebus rasa bersalah ku.

" Benar kan? Bukan bohongan??" Mami menilik ku serius.

" Iya dong Mi! Alena janji! Tapi kayak nya Devan sibuk deh Mi. Kami bertiga aja ga papa kan Mi. Alena, Dave dan Mami" Kata ku was was kalau nanti Mami ngajak Devan. Sungguh aku belum siap.

" Tenang saja Alena! Devan selalu dengerin kata kata Mami!

Aku hanya bisa tersenyum hambar. Kalau tau begini tadi ga usah bilang dia sibuk duluan.

" Ya sudah Mi.. Saya berangkat dulu" Kata ku segera bersalaman sama Mami lalu buru buru pergi dari sana.

Jam masih sangat pagi. Aku segera mampir ke Rumah Sakit 

Disana Susan ternyata masih tidur! Tidak nyaman juga membangun kan nya. Aku hanya menitipkan Sarapan buat Susan. Tadi sempat minta sama Mami! Makanan rumahan pasti lebih nyaman buat Susan.

Lalu sekarang aku kemana..

Dan saat ini aku ke rooftop, masih ada setengah jam lagi jam kerja masuk.

Tempat itu benar benar menakjubkan. Semilir angin sangat sejuk di hirup jam segini. Kabut menutupi negara sana mengingat kan untuk besok! Aku harus bagaimana. Tentunya Marina Bay Sands tempat megah dan acara teman Mami pasti bukan acara biasa.

Aku tidak punya uang buat beli barang barang mewah dan gaun yang cantik.

Devan pasti sudah mengambil uang denda kemaren. Aku harus bagaimana...

Dave..

Semoga saja ia mau nolong toh aku sudah cerita semua ke Dave. Tentu uang segitu bagi mereka ga masalah kan.

Ku cari nomor Dave.

Panggilan pertama tak di angkat. Bikin lesu saja .

Tapi kemudian malah ponsel ku berdering nama Dave ada disana.

" Ya Beb   sorry baru slesai mandi! Ada apa? Tanya nya di seberang sana.

Lidah  ku mendadak kelu, ragu buat mengatakan nya.

" Hey.. alena.." Panggil Dave lagi.

" Hmm Dave. Bisa kah kamu nolongin aku! Begini...

Aku menceritakan tentang rencana Mami besok. Lantas anak itu malah ketawa mendengar kecemasan ku.

" Itu Mah Gampang! Ntar gue yang atur okey! "

" Makasih banged Dave! Ntar gue ganti ya... Tengkiu banged..." Ucap ku merasa tertolong

" Ga usah lah! Gampang aja ntar. Oke beb..

" Eh Dave.. Bentar!

Kamu pernah tau sesuatu tentang ku ga? " Tanya ku ragu ragu. Apa aku ceritakan tentang bayangan mengerikan itu sama Dave?

" Sesuatu apa? Tanya Dave.

" Oh ga bukan. Nanti aja.." Kata ku memilih memendamnya sendiri! Hati ku belum siap mendengar berita tentang kejadian itu.

" Benar?

" Iya. Thanks ya.. Ntar malan kamu wajib ikut ya.. Kita makan malam..

Tiba tiba aku kaget dengan ada seseorang di sebelah ku. Nyaris saja ponsel ku terjun bebas.

Sampai suara Dave tidak jelas lagi. Aku segera mematikan telepon.

Mendadak aku sangat gugup. J di sebelah ku berbeda sekali. Ia memakai Jas biru dongker. Rambut nya di tata berbeda! Inti nya dia tetap ganteng bagaimana pun jenis pakaian nya.

Luka malam iti masih terlihat belum begitu mengering.

" Jordan.." Kata ku terbata! Aku bingung harus bagaimana sekarang mehadapi J saat ini.

Ada urusan yang harus aku selesaikan dengan J terkait aku dan dia! Tapi setelah kejadian tadi malam dengan Devan aku rasanya cukup menutup masa lalu ku tentang J.

" Apa kabar?" Ini pertanyaan menyindir kah, bahkan ia tidak melihat ku sama sekali.

" Apa kamu marah?" Tanya ku pelan.

" Tidak! Aku menunggu mu kamu tau??"

Aku anggap itu iya dan dia seperti anak kecil yang merajuk.

" Maaf kan aku J.. " Kata ku hanya itu yang bisa aku katakan, aku sadar aku tidak tau terimakasih dengan pengorbanan nya malam itu. J tidak menyahut.

" Aku mau nagih janji ku!" Ujar nya kali ini ia melihat kearah ku. Mata biru nya membuat ku hanya bisa menahan gejolak di dada ku.

Aku kadang bingung perasaan ku ini karena Jantung Milik Devi atau karena hubungan ku dengan J dulu yang masih ada sisa.

" Janji?

" Ya.. Aku ingin kamu ingat dengan ku Lena...

" Ingat...?

Aku pura pura tidak mengetahui apa yang aku ketahui. Kali ini mungkin aku bisa mendengar dari mulut J. Tentang apa yang ia ingat.

J lalu menarik tangan ku. Membawanya ke dadanya. Aku bingung tapi juga membiarkan ia seperti itu.

" Kamu melupakan ku kan?" Tanya nya sarat akan kepedihan.

" Maksud mu apa J?" Aku mencoba menarik tangan nya. Tapi ia menahan nya.

Wanita yang ingin kutanyakan pada Devan itu kamu Alena!!! Kamu yang aku ingat saat sadar! Aku menemukan mu tapi kamu tidak mengenali ku" Ujar nya dengan sedikit emosi. Ku rasakan detak jantung nya yang berpacu kencang dan dada ku juga menjadi sakit.

J membiarkan tangan ku yang ku tarik.

" Jordan..  Aku tau wanita itu aku" Aku ku hati hati.

Jordan tampak kaget.

" Aku baru tau baru baru ini! Tapi sungguh aku bukan tidak mengenali mu! Aku mehapus nama mu dalam memory ku! Aku ga tau kenapa! Tapi itu yang Papa Aku jelaskan! Aku ga tau nama penyakitnya! Hanya saja sungguh aku tidak ingat kamu J" Kata ku sarat dengan rasa bersalah dan tidak nyaman.

" Ya aku tau kok" Sahut Jordan terdengar kesal.

" Makanya aku minta kamu mengingat ku!"

Aku mengangguk! " Aku harap bisa secepat nya ingat J

" Aku akan membantu mu" Katanya kembali merengkuh tangan ku mencium nya sekali. Aku jadi sangat gugup bibirku bergerak kelu.

Aku pun segera menariknya lagi.

" J... Apa kamu juga sudah tau aku sudah menikah..

Jordan terpaku sesaat! Lalu ia tertawa singkat!

Menikah??

Ada sorot tidak percaya disana. Aku pikir J sudah tau itu  secara orang kaya biasa nya mengetahui hal hal yang ditutupi dengan mudah, contoh nya Devan kan dia dengan mudah nya mengetahui aku dimana.

" Aku istri Devan!"

Jordan diam. Alis nya naik sebelah aku mengangguk lagi untuk menyakinkan.

Dengan sorot marah Jordan segera beranjak dari sana. Langkah nya lebar lebar meski terseok.

firasat ku mengatakan kalau ia akan menemui Devan.

Ini petaka!

Bisa bisa mereka berkelahi dan membuat heboh group Ghibah itu atau parahnya lagi semua orang tau aku ini istri Devan!!

Ga boleh.. Ga boleh..

Aki berlari mengejar J. Walau kaki nya tampak sulit berjalan langkah nya cepat juga. Ini karena heel yang aku pakai dan rok kentat sialan ini. Alhasil aku melepas heel. Menjinjing nya dan menaikan rok ku.

" Jord... Stop.. Please....." Teriak ku tapi ia sudah masuk kedalam pintu sana. Bahkan aku dengar suara di kunci.

What..

Ku tarik pintu itu. Beneran di kunci!

" J.. Bukaa" Teriak ku menggedor pintu besi itu.

Kepala ku langsung blank..

Oke Alena tenang tenang...

Nita...

Ku cari ponsel ku. Dan segera menghubungi Nita.

" Nit buruan ke atas ke atap sekarang. Bukain pintu! Aku ke kunci" Teriak ku disana sarat akan kecemasan.

Nita membuka pintu nya sekitar 5 menitan.

" Kok bisa kamu terkunc-

Aku langsung menerobos nya tanpa pamit Nita kutinggalkan di sana yang kebingungan!

Hanya selisih 2 lantai dari rooftop! Tapi sialan nya lift nya penuh terus mungkin karyawan yang sudah mulai banyak datang.

Aku segera lari ke tangga darurat  beruntung hanya 2 lantai!

Nafas ku memburu gila saat sampai di lantai itu. Capek juga! Ada 4 tangga yang aku turuni.

Kulihat tak ada J di lorong sana. 1 kemungkinan dia sudah masuk ruangan Devan.

Di meja sekretaris, Sarah tampak bingung, aku yang berlari menerobos lantas membuat nya berteriak memanggil. Tapi ia kalah cepat aku keburu masuk dan mengunci pintu nya.

Tak ada yang boleh meliput nya!! Titik

Bruk.. Praaang...

Mata ku kembali kejang mendengar suara itu.

Aku segera melangkah dan benar saja. Devan menubruk keramik hingga jatuh dan pecah. Ia segera bangun tapi Jordan sudah menyerang nya duluan. Wajah nya kena tonjok.

" Berhenti..." Teriak ku lari kesana menarik Jordan tapi aku malah terlempar dan pantat ini sungguh nikmat mencium ubin yang dingin! Sakit!!

" Bruk

Kali ini Jordan dapat balasan dari Devan. Bahkan luka sobek yang belum kering di pipi nya pasti kembali terkoyak!!

" Apa yang kamu lakukan dengan wajah ku.." Geram Devan disana melihat ada darah di suduh bibir nya.

Lalu kembali melayangkan tinjunya.

Jordan tersungkur.

" Berhenti Dev.. Jordan..." Aku kembali kesana dengan susah payah, pantat ku sungguh sakit.

Tapi lagi lagi aku kalah cepat kali ini Jordan berhasil menindih Devan.

" Keparat... Apa yang lakukan pada Alena! Memanfaatkan kedaannya dan mengikat nya di pernikahan! Hah..." Bruk..

Pukulan Jordan kali ini meleset. Di tinju kedua Devan mampu menahan nya. Dan mendorong pria itu dan kembali menyerang.

" Kamu itu sudah tidak ada gunanya, dia sudah jadi istri sah aku!

Teriakan ku yang mencoba melerai percuma, mereka masih saja adu fisik.

Oke berpikir Alena...

Bahkan aku tidak bisa menghubungi Security! Bisa bisa semua nya tambah rumit.

Ada 1 nama terlintas yaitu Dave. Tapi jarak dari rumah ke kantor cukup jauh.

Ponsel ku berbunyim kebetulan sekali orang yang aku pikir kan nelepon.

" Hey beb.. No elo gue kasih ke teman gue. Dia ntar yg urus bes-

" Dave. Bisa ke kantor Devan sekarang, dia lagi bergulat dengan Jordan.. Oh my god...

Mata ku melotot melihat Dua anak manusia disana bergulung gulung. Telepon Dave tak lagi aku gubris, aku langsung menuju galon hanya itu yang bisa aku gunakan. Biasa nya kucing yang berkelahi akan lari terbirit birit disiram dengan air. Mungkin ini aka  berhasil.

Untung nya galon hanya sisa separo. Tidak terlalu berat untuk ku angkat.

Aku harus cepat disana Jordan melilitkan dasi Devan ke leher Devan.

Tampak sekali wajah Devan memerah.

Byuuuuurrrrrrr

Kedua nya langsung ku siram.. Membuat Jordan melepaskan Devan dan Devan ku lihat ikut melompat, air masuk kedalam hidung nya. Ia langsung misuh misuh mengeluarkan air itu.

" Stop.. Jordan. Berhenti... Kumohon jangan buat keributan disini.."

Jordan ku dorong agak menjauh selama pria itu berusaha menguras air di kepala nya.

" Urusan ku belum selesai Alena.. Menyingkir lah..." Kata nya sambil melepaskan jas dan melempar nya asal. Menggulung kemeja nya hingga kesiku. Jordan malah kelihatan kembali berapi.

Terdengar gedoran pintu. Dan samar ada nama ku disana.

Dave...

Aku berlari lagi ke arah pintu membiarkan dua pria dewasa itu saling adu jotos.

Dave datang dengan 1 teman nya, seorang pria yang dari potongan fisik dan rambut nya juga seperti tentara.

Dave.. Untung lah kamu segera kesini. Bantu aku melerai kedua nya..

Kata ku ngos ngosan.

" Tenang Alena. Serahkan ini dengan kami" Dave merenggangkan otot leher nya beberapa kali kayak mau maju di ring tinju saja.

Dan! Aku bisa bernafas legas dua kubu disana berhasil di lerai walau tampak beradu fisik. Dave memegang kakak nya dan teman nya menahan Jordan.

" Lepas kan aku sialan! " Garang Devan mencoba memukul Dave.

Dave menahan leher kakak nya dengan otot tangan nya.

" Berhenti!!! Kalian bukan bocah lagi" Sial... Jangan tarik rambut gueee" Jerit Dave muka nya sampai merah. Untung nya Dave itu gundul semi dan Devan kesusahan menarik rambut saudara nya..

" Kuku loe anjiiir.. Dev gue bakal nuntut loe kalo kepala gue pitak!!

Dan Jordan sendiri malah ikut adu fisik dengan teman Dave, ia berhasil lepas dari cekalan teman Dave. Dan langsung menyerang teman Dave alhasil kedua nya berusaha adu jotos.

Nafas berat kuhembuskan dari mulut. Sumpah aku lelah sekali. Ini tidak akan kelar kelar.

" Fuck!! Loe beneran bikin pala gue pitak.. Awas loe Dev. Gue tau otot loe udah matang! Tapi gue masih bisa melawan loe..

Hingga akhirnya Devan kembali bisa ditahan Dave dengan susah payah.

Dave memberi ku kode. Aku segera paham.

" Jord.. Sudah cukup! Aku lelah sekali.. Hentikan semua nya..." Kata ku dengannya nafas benar benar terputus putus.

Jordan melepaskan baju teman Dave. Melihat ku dengan nafas memburu.

" Asal kamu ikut aku" Katanya disana.

Kutoleh lagi kearah Dave yang mengangguk mengiyakan.

" Alenaa.. Awas kalau kamu pergi dengan nya ingat perjanjian kita..." Kecam Devan yang seperti nya keceplosan.

" Perjanjian..." Jordan melirik kearah ku.

"Fine... J.. Baiklah. Ayo kita pergi ..." Segera kudorong J disana  menuju pintu keluar.

Terdengr suara umpatan Devan disana. Yang kulihat sekarang sudah ada 2 orang menahan nya. Dave dan teman nya barusan.

" Perjanjian.. Apa maksud nya perjanjian hah...

" Ga tau.. Dia ngomong asal.. Buruan. J...

Kudorong ia keluar dari sana.

Dan di depan ada Sarah yang tampak mondar mandir. Ia mematung melihat kami keluar.

Bukan saat nya mengurusi Sarah atau Group ghibah itu, sebelum Devan berhasil lolos J segera ku tarik lagi untuk keluar dari gedung sana.

Aku bisa lega setelah J benar benar ada di mobil ku.

Aku yakin seyakin yakin nya mata mata awas netijen di Gedung itu akan segera mengeluarkan komentar nyinyir nya di Forum itu apalagi keadaan J yang jelas baru berkelahi.

Segera ku lajukan mobil ke jalan raya. J tampak kesal disana. Beberapa kali ia membuang nafas, aku juga enggan mengajak nya bicara! Hingga akhirnya aku sampai di Bar miliknya. Hanya itu yang aku tau!

" Obati luka mu dengan benar J. Aku harus kembali kerja" Kata ku.

" Turun dulu Alena...!! Atau aku kembali kesana bikin keributan!" Ancamnya membuat ku syok!