webnovel

Salauster Vande Voran

Tubuh yang ditempati oleh Maron saat ini merupakan Raja dan satu-satunya keturunan Salauster yang memerintah Kerajaan Salauster. Sebuah kerajaan berukuran kecil yang menempati salah satu domain di Heaven World.

Heaven World sendiri merupakan sebuah pusat dunia yang terdiri dari berbagai macam domain yang jumlahnya melimpah. Kerajaan Salauster terletak di domain luar, di mana di domain tersebut terdapat ratusan kerajaan yang menempati titik-titik bintang yang menjadi wadah mereka atau dunia mereka.

Di Heaven World sendiri Raja merupakan salah satu puncak piramida sekaligus pemegang kekuatan tertinggi. Mereka yang menjadi seorang Raja memiliki kemampuan dan kekuatan unik yang tak dimiliki oleh orang lain atau penggarap biasa.

Maron mengetahui hal ini setelah pria paruh baya yang tempo hari mendatanginya memberitahu semuanya. Awalnya pria itu terkejut akan pertanyaan yang Maron ajukan. Namun, mengingat kejadian beberapa waktu lalu, pria paruh baya itu menjelaskan semua yang dia ketahui dan juga membawakan beberapa buku dan dokumen yang ada di perpustakaan kerajaan.

Maron menghela nafas saat mengetahui informasi tentang Heaven World. Dia diyakinkan oleh informasi ini bila dia berpindah dunia. Ada kesenangan yang memaksa keluar dari batin yang sedang gundah, dia tak menahannya, tapi juga tidak mengikutinya. Maron malah memasang wajah tenang seperti dia sudah mengetahui semuanya. Sekarang, dia menyortir ingatannya kembali termasuk ingatan yang dimiliki oleh Salauster Vande Voran, dan juga ingatannya sendiri.

"Dunia ini bukan dunia yang aku mengerti. Aku juga bukan protagonist laksana mereka yang ada pada novel-novel itu. Tak ada system yang memberikan bantuan ataupun Dewa yang memberikan sokongan. Keberadaanku sendiri merupakan misteri dan rahasia surga. Jika memang aku diberikan kesempatan kedua untuk memperbaiki hidupku yang tak memiliki nilai itu, maka aku akan menerima dan menjalankannya dengan lebih baik lagi," batinnya saat dia memperbaiki pakaiannya yang sedikit kusut.

Setelah berbicara dengan pria paruh baya yang mana dia adalah Jenderal Kerajaan Salauster, Richard Veus. Voran mengumpulkan semua informasi yang dia terima dan memprosesnya. Jumlah penduduk kerajaan, prajurit, kesejahteraan rakyat, budidaya kekuatan pribadi maupun kolektif, masalah internal maupun eksternal, serta pergolakan bayang-bayang. Semua itu ada dalam pikirannya saat ini, walaupun dia hanya menghabiskan seluruh hidupnya untuk membaca buku dan novel. Dia tidak terlalu bodoh untuk berpikir bila dia sendiri bisa mengatasi semuanya.

"Dari semua masalah yang ada saat ini bukan pihak eksternal yang mengkhawatirkan. Namun, masalah yang ada di dalam tubuh kerajaan lah yang paling berbahaya. Tanpa tahu apa yang terjadi pada tubuhmu, kau memilih berperang. Itu tindakan bodoh dan gila. Sebelum bertindak cermati terlebih dahulu dan persiapkan terlebih dahulu. Huft … apa aku bisa melakukannya?" tanyanya dengan cemas saat dia menatap ke luar jendela kamar dengan tatapan rumit.

Hari ini merupakan hari di mana dia akan melakukan sebuah pertemuan dengan para petinggi kerajaan termasuk mereka yang menyebut dirinya sebagai bangsawan kerajaan. Baik Maron ataupun Voran tak begitu menyukai para bangsawan yang ada pada kerajaan saat ini meski mereka tak berkembang sebanyak yang ada di tempat lain.

Dia merasa jika mereka tidak hanya tidak membantu, tapi juga ikut menggerogoti kerajaan dan membuatnya menjadi tak berdaya. Sebelum masalah ini berkembang menjadi ancaman yang menghasilkan bencana. Voran ingin menghapusnya dan membuang bagian-bagian busuk yang ada pada kerajaan. Di sisi lain, dia juga ingin melihat mereka yang dipandang sebagai pilar kerajaan. Dia ingin mengetahui orang macam apa mereka itu.

Voran berpikir jika sebuah kerajaan haruslah berpusat pada Raja bukan pada kelompok-kelompok tertentu. Tersebarnya perhatian dan pengambilan keputusan akan berdampak mengerikan dan kemungkinan besar akan menghasilkan bencana untuk kerajaan itu sendiri. Voran tak menentang cara seperti itu, hanya saja Voran merasa cara seperti itu tak akan berhasil untuk sebuah kerajaan yang masih berjalan dengan kemonarkian.

Voran menata hatinya saat dia berjalan menuju ke ruang pertemuan yang digelar di Aula Kerajaan. Dia melihat beberapa prajurit yang melindungi istana dan berpatroli di sekitarnya. Tatapan matanya sedikit berubah saat melihat mereka semua. Dia bisa merasakan sebuah tekanan tak berbentuk dari para prajurit ini dan dia mengira bila tekanan itu berasal dari aura mereka sekaligus budidaya kultivasi mereka. Voran menatap mereka dengan tenang dan sorot matanya tidak mengandung satu pun emosi, begitu tenang dan dalam.

Sebuah tatapan mata yang seharunya tidak dikeluarkan oleh seorang remaja, tapi pria yang sudah memakan asam garam kehidupan. Voran melewati para prajurit yang menjaga istana dengan tenang dan dia tidak menunjukkan sedikit pun ekspresi saat melewati mereka yang mengalkibatkan tempat itu terasa dingin. Voran berjalan melewati pintu Aula Kerajaan sembari diirini oleh teriakan seorang prajurit.

"Yang Mulia Raja sudah tiba!!"

Dia tidak begitu terbiasa dengan penyambutan semacam itu sehingga membuat dia merasa sedikit tidak nyaman. Namun, dia menutupi ketidaknyamanan itu dengan memakai topeng dingin dan tak peduli di wajahnya. Dia benar-benar bertindak seperti seorang Raja. Ya, Voran melakukan tindakan yang dia ketahui dari beberapa novel yang pernah dia baca tentang seorang penakluk berdarah dingin nan kejam, pejuang tak takut mati, Raja yang bijaksana serta pengasih, dan penggarap gila yang menghalalkan segala cara demi meningkatkan kekuatannya.

Voran berpikir untuk menjadi salah satu dari mereka, toh dia diberi kesempatan untuk hidup lagi. Jadi, dia tak ingin melepaskan kesempatan yang ada. Jika dia diharuskan untuk menjadi iblis sekalipun dia akan melakukannya, toh di masa hidupnya dulu Voran juga banyak melakukan kesalahan. Menjadi malaikat juga menyenangkan, tapi dia tak yakin akan hal ini, karena berjalan di sisi mulia jauh lebih sulit dan tak menentu daripada berjalan di sisi yang berduri dan dingin.

Seluruh petinggi kerajaan membungkuk sambil meletakkan salah satu tangannya di dada. Mereka menatap Voran dan merasa bila Voran telah berubah. Para bangsawan yang melihat Voran tidak bisa tidak merasa gelisah karena sorot mata yang Voran tunjukkan jauh berbeda dengan sorot mata yang pernah mereka lihat. Tidak hanya mereka, tapi seluruh petinggi merasakan hal yang sama. Mereka melihat Voran tampak seperti orang yang berbeda.

"Pertemuan ini aku helat untuk memperingati kekalahan kerajaan tempo hari termasuk untuk membahas langkah apa yang akan kita lakukan untuk mengantisipasi masalah yang akan datang dan yang ada saat ini. Perang hari itu telah menyadarkanku akan buruknya kerajaan ini. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi dan mengapa peningalan Ayahandaku akan sedemikian buruknya."

"Aku ingin mendengar apa pandangan kalian tentang perang yang lalu dan keadaan saat ini!" ucapnya saat dia menyatakan sebuah sikap tertentu.