webnovel

LYORA IS MINE

.Romance @start27juni2021 Lyora tak tau jika pria yang menculiknya merupakan bagian dari masa lalunya. Lyora mengalami kecelakaan yang masih menimbulkan tanda tanya besar bahkan hingga dirinya mengingat kembali semua momen, ia masih tak tau bagaimana ia bisa mengalami kecelakaan besar hingga ingatannya hilang. Disisi lain, Sean dengan sisi gelapnya, pembawaan dinginnya serta kekayaan yang dimilikinya mampu membuat apapun yang ia inginkan akan ia dapatkan. Kecelakaan yang menimpa kekasihnya merupakan hal yang besar, Sean ingin semua hama yang mencoba menjatuhkan mereka ia singkirkan dengan tangannya sendiri. "Bagaimana bisa aku tetap berada disampingmu sedangkan kamu melakukan hal yang sangat mengganggu ku!" -Lyora Axelyn "Lyora Axelyn! Kamu milikku, sekali aku berkata begitu kamu akan selamanya menjadi milikku." -Sean O'Pry

Silvergoals · Urban
Zu wenig Bewertungen
313 Chs

BAB 8 - LYORA IS MINE

Sepanjang perjalanan, hanya ada keheningan diantara aku dan Sean. Aku tau pria itu tengah bersusah payah menahan amarahnya di depanku. Siapa sangka Sean tak pernah meledakan amarahnya di depan ku, dia memang terkesan baik, manja dan penuh kasih sayang jika di hadapkan dengan ku. Begitu bersyukurnya aku.

Aku pun tak berani mengatakan apapun, membuka pembicaraan bahkan hanya sekedar berdehem saja. Sean tetap pria yang baik di mataku, meski tengah di Landa api cemburu dirinya tetap membukakan pintu mobil untuk ku dan memasangkan sabuk pengaman padaku, dia selalu romantis meski dirinya tengah merasa menggebu-gebu.

Beberapa saat kemudian, akhirnya mobil mahal yang aku serta Sean tumpangi berhenti di depan mansion yang menjulang tinggi. Ada banyak bodyguard yang sudah berbaris rapi menyambut kedatangan sang tuan, tubuhnya begitu kekar serta— pakaiannya yang sama sekali tidak berantakan, yang benar saja! Bahkan Sean mewajibkan mereka berpakaian rapi dengan jas yang melekat di tubuh mereka.

Sean keluar dari dalam mobil, berjalan gontai dan mempersilahkan ku untuk keluar, namun sebelum itu—

Sean mendekatkan diri padaku, ia semakin mengikis jarak antara kita, apa dia akan menciumku?

Memejamkan mata, menunggu akan ciuman yang mungkin akan mendarat di bibir ku namun—

Cklk-

"Apa yang kau pikirkan?" tanyanya datar.

Deg!

Malu? Tentu saja, Sean hanya membantu ku membuka sabuk pengaman.

Shit!

Dengan perasaan gugup, aku keluar dari dalam mobil, lengan kekar milik pria itu kembali bertengger manis di pinggangku. Mulai memasuki mansion saat itu juga tatapan ku terfokus pada seluruh maid dengan jumlah yang tak main-main berbaris rapi, menyambut kedatangan sang tuan. Mereka semua membungkukan tubuhnya tanda memberi hormat, aku semakin terbiasa akan hal itu. Bahkan, mereka tak berani menegakan tubuhnya sebelum Sean melewati mereka semua.

Pria itu menuntun ku untuk memasuki lift, menekan angka 5 dimana kamar ku dan dirinya berada. Seperti keadaan di dalam mobil sebelumnya, kali ini pun sama. Hanya hening, tak ada yang memulai pembicaraan antara aku dan dia.

Ting!

Pintu lift terbuka, Sean menatap ku lekat, mendekatkan wajahnya padaku hingga hidung kita saling bergesekan. Tak ingin merasakan rasa malu untuk kedua kalinya, kali ini aku tidak menutup mataku seperti beberapa saat yang lalu.

Cup!

Oh shit! Satu kecupan mendarat di bibir ku. Tak ada perlawanan dari ku.

Sean menjauhkan wajahnya dari ku, kembali menatapku dengan tatapan datarnya, "Masuk lah ke dalam kamar dan tidur lah, aku harus pergi."

"Tidak!" ucap ku spontan. Aku hanya tak ingin Sean melukai adik sepupunya, masih ku ingat dengan jelas kala Sean melontarkan kata demi kata ancaman pada Marcel.

"Ma-- Ma-- magsudku, Aku tak bisa tidur jika tidak dengan mu.

Sial! Aku berbohong. Mana mungkin aku sedramatis itu. Itu bahkan hanya akal-akalan ku saja agar Sean tak jadi pergi dan menghajar habis-habisan adik sepupunya itu, mau bagaimana pun juga aku tak ingin itu terjadi.

"Baiklah," desahnya pelan sembari kembali merangkul pinggangku dan berjalan melewati sepanjang lorong.

Tanpa mengatakan sepatah katapun Sean bergegas masuk ke dalam kamar mandi, ternyata pria itu masih marah padaku. Dia hanya tak mengatakan apapun padaku, tak seperti sebelumnya. Oh ayolah, hati ku sedikit sakit, hanya sedikit. Setidaknya Sean masih mau menciumku.

Berjalan dan duduk di kursi rias, mencoba melepas seluruh make up dan aksesoris yang terasa membebani sembari memandang pantulan diriku sendiri.

Aku masih belum sempat meminta maaf kepada Sean, aku hanya tak tau darimana aku harus memulai.

Setelah membersihkan seluruh make up dan melepaskan aksesoris yang tertata rapi sebelumnya, aku memasuki walk in closet, meraih pakaian tidur, CD, bra dan handuk. Kemudian berjalan meninggalkan kamar. Malam ini aku akan membersihkan diriku di kamar mandi yang ada di kamar sebelah kamar ku dengan Sean. Kamar itu kosong tentunya.

Namun, tak ingin membuat keadaan semakin buruk, aku meraih notes, menuliskan sebuah kalimat—

Aku akan mandi di kamar mandi lain, Sean!

Takut jika pria itu mencari ku. Mungkin jika aku tak mengatakan hal itu, Sean akan mengobrak-abrik seisi mansion dan satu hal penting jika Mansion ini sangat lah besar.

***

Beberapa saat kemudian, menghabiskan waktu di kamar mandi dengan berendam air hangat di temani lilin-lilin cantik dengan wewangian yang menenangkan membuatku lupa jika Sean pasti tengah menunggu ku di kamar.

Badan ku sudah begitu segar, mengenakan pakaian tidur, dengan rambut yang sengaja ku cepol rapi dan wajah berseri-seri. Aku akan membujuk calon suami ku!

Tidak seperti kebanyakan wanita yang mengenakan lingerie, pakaian terbuka atau sengaja mengekspos tubuhnya agar lawan jenisnya mau memaafkannya, berbeda dengan ku. Aku tak ingin memancing gairah Sean hingga berakhir mengambil kehormatan ku sebelum waktunya. Tidak! Tentu aku tak ingin itu terjadi.

Pintu terbuka kala sistem mengenali sidik jariku, mungkin karena Sean tak menginginkan orang lain masuk ke dalam kamar aku dan dirinya, alhasil dirinya hanya menambahkan sidik jarinya dan milik ku. Sangat posesif!

Oh God! Pemandangan yang indah—

Aku menatap Sean yang tengah menyandarkan kepalanya di kepala ranjang dengan iPad yang ada di tangannya serta bagian atas tubuhnya yang terekspos tanpa mengenakan sehelai benang pun.

Itu memang kebiasaannya!

Bahkan, pria itu hanya mengenakan boxer dengan merk ternama yang terpampang.