webnovel

LOVE IN THE PAST LIFE

Surya Dewangga memiliki keluarga yang lengkap. Rumah tangganya sempurna seperti impian semua pasangan. Istri yang pengertian dan dua anak manis melengkapi kebahagiannya. Namun, dunianya tergoncang saat ia satu persatu bertemu dengan jiwa keluarga dari kehidupan sebelumnya. Mereka seperti bereinkarnasi bersama lagi. Sesuatu yang tak mudah untuk dipercayainya. Mulai dari anak-anaknya yang lain hingga sosok perempuan yang dulu menjadi istrinya. Dan nyatanya perasaan itu masih sama. Tak berubah! Sungguh membingungkan dan tak masuk logika. Tugas terberatnya adalah menyelesaikan urusan masa lalunya tanpa bertabrakan dengan alur hidupnya saat ini. Mampukah?

Dione_Vee · realistisch
Zu wenig Bewertungen
31 Chs

Liburan ke Kota Malang

"Semuanya sudah siap?" tanya Surya pada rombongan keluarganya yang sudah masuk semua ke dalam mobil.

"Sudah," jawab Zacky.

"Sudaaah …" Lissa menirukan perkataan kakak sulungnya.

Zacky menoleh pada Lissa dan menggodanya. "Celewet!" ujarnya.

Lissa tertawa dan balas menjulurkan lidahnya pada kakaknya itu.

"Hmm, Ayah. Anak bungsumu kenapa hiperaktif sekali," keluh Zacky. "Dia tak mirip aku atau Bella sama sekali," ujarnya lagi.

"Tapi dia lucu dan kalian suka 'kan?" Surya menanggapi keluhan anak sulungnya yang sebenarnya bermaksud bercanda.

"Gimana ya? Kalau bilang tidak suka nanti aku dicubit dia. Cubitannya wow sakit!" ucap Zacky lagi.

"Ih, Kak Zacky mah lebay. Gitu aja cengeng." Bella menimpali sambil memanyunkan bibirnya pada Zacky.

"Oke baik! Ayah lihat, dua gadis itu bersekongkol menjatuhkanku. Bad, very very bad!" ucap Zacky seraya menggeleng-gelengkapan kepalanya.

"Huu, gaya pakai bahasa Inggris segala. Tapi Kak Zacky pasti kalah sama Lissa, Ia bisa berbahasa Belanda lho!" ujar Bella dengan bangga.

"Ah masa? Apa dia les bahasa Belanda?" tanya Zacky penasaran.

"Tidak les, bisa begitu saja kok," ungkap Bella lagi.

"Ah aku tak percaya. Coba buktikan!" tantang Zacky.

Lissa hanya tertawa-tawa mendengar perdebatan dua kakaknya.

"Niet vechten!" ucap Bella. "Niet vechten!" ulang Lissa lagi.

"Eh, eh dia ngomong apa?" tanya Zacky heran.

"Jangan kelahi! Adikmu bilang kalian jangan kelahi," jelas Surya.

Zacky menoleh pada Ayahnya dan menatapnya lama. "Ayah, jadi Ayah sekarang juga bisa bahasa Belanda, seperti Lissa??" tanya Zacky makin terkejut.

Surya mengangguk kecil sambil tersenyum simpul.

"Gila! Aku baru pergi beberapa bulan saja, keluargaku sudah berubah drastis. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Zacky kebingungan tapi tetap dengan gaya melucunya yang khas.

"Ehm, kami baik-baik saja. Tambah baik malah," ucap Bella.

"Ini kapan berangkatnya kalau mengobrol saja?" tanya Sarah mengingatkan. "Katanya mau berangkat pagi-pagi, kenapa jadi siang begini?" protes Sarah lagi.

"Ayo siapa tadi yang telat bangun?" tanya Surya.

Ketiga anaknya kompak menunjuk dirinya sendiri.

"Ayah."

"Ayah."

"Papa."

Surya jadi malu dibuatnya. Memang dia yang membuat perjalanan mereka tertunda. Semalam ia keasyikan menonton bola hingga lewat hampir subuh.

"Hehehe. Oke, maafkan Ayah ya, anak-anak!" ujar Surya.

"Ayah, kalau masih mengantuk, biar Zacky saja yang menyetir." Remaja pria itu menawarkan dirinya.

"Oke, baik, Kak. Nanti kalau sudah masuk tol luar kota, kamu yang pegang setir ya. Ayah mau tidur. Sekarang biar Ayah dulu karena jalanan masih macet begitu. Lihat 'kan?" kata Surya.

Kendaraan mereka saja keluar dari komplek perumahan dan sudah disambut dengan lalu lintas yang ramai dan kemacetan di sana-sini.

"Sabuk pengaman sudah dipakai?" tanya Surya pada para penumpangnya.

"Sudah, beres," kali ini Bella yang menjawab.

"Ayah, tapi kali ini kalian tidak akan ke makam itu lagi 'kan?" tanya Zacky tiba-tiba.

Pertanyaan Zacky mengingatkan Surya pada kenangannya saat mengunjungi tempat kuliner eksotik di kota Malang. Ya, saat dia pergi ke café Kopi Tulang.

"Nggak lah, mana mau Ibumu diajak ke tempat seperti itu," jawab Surya.

"Oh, syukurlah. Lebih baik ke tempat wisata anak-anak, itu cocok untuk Lissa," usul Zacky.

"Iya, palingan ke tempat-tempat seperti itu," tanggap Surya sambil terus fokus menyetir.

"Ayahmu waktu dulu ke Malang mengantarmu pergi ke makam?" Sarah yang melontarkan pertanyaan karena kali ini ia merasa ada hal yang ganjil.

"Iya, nyoba minum kopi di area pemakaman, Bu. Hii, pokoknya seram," ungkap Zacky.

"Kok Ayah nggak pernah cerita ke Ibu?" tanya Sarah. Dia sedikit curiga.

"Cuma nyoba kuliner eksotik saja, Bu. Nggak ada yang istimewa, apa yang mau diceritakan?" ujar Surya memberi alasan.

"Apa sama seperti saat mengajak ke bakso toilet itu?" tanya Sarah lagi.

"Ya, Bu. Ayah ini memang aneh, hobinya mengunjungi tempat-tempat misteri. Awas saja kalau ketemu hantu lagi, hii!" Zacky menakut-nakuti.

"Di mana Ayah pernah ketemu hantu?" tanya Bella penasaran.

"Waktu di caffe yang di makam itu. Ada mbak-mbak yang kesurupan gara-gara melihat Ayah seperti hantu yang sering dilihatnya," cerocos Zacky dengan serunya.

"Ah, kamu jangan melebih-lebihkan cerita. Biasa saja yang seperti itu," sanggah Surya pada anak sulungnya.

"Tapi benar kan Ayah, mbak pelayan waktu itu sampai mau pingsan saat melihat Ayah datang," ujar Zacky lagi.

"Itu belum seberapa, Kak Zacky tidak tahu Ayah juga pernah ngobrol dengan nenek-nenek hantu saat mau menyelamatkan Lissa!" Kini Bella yang heboh bercerita.

"Ah yang benar? Serius? Kapan itu?" tanya Zacky penasaran.

"Kak Zacky tahu kan cerita Lissa diculik orang?" tanya Bella lagi.

"Iya, tahu sedikit. Lalu di bagian mananya Ayah ketemu hantu?" desak Zacky.

"Saat mau magrib, di tengah sawah," jawab Bella.

"Hii … Ayah memang aneh. Adaaa saja!" ucap Zacky.

"Hmm, Zacky. Sebenarnya kamu yang suka cerita-cerita hantu, cuma takut, jadinya begitu," tanggap Surya.

Zacky tersenyum meringis. "Aku tidak takut, Cuma kalau bisa jangan pernah ketemu mereka," jawabnya diplomatis.

"Sama saja penakut itu," ujar Surya lagi.

"Dih, Ayah! Takut bagaimana, apa Ayah tau, di kost-an Zacky juga ada hantu penunggunya. Nggak cuma satu tapi banyak … mereka wujudnya juga macam-macam," jelas Zacky.

"Kak Zacky melihatnya sendiri?" tanya Bella.

"Nggak, aku diceritain aja, hehehe." Zacky tertawa. Sudah lama tak mengobrol dengan keluarganya, inilah kesempatannya melepaskan kangen dengan joke-joke lucu.

Namun, terjadi hal yang di luar dugaan Zacky. Di kursi jok belakang, tiba-tiba terdengar isakan tangis Lissa.

"Huuu … huuuu … ta-kut …" Lissa terlihat menahan tangis, hanya suara sesenggukannya yang keluar. Bocah kecil itu membenamkan kepalanya di pelukan Bella.

Bella mendelik marah pada Zacky. "Kak Zacky sih. Liat! Lissa jadi menangis. Jangan cerita yang seram-seram ke dia!" ucapnya.

"Aku nggak tahu, lagian kamu juga nggak bilang tadi, malah ikut asyik bercerita soal Ayah ketemu hantu nenek-nenek," kata Zacky membela diri.

"Sudah-sudah, nggak usah diperpanjang. Masa di jalanan malah berantem. Ayah setel musik saja, biar anak-anak ini diam dan tidur!" Sang Ibu turun tangan melihat anak-anaknya yang saling menyalahkan.

"Iya, sebentar Ayah carikan lagu yang bagus." Surya menghidupkan perangkat pemutar suara dan mencari lagu yang disukainya.

"Ibu, tolong tenangkan Lissa," ucap Surya pada Sarah.

"Iya, Ayah. Kaget aja ungkin tadi dengar cerita-cerita dari Zacky," ucap Sarah. Ia menepuk dan mengelus kepala Lissa yang kini tampak mengantuk bersandar pada Bella.

"Kok aku lagi sih yang disalahkan?" protes Zacky tak terima.

"Sssst!" Surya menyuruh anak lelakinya itu diam. Memang, Zacky belum lama pulang dan belum terlalu mengenal kepribadian Lissa, tentu dia tak tahu apa saja saja yang sebaiknya dihindari. Ia tak paham bahkan ucapan kecilnya bisa memicu perilaku aneh bocah itu.

"Zacky, sudah mau masuk tol luar kota, kamu mau gantian menyetir?" tanya Surya mengalihkan fokus.

"Mau, Yah," Jawab Zacky sambil bersiap-siap.

"Oke, kita tukar posisi di pom bensin depan itu ya!" ujar Surya.

"Siap!"

Surya membelokkan mobil dengan lancar dan mencari tempat berhenti untuk bisa berganti posisi sopir dengan Zacky.

"Apa ada yang mau turun dulu?" tanya Surya pada para penumpangnya.

"Aku, Yah. Aku mau ke toilet sebentar," kata Bella sambil meloncat turun.

"Oke, jangan lama-lama Bella," pesan Surya.

Bella melambaikan tangan dan cepat menuju ke bangunan yang berisi deretan toilet tak jauh dari sana.

Sementara Lissa tertidur di dekapan istri Surya.

"Lisaa tidur dari tadi?" tanya Surya pada Sarah.

"Iya, tumben dia kalem sekali dalam perjalanan," ucap Sarah. "Biasanya kalau di rumah cerewet dan aktif, tapi di jalanan bisa semanis ini," ungkap Sarah keheranan.

"Hmm, itu karena ia mau ke Kota Malang. Kota itu banyak menyimpan kenangan tentang dia," jelas Surya. Perasaannya sendiri campur aduk membawa Lissa ke kota itu. Tapi anak itu yang memilihnya sendiri. Ia menginginkan pergi ke kota itu sebagai perayaan setelah selesai proses adopsinya sebagai anggota keluarga Surya.

Surya mengatur nafas berulangkali. Apapun yang terjadi, dia sudah siap dengan segala resikonya. Keping demi keping puzzle itu akan terbuka dengan sendirinya.