webnovel

Marriage in lost Memories

Hidup ku seperti potongan puzzle Banyak nama yang aku hapus dalam memori ku, otak ku menolak mereka yang pernah menyakiti ku dan sekarang mereka muncul satu persatu. Salah satunya adalah Devan-suami ku! Suami dalam pernikahan berlatar bisnis ini. Dan dia-J juga kembali dari koma mencoba membawa ku kembali dalam kehidupan nya! Saat kenangan itu kembali bisakah aku menerima mereka kembali.

Daoist253276 · Geschichte
Zu wenig Bewertungen
74 Chs

Delapan

Makan siang ini seperti sedang jadi artis saja, begitulah kalau lagi viral. Apalagi viral nya 1 lingkungan langsung. Bisa langsung ketemu dengan objek nya. Terserah mau di apa apain di udel udel juga boleh.

Nita menangkup mulutnya dengan tangan, sedari tadi ia bukan mengunyah makanan yang ia pesan tapi membaca isi komentar yang ada di Group. Topik masih sama. Seputar apa yang terjadi hari ini.

" Wah Len.. Sumpah.. Kamu salah sasaran. Pak Nathan bukan nya merasa di permalukan ini ceritanya tapi banyak pendukung nya yang sibuk nyinyir tentang J yang ga pantas buat kamu.. Gimana dong ini Len.. " Seru Nita yang sedari tadi hanya sibuk membaca komentar komentar di group itu tanpa minta menyentuh makanan nya.

Sedangkan aku malah sibuk dengan pikiran ku sendiri, apa yang J lakukan barusan masih tersisa di sini  di otak dan hal aneh lainnya di dalam sini di hati ini.

Ada bagian yang membuat ku mencoba menerobos masuk dalam suatu kenangan.

Tiba tiba saja aku duduk disalah satu kursi penonton .

Di depan ku sana ada pertandingan basket. Suara eluan dan teriakan terdengar memekikan telinga. Ada nama yang di sebut disana tapi ga jelas.

" Yuhuuu" Suara lain yang lantang menderu di kuping ku. Aku toleh ke samping. Ada anak gadis dengan rambut sebahu. Wajah nya mirip aku! Dan disebelahnya ada gadis lain rambut lurus bergelombang  namun aneh wajah nya buran hanya bibir cantik nya yang terlihat.

" Pulang pulang pulang" Teriak gadis yang mirip aku itu. Bukan! Kulihat baju yang ia pakai baju olahraga ku waktu Smu! Apa ini aku waktu Smu.

" Pulang aku mau pulaaang" Teriak ku disana sangat berbeda dengan anak cewek lain.

Gadis disebelah nya menyenggol bahuku. Mengomelinya dengan halus. Ia tampak memuja ke tengah lapangan. Kuikuti arah gestur gadis itu. Ada banyak anak cowok disana sedang melanjutkan pertandingan basket. Dan hanya 1 anak disana yang wajah nya juga buram. Anak laki laki itu malah melihat kearah ku. Aku dimasa Smu yang sangat tak suka basket tampak bertengkar kecil dengan teman disebelahnya. Jelas sekali kulihat tatapan memuja dari anak laki laki itu kearah ku. Siapa dia?

" Lena.." Seru Nita memukul sendok ke piring. Sampai aku kaget.

" Apa sih..

" Kamu ga dengar ya. Ini nih gimana donk...

" Gimana apa nya..?"

Nita berdecak kesal.

" Aku rasa J nanti bakal dapat masalah deh Len.. "

Aku tak mengubris peringatan Nita yang menurut ku hanya terlalu berlebihan.

Ponsel ku berbunyi. Ada nomor tidak di kenal. Aku segera mengangkatnya. Ternyata itu dari pengacara yang menangani kasus ku dengan Hendra. Ia meminta ku besok untuk ke kantor polisi hanya untuk melanjutkan isi laporan terkait kasus tabrak lari itu.

Asik mengobrol aku sampai tidak melihat Nita sudah hilang dari pandangan. Bahkan ayam geprek nya belum ia sentuh.

" Kemana lagi anak itu" Dengus ku kembali mehabiskan sisa makanan maklum lah tadi pagi makan hanya sedikit. Sisa nya kelaparan hingga seminar selesai beruntung hanya sampai 4 jam saja.

Ponsel ku kembali berbunyi saat aku memilih kembali ke kubikel ku, menunggu Nita kembali bisa bisa pekerjaan ku tambah banyak di meja sana.

Panggilan dari Rudy.

What!

Mata ku menyusuri sekeliling entah kenapa panggilan dari asisten Devan ini seperti panggilan pencabut nyawa saja. Dan jangan lupa di ruangan ini banyak siluman  kuping, mata dan hidung!

Angkat tidak ya... Angkat apa tidak!

Mengingat dari pengalaman! Rudy tidak akan pernah putus menelepon sebelum aku angkat! Parah nya dia bisa saja nongol di ruangan itu! Secara garis besar semua orang tau siapa Rudy di sana. Asisten dari Pak Devan!

Akhirnya aku angkat juga sebelum mati panggilan nya.

Kudekatkan ponsel itu agar bisa berbisik.

" Tuan mau bicara!"

" Hah.. Hmm iya dirumah kan!"

" Tidak sekarang nyonya!"

Aku terdiam, bingung harus bilang apalagi!

" Hallo.. Nyonya. 

" Iiyaa.. Tapi ga bisa disini Rud!" Cicit ku gemes.

Jeda beberapa detik.

" Ini perintah!" Bentak seseorang di sana. Bukan Rudy! Itu suara Devan! Kuping ku sampai mendenging karena kaget. Nyaris saja ponsel itu terlempar. Spontan aku langsung misuh misuh dengan pandangan mereka yang disana. Mata mata pencari berita.

Di dalam lift aku terus melihat angka yang berjalan. Berpikir bagimana cara nya aku mehadap dengan sekretaris nya. Bahkan tangan ini jadi sangat dingin! Ini yang aku khawatirkan kalau Devan 1 lingkungan dengan ku! Kenapa dia memperlakukan ku seperti ini! Apa ia lupa Aku dan dia di luar bukan suami istri ah bukan. Di rumah juga! Apalagi perusahaan ini punya forum group kurang kerjaan yang bikin semua penghuni disini berlomba lomba menguak isu isu menarik. Bagaimana kalau ada yang melihat aku masuk keruangan nya!!

Ting!

Lift itu akhirnya mengantar ku ke lantai itu.

Dengan berat kuulurkan kaki keluar Lift

Lantai ini sepertinya memang di pakai para petinggi perusahaan ini. Semua nya lebih mewah dan sangat berkelas.

Di depan bertulisan ruang President Direktur terlihat wanita yang tak asing. Nama papan nya tertera sekretaris. Dan dia adalah...

Sarah! What The Hell bukan nya Sarah Sekretaris Pak Wijaya?? Kenapa dia sekarang jadi sekretaris Devan!!

Jangan lupakan isu yang Nita bawa kalau dia ada modus dengan J. Dan hari ini aku baru bikin gossip baru tentang aku dan J!

Lihat saja sorot wanita cantik ini melihat ku dengan sinis, bahkan ia tidak menyapa ku sebagai tamu. Ah iya aku bukan tamu tapi hanya karyawan di lantai 3.

" Maaf mba! Pak Devan ada didalam?" Tanya ku masih bisa dibilang sangat sopan!

Alis nya naik sebelah dengan tak ada sudut senyum sedikit pun! Mata nya menelaah setiap inci aku dari atas sampai bawah lalu tersungging sedikit. Rasanya kaya di hina banged! Apa begitu ya sikap sekretaris! Apa karena dia sekretaris seorang yang jabatan nya tinggi jadi karyawan rendahan seperti aku datang kesana ga dianggap!

" Ada keperluan apa?" Tanya nya kali ini dengan kedua tangan dilipat di dada. Dada nya juga dibusungkan seperti itu. Ukuran D itu! Jumbo!

Mata ku mengerjap bingung harus jawab apa! Padahal tadi sudah aku pikirkan tapi kenapa malah blank begini.

" Kalau tidak ada janji! Ga bisa ketemu! Pak Direktur sibuk" Ujar nya dengan tegas lugas.

Oke! Ini bisa jadi alasan kan. Kalau aku sudah menuruti perintah nya tapi sekretaris nya bilang sibuk! Ya itu bisa jadi dalih yang bagus.

Oke. Trims.. Mba..

Kata ku sambil menyusupkan rambut kesamping telinga. Balik kanan.. Grak..

Aku berbalik dengan senyum mengembang. saat itu telepon Sarah berdering.

Di langkah yang ku percepat. Tiba tiba ia memanggil.

Aku pura pura tak mendengar. Kulajukan langkah ku. Berharap bisa menggapai lift di sana. Tapi tak disangka wanita itu menyusul ku. Ketukan heel nya terdengar sangat jelas dan menuntut.

" Tunggu.. Tunggu saya..." Kejar nya dengan nafas ngos ngosan.

Aku tak mungkin pura pura budek sekarang! Ku putar tubuh dengan wajah pura pura bingung.

" Iya..

Sarah sampai membungkuk dan bertumpu pada lutut nya. Kecapean! Bahkan aku lihat sepatu nya begetar. Pasti itu sangat lelah sekali berlari dengan heel setinggi 12 cm itu.

" Anda diminta masuk" Ujar nya susah payah dan wow pakai kata Anda. Bahasanya juga formal. Ck rasanya ingin ku tarik dagu ku tinggi tinggi. Ga papa lah ya nyombong dikit toh tadi dia sangat menghina banged.

" Saya? Bukan nya Pak Devan sibuk? Usil ku sengaja. Dan benar saja tangan Sarah mengepal. Ia tampak enggan bertamah ramah lebih banyak.

" Maaf, tadi saya keliru! Anda di tunggu didalam" Lontar nya berat.

Aku tersenyum lebar puas juga bikin Sarah bersikat manis ini.

Dengan anggun aku berjalan melewatinya.

" Tunggu

Panggil nya kemudian.

Aku kembali memutar badan.

" Apa kamu sudah tau siapa J itu?" Tanya nya membuat ku mengerinyit bingung

" Oh maaf.. Lupakan

Katanya kemudian dan bergegas pergi.

Apa maksud nya. Emang siapa J? Mencurigakan sekali tingkah Sarah ini.

**

Aku mendorong pintu dengan pelan. Masuk menyusup dan mencoba mengabaikan desain ruangan mewah disana yang tak berbeda dengan desain dirumah nya.

Dia disana di meja kebesaran nya. Mengenakan vest rompi jas berwarna hitam sepadan dengan dasi yang aku berikan. Mengingat itu rasanya mustahil dan tidak percaya saja Devan menerima dan memakai nya langsung, dan jujur Devan cocok sekali memakai nya. Entah kenapa ketamvanan nya berlipat lipat, rambut lurus nya menjuntai mengenai sebagian alis tebal nya. Kontrak dengan cahaya matahari yang sedang mengenai nya.

Ada gejolak yang aku rasakan kenapa seperti nya ini dejavu.

Ada seseorang di samping jendela cafe sedang sibuk melihat ipad nya. Posisi nya sama persis. Dan seolah aku masuk dalam ruang itu.

Aku mengenakan gaun yang ku anggap aneh tapi aku datang kesana sebagai orang lain. Berpura pura jadi orang lain. Aku masuk dengan sepatu yang bukan gaya ku. Bahkan rambut yang biasa aku kuncir sekarang di ikat kesamping. Aku menjadi sangat manis dan feminim.

Aku masuk kedalam cafe yang sudah berlantunkan music genre romantis.

Kuedarkan pandang mencari seseorang yang menjadi janji temu hari ini.

Aku bisa mengenali nya dari sebuah foto, pria itu duduk di sana di dekat jendela cafe yang disinari matahari senja. Wajah nya teduh tenang dan sangat lembut.

" Sampai kapan kamu berdiri disana" Suara itu mengintruksi ku kembali ke dunia sekarang. Aku bahkan menjadi linglilung Tadi itu apa? Apa aku pernah mengalami hal itu? Bahkan rasanya nafas ku berat, dada ku kenapa sesak.

" Apa kamu mendengarku!" Kata Devan lagi. Notasi nya lebih menekan.

" Maaf.. " Ucap ku segera mengembalikan konsentrasi ku.

Aku menarik kursi didepan nya dan duduk manis. Itu kan yang ia mau?

Bahkan aku nyaris mengumpat bagaimana ia tersenyum mencemooh. Apa aku salah lagi? Atau apa ada yang lucu??

Ia lalu menyodorkan ku selembar kertas yang tadi ia baca.

Aku membaca judulnya.

" Perjanjian pernikahan"

Kulihat ia dengan bingung! Apa maksudnya. Tapi matanya menyuruh ku untuk membacanya sedangkan ia bersedekap menunggu aku selesai membaca disana.

Point pertama tertulis kalau aku sebagai pihak kedua harus menjaga kehormatan pihak pertama (dia)

Point kedua, tidak melakukan hal yang membuat pihak pertama terikat.

Point ketiga, pihak pertama maupun pihak kedua harus menjaga kehormonisan di mata keluarga

Point ke empat

Pihak kedua menjaga nama baik pihak pertama

Point ke lima

Pihak kedua tidak boleh mencampuri urusan pihak kedua.

Point ke -

" Maksud nya apa ini? Tanya ku malas melanjudkan membacanya. Isinya semua seolah menuntut ku saja! Tanpa tertulis disini pun aku tak akan mencampuri urusan nya! Menjaga nama nya! Tapi siapa juga yang tau dia siapa aku! Aku tak pernah melibatkan nama nya, selain kasus Hendra tapi itu atas nama aku saja!

" Kalau sudah selesai tandatangani saja"

Katanya tanpa mau menjelaskan.

Kulihat ia dengan tajam, kuputar bola mata ku jengah. Tentu saja ini semua sangat mudah dilakukan. Aku dan dia itu tidak akan terlibat macam macam, seperti point kedua! Apa karena tadi malam ia jadi membuat point point ini. Apa ia pikir aku memang mau menggoda nya! Sialan.

Dengan cepat ku bubuhi tanda tangan ku disana lengkap dengan nama lengkap dan juga tanggal.

" Yakin tidak membaca halaman belakang?"

" Sudah ditandatangani juga! Untuk apa! Jawab ku juga enggan membaca halaman belakang.

Devan menarik kertas itu lagi. Dan menjentikkan di udara.

" Ini konsekuensi kalau kamu melanggar, aku bacakan salah satunya..

" Pihak kedua akan membayar denda kepada pihak pertama sebesar satu lot saham yang ada di perusahaan Youngxi Group!, sebaliknya kalau pihak pertama yang melanggar maka ia akan memberikan 5 lot saham dan menunjang donasi dana ke perusahaan itu kapan pun mereka memerlukannya!"

Youngxi Group adalah perusahaan Papa! Dia gila ya mengaitkan denda dengan kestabilan perusahaan lagi!

Jadi ini yang disebut penyesalan datang belakangan!!  Kenapa aku bodoh sekali tidak membaca nya.

Oke tenang Alena! Aku bahkan tidak melanggar apa pun selama ini jadi semua itu akan aman saja!

" Sudah kan! Jadi saya permisi!" Aku bangkit dari sana. Berhadapan dengan Devan selalu membuat suasana panas, otak panas dan semua nya jadi gerah!

" Apa kamu tidak sadar melakukan pelanggaran?" Ucapnya menahan pergerakan ku.

Mata ku menyipit tidak paham maksud nya!

Devan memutar laptopnya dan memutar unggahan video disana. Video yang disebar kan hari ini dimana aku mengumumkan hubungan palsu ku dengan J kesemua orang disana.

" Point pertama menjaga kehormatan pihak pertama! Point ke empat menjaga nama baik pihak pertama "

Kulihat Devan dengan buas. Ingin sekali ku cakar wajah nya.

" Itu tidak menjelaskan kalau aku tidak menjaga kehormatan dan nama baik mu kan! Apa yang salah dengan video itu" Kataku tidak terima aku di bilang melanggar.

" Benarkah! Kamu lupa kamu siapa?" Tanya nya balik. Dengan jari mengetuk ngetuk di meja kebesaran nya. Bibirnya tersungging penuh kenaiffan.

Kuteguk air liur ku yang terasa pahit! Aku paham!

Siapa aku yang ia maksud adalah mungkin status ku sebagai istri nya dan aku malah membuatnya tidak terhormat dengan mengumumkan hubungan ku dengan pria lain. Itu sama saja aku mengumukan aku berselingkuh dan mencemari nama baik nya.

Ck!! Bodohnya aku baru di jebak oleh pria macam Devan! Ia menggunakan atas nama status untuk memerasku! Apa dia kekurangan uang? Satu lot? Itu sama dengan 100 unit saham. Bahkan aku masih hemat dalam memakai uang ku! Dia sungguh tidak waras!!

Dan ini curang isi perjanjian nya hanya menyudutkan pihak kedua.

" Bagaimana? Apa bisa dimengerti? Nyonya hurmous?"

Rasanya aku ingin ketawa saja ia menyematkan nama besarnya disana!

" Apa anda sedang jatuh miskin ya? Jadi memeras saya?" Tanya ku dengan kepalan yang kutahan. Ingin sekali ku sobek sobek wajahnya ini.

Devan tersenyum santai " Jadi anda mau berusaha mangkir karena terbukti bersalah? Hmm" Alis nya naik sebelah.

Pintar sekali pria ini bermain kata kata! Pantas saja ia didunia bisnis masuk dalam katagori pembisnis paling berpengaruh.

" Aku dan dia itu hanya bohongan. Itu.. Itu cuman mau bikin malu Pak Nathan dia seenaknya ngerendahin orang" Kata ku lebih kepada membela diri.

Devan menyangga dagu nya dengan dua tangan nya seperti mendengar kan pembelaan dari pelaku yang omong kosong.

" Terlepas benar tidak nya. Ini tetap melanggar Nyonya Hurmous " Di dorong nya lagi laptop itu. Menjelaskan kalau apa yang dilihat lebih akurat dari pada teory.

" Bisa jangan panggil aku nyonya Hurmous!" Kata ku sengit! Nama itu malah menambah kekesalan ku.

" Apa yang salah?" Balasnya lagi.

Dia gemar sekali membalikan pertanyaan dan mengaduk aduk emosi orang.

" Tentu saja salah! Aku.. Aku memang istri mu tapi--

Aku memilih diam saja. Kalau dilanjudkan itu hanya akan terdengar keluhan.

" Ada cara kedua selain uang, mau baca sendiri? Atau aku bacakan?

Aku membeo? Adalagi? Dari muka nya itu bukan hal yang baik.

Tampak Devan tersenyum bengis. Firasat ku ini hal sangat buruk.

" Ini pilihan mudah! Kamu jadi ga usah takut kehabisan uang" Katanya dengan percaya diri

" Bacakan saja" Kataku matang.

Devan menekuri point yang menurutnya mudah tapi terlihat mengerikan di muka nya.

" Cukup layani aku saja" Katanya terdengar simple.

Tapi itu sukses membuat ku  terdiam. Kata layani itu seperti apa? Apa melayani nya seperti pelayan? Atau sebagai istri? Apapun itu aku lebih suka tak punya materi! Kalau aku jadi pelayan aku bukan lah pelayan yang baik. Tempramen ku buruk! Kalau sebagai istri! Itu lebih tidak mungkin!

" Baiklah. Kirim saja nominal nya.! Aku rasa uang yang kamu transfer setiap bulan lebih dari cukup! Uang itu tidak pernah aku pakai! Bahkan kartu nya masih dalam brangkas. Nanti aku kirim uangnya!" Ucap ku sangat yakin nilai disana cukup untuk membayar uang pelanggaran itu, ya semoga saja. Aku benar benar miskin kalau sisa nya memakai uang pribadi ku ketimbang pilihan lain yang mustahil itu.

" Baiklah! Apa ini mau aku gandakan? Tanya nya menunjuk surat perjanjian sialan itu. " Kali aja kamu mau membaca keseluruhan nya sebelum menyesal..." Ia menekan kata menyesal seolah ada hal lain yang harus aku waspadai.

" Ya! Tentu!" Sahut ku pendek.

Aku keluar dari ruangan itu dengan kekesalan tiada tara. Kenapa ia melakukan ini! Memeras? Ck! Apa dia benar benar jatuh miskin?

Di depan sana ada Sarah yang mencoba menyelidik ku. Aku segera melangkah dari sana.

" Apa kamu ada hubungan dengan Jordan?" Suara itu mengintrupsi kuku untuk berhenti.

Kuselipkan rambut kesamping sambil menoleh kearah nya.

"Jordan? " Tanya ku pura pura dongo.

" Itu yang bekerja sebagai OB. Nama nya J" Kata Sarah.

"Ooh   dia.. Hmm. Tanya saja sama Jordan" Sahut ku santai. Lalu berlenggang pergi  entah  kenapa aku suka sekali bikin orang kesal. Siapa suruh dia tidak bersikap manis dulu sama orang lain.