Aku menyetir dengan gila menuju alamat yang Rudy kirim melalui chat.
Pikiran ku berkecamuk. Mungkin saja Alena kabur.
Apa dia kabur??
Dia berani kabur?
Alena.. Liat saja kalau kamu berani kabur..
Ku pukul stir ini dengan keras.
Shit..
Dia ga boleh kabur..
Aku buat kaki nya patah kalau sampai kabur..
Bahkan kata kata ku sendiri tidak bisa menepis kekhawatiran ku.
Bagaimana kalau dia benaran kabur?
Dia punya Jordan..
Uang bukan hal susah buat Jordan!
Ga.. Alena.. Jangan tinggalkan aku.. Bahkan kita belum memulai apapun...
Membayangkan nya saja membuat ku ketakutan begini.
Alena sangat mempengaruhi hidup ku.
Aku sampai di depan tempat karaoke itu, memarkir asal dan melompat keluar. Ku edarkan pandang mencari Rudy.
Rudy ada di loby dengan 2 wanita yang asing bagi ku.
Kedua nya tampak gugup saat melihat ku mendekat. Apalagi yang berambut pendek. Ia masih mengenakan baju kantoran. Mungkin salah satu teman Alena di kantor.
" Jadi Alena pergi dengan kalian?" Tanya ku terdengar menakuti mereka. Mata ku jatuh pada wanita kurus tinggi dengan rambut panjang, dia terlihat berwibawa dari pada teman nya.
" Iya dia hanya ke toilet sebentar. Tapi ga kembali lagi. Udah kita cari ke toilet." Jawab wanita ini lugas.
Dada ku bergemuruh!" Rudy! Geledah saja semua pengunjung ruangan di tempat ini!!" Kata ku mengepalkan tangan. Jadi Alena benar benar kabur, tapi semua barang ia tinggal..
" Baik Tuan!" Jawab Rudy segera beranjak dari sana, tak jauh dari sana. Ada wajah wajah yang tak asing. Mereka beregombol mirip para karyawan ku. Seolah dengan arahan mata yang sama. Mereka semua kaget melihat ku. Dan benar saja itu adalah para karyawan ku.
Apalagi salah satu wanita yang pernah mengotori jas ku dengan lipstik.
" Pak Devan.. Malam pak.." Itu Pak Wijaya juga ada disana. Mereka langsung bersikap sangat sopan. Dan sapaan dari mereka disana.
" Malam.. " Jawab ku singkat.
" Kok mereka ada disini juga sih! Duh sial apa karaoke mereka itu disini" Kudengar suara teman Alena dibelakang menggerutu.
" Bapak juga mau karaoke disini ya Pak! Kami baru selesai.. " Kata Pak Wijaya lagi berbasa-basi walau keliatan sekali wajah tak nyaman mereka disana.
" Tuhkan.. Pelacur itu juga ada sama teman teman nya. Berarti benar kan feeling ku dia ngamar sama Pak Nathan"
Entah kenapa di banyak suara suara yang kudengar malah kalimat itu.
" Hey kamu.." Panggil ku pada wanita dengan boobs besar di belakang pak Wijaya.
Mereka saling pandang dan berhenti pada wanita yang tadi kudengar bicara dengan teman sebelah nya.
" Siapa pelacur yang kamu bicarakan? "Tanya ku masih dengan suara rendah, meski dia terlihat seperti berhadapan dengan hewan buas.
" Ga ada Pak. Saya ga ada bicara apapun" Bohong nya terbata bata dan saling senggol dengan teman disebelahnya. Kulihat wajah teman sebelah nya yang punya hidung olahan. Dia terlihat gugup juga.
" Siapa yang pergi dengan Pak Nathan kamu bicarakan"
Yang lain semakin mengintimidasi kedua wanita itu.
" Pak Nat.. Nathan.." Pekik suara dibelakang ku. Wanita berambut sebahu.
" Duh Sus.. Apa jangan jangan Alena.. Di bawa Pak Nathan.." Kata nya sama wanita berambut panjang disebelah nya.
" Ga mungkin! Biasa nya kan Alena yang minta diajak.." Seru wanita yang berboob besar tadi.
Darah ku mendesir lagi. " Siapa yang kamu bilang pelacur!! Sialan! Kamu mengatai Alena pelacur" Ku tunjuk wanita itu dengan suara membentak bahkan ingin sekali tangan ku menarik lidah nya.
Wanita itu langsung terbata bata dengan takut, hanya bisa menunduk.
" Pak wijaya! Keluarkan wanita ini dari perusahaan!"
Pak Wijaya juga yang lainnya tampak terkejut.
" Di pecat! Salah saya apa paaak" Wanita itu tampak syok tapi aku tak peduli wajah kecemasan nya disana.
" Salah kamu apa! Barusan jelas kamu menghina istri saya!"
Perkataan ku tampak nya membuat mereka disana syok!
Oh aku sampai lupa kalau Alena enggan mengakui ku sebagai suami nya! Bahkan di berkas perusahaan ia belum merubah KTP nya yang berstatus lajang.
Sontak wanita tadi langsung tak sadarkan diri dan mereka kembali heboh.
" Hey Rachel.. Kalian kenapa mengatakan kalau Alena pergi dengan Pak Nathan. Kalian ada ketemu dengan Alena?" Teman Alena yang berambut panjang menarik wanita yang sibuk membantu wanita yang baru kupecat tadi.
" Jangan melibatkan ku! Pergi kamu" Kata wanita itu misuh misuh. Ia terlihat ketakutan saar melihat kearah ku.
" Cepat katakan yang dia bilang" Hardik ku membuat nya menjadi tambah ketakutan.
" Kami hanya ketemu dia di toilet pak dan dia tadi juga ikut ke room sama kami" Kata wanita ini menunduk dengan kaki gemetar.
Kulihat kearah Pak Wijaya. " Itu benar pak. Ibu Alena tadi sempat ke room, tapi dia pergi dengan Pak Nathan.."
" Dimana yang namanya Nathan itu" Teriak ku serasa membuang waktu saja.
Mereka disana celingukan!
Rudy muncul sambil lari lari.
" Tuan! Ada yang liat Nyonya di bawa sama pria! Ciri cirinya seperti Pak Nathan"
Darah ku langsung mendesir marah. Sialan.. Berani sekali dia..
"Cari tahu cctv parkiran disini! Temukan jenis mobil dan plat nya! Dan cctv jalanan yang menangkap kemana dia membawa istri ku! " Titah ku pada Rudy. Pria itu segera berlari lagi.
Nafas ku naik turun menahan amarah.
***
Kepala ku membentur sesuatu. Kubuka mata yang kulihat hanya lah gelap. Ada suara mesin mobil dimatikan. Kurasakan tangan ku tidak bisa bergerak. Kaki ku juga dan mulut ku ditempel sesuatu.
Kenapa ini.
Sesaat aku ingat waktu sebelum nya.
Aku merasa pusing setelah minum minum an yang di room tadi. Apa aku di beri obat tidur.
Aku mencoba menendang tapi susah sekali seperti nya aku di taruh di bagasi mobil.
Ketakutan semakin menguasai ku. Saat mobil ini kembali bergerak. Dan mobil membawa ku disana.
Bayangan aku disekap dulu juga kembali hadir. Trauma yang aku alami kembali terkoyak.
Rasanya tubuh ku bergetar hebat.
Aku tidak akan mengalami hal yang sama kan...
Ga..
Ga mau..
Tolong... Tolongg.. Teriak ku disana percuma mulut ku dilakban kuat.
Entah berapa lama kurasa mesin ini kembali dimatikan. Dan terdengar kap mobil ini di buka. Kulihat disana Pak Nathan yang membuka. Dia..? Bajingan ungu.. Brengsek " Umpat ku berusaha melepaskan diri.
" Ulalaaa reaksi obat nya singkat sekali ya! Sayang sekali padahal kita belum mulai apa apa " Kata nya disana lalu terkekeh.
" Mari sini sayang..." Badan mu berat juga ya.. Untung nya bisa aku alih ke kap.." Tangan sial nya menyusup ke kaki ku dan belakang ku. Dengan sekali angkat pria besar ini mengangkat ku. Aku hanya bisa berteriak tanpa bisa mengeluarkan suara nyaring. Kemana ia akan membawa ku...kulihat keatas hanya ada langit berkelip bintang dan udar sini sangat dingin terdengar suara desiran rumput.
Apa ini di bukit???
Nathan mendorong pintu yang terbuat dari kayu. Dengan bahu nya. Bau jerami langsung tercium saat masuk kedalam. Hingga lampu menerangi tempat itu sebuah gudang lagi!
Tubuh ku lalu di lembar ke tumpukan jerami. Aku terus memekik memohon dengan sarat mata yang sudah berair. Tangan ku mencoba mencari cari apapun yang bisa aku gunakan untuk lolos dari ikatan ini.
" Cape sekali!! Kita santai sebentar ya sayang..." Kata si brengsek ini sambil duduk. Ia terlihat keringatan.
" Jangan berpikir melarikan diri sayang.. Kita berada di bukit dan tidak ada yang akan menolong mu.. Bahkan Pangeran mu aku dengar pergi Ke Swiss, jadi jangan berharap dia datang dengan kudanya..."
Pangeran..
Jordan maksud nya.. Siapa juga yang mengharapkan nya. Aku bisa lolos sendiri.. Awas kamu Nathan.. ..
Tangan ku terus kupaksa bergerak walau gesekan tali ini cukup membuat tangan ku sakit sekali
Mata ku awas berkeliaran ke sekeliling ku mencari benda tajam yang bisa memutuskan tali ini juga untuk menggorok leher si ungu ini.
" Bagaiman rasanya jadi pacar OB yang ternyata adalah milioder?? Hah.. Tapi kebanggan mu akan berakhir malam ini cantik! Aku punya kenalan yang akan membuat mu lebih banyak merasakan nikmat nya seks dengan banyak pria...
Nathan mengesap rokok nya disana sambil mengambil ponsel nya.
" Sialan! Apa dia mau menjual ku!!!"
Ia mencari kontak seseorang disana. Dan setelah dapat ponsel ia arahkan ke wajah nya. Rupanya dia sedang video call.
" Wǎn'ān xiōngdì"
"Shì wǒ Jonathan.. jo! Iya ini saya Nathan..ingat saya kan!! saya ada wanita cantik yang punya nilai tinggi"
Aku berusaha mundur sebisa ku saat Pak Nathan mendekat.
Rambut ku langsung jadi sasaran nya. Wajah ku di arahkan ke layar.
Disana aku melihat pria botak dengan mata sipit. Wajah nya familiar.
Tiba tiba lakban ku di tarik paksa. Cukup sakit. Rambut ku di sisihkan hingga aku benar benar terlihat dilayar sana.
Pria ini. Pria yang sama. Dia Koh Ahong!
Ponsel itu kembali ditarik dan mulut ku kembali di tempel lakban tadi.
Sialan kamu Nathan!!
Teriak ku dalam kebisuan.
" Baiklah.. Jemput saja kami nanti alamat nya saya kirim! Oke koh. Malam!"
Nathan kembali berbalik kearah ku.
" Setimpal bukan! Kamu membuat ku hilang jabatan dan menahan malu!! Dan aku akan dapat uang banyak.. Setelah menjual mu!" Brengsek ini tertawa nyaring sekali tawa nya menakutkan.
" Tapi kita main main dulu ya..." Ia tersenyum lebih menakutkan. Jarinya menelusuri wajah ku. Bahkan mata ku yang sangat buas menatapnya malah terlihat lucu bagi nya. Pria ungu ini tertawa bahagia.
Jari nya turun ke kemeja ku.
"jauhkan jari mu dari sanaa jerit ku dengan susah payah menggerak kan badan ku untuk menjauhi nya.
" Sebagai kenangan... Kita simpan di Hp ya.. Bagus juga buat hiburan di Group perusahaan" Ujar nya santai. Tapi tidak bagi ku... Ini petaka!
Apa aku lagi lagi akan di perkosa dan video nya menyebar???