Tuan park, jaehyun beserta keluarga tuan jeon pergi ke rumah sakit tempat jimin di rawat. Kecuali jungkook dia masih di rumah di kamarnya merutuki kebodohannya sendiri mulutnya hanya bisa membisu karena keputusan yang telah diambil oleh kedua keluarga itu.
Dia kehilangan jimin nya sekarang tak akan pernah bisa menjadikan jimin miliknya.
𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠
"𝘛𝘶𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘳𝘬 𝘪𝘫𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘸𝘢𝘣 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘬𝘦𝘩𝘢𝘮𝘪𝘭𝘢𝘯 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯!"
𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘦𝘫𝘶𝘵 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘭𝘰𝘯𝘵𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘮𝘶𝘭𝘶𝘵 𝘱𝘶𝘵𝘳𝘢 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢 𝘵𝘶𝘢𝘯 𝘫𝘦𝘰𝘯, 𝘫𝘦𝘰𝘯 𝘸𝘰𝘯𝘩𝘰.
"𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘯𝘢𝘬, 𝘬𝘢𝘶 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘮𝘪𝘭𝘪 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯. 𝘛𝘢𝘬.."
"𝘛𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘬𝘢𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘫𝘦𝘰𝘯 𝘮𝘦𝘴𝘬𝘪𝘱𝘶𝘯 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. 𝘑𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘬𝘶 𝘱𝘶𝘵𝘶𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩𝘪 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘴𝘬𝘪𝘱𝘶𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢. 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘯𝘫𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘨𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢." 𝘚𝘦𝘭𝘢 𝘸𝘰𝘯𝘩𝘰 𝘮𝘦𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘶𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘳𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘦𝘫𝘶𝘵 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘬𝘦𝘱𝘶𝘵𝘶𝘴𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘮𝘶𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢.
"𝘛𝘢𝘱𝘪.."
"𝘋𝘰𝘯𝘨𝘩𝘢𝘦, 𝘬𝘶 𝘮𝘰𝘩𝘰𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘭𝘢𝘮𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘵𝘳𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘶𝘤𝘢𝘱𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢." 𝘛𝘢𝘮𝘣𝘢𝘩 𝘵𝘶𝘢𝘯 𝘫𝘦𝘰𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘩𝘢𝘣𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘳𝘢𝘨𝘶.
"𝘏𝘶𝘩𝘩.. 𝘉𝘢𝘪𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶 𝘪𝘫𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯. 𝘋𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘩𝘢𝘭 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨𝘨𝘪𝘭𝘬𝘶 𝘢𝘱𝘱𝘢 𝘯𝘦.." 𝘜𝘤𝘢𝘱 𝘵𝘶𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘳𝘬 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘩𝘦𝘭𝘢𝘢𝘯 𝘯𝘢𝘧𝘢𝘴 𝘱𝘢𝘴𝘳𝘢𝘩.
"𝘕𝘦 𝘵𝘶.. 𝘈-𝘢𝘱𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘱𝘢𝘵𝘪 𝘫𝘢𝘯𝘫𝘪𝘬𝘶!"
"𝘉𝘢𝘪𝘬𝘭𝘢𝘩.. 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘢𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘤𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘸𝘢𝘵 𝘤𝘢𝘭𝘰𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘵𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘤𝘢𝘭𝘰𝘯 𝘤𝘶𝘤𝘶𝘬𝘶.." 𝘜𝘤𝘢𝘱 𝘯𝘺𝘰𝘯𝘺𝘢 𝘫𝘦𝘰𝘯 𝘴𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨. 𝘖𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘯𝘺𝘶𝘮 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳 𝘶𝘤𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘯𝘺𝘰𝘯𝘺𝘢 𝘫𝘦𝘰𝘯.
"𝘉𝘢𝘪𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘪𝘭𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘬 𝘴𝘢𝘣𝘢𝘳 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘤𝘶𝘤𝘶 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳 𝘭𝘢𝘨𝘪. 𝘔𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 2 𝘮𝘪𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘱𝘢𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢. 𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘩𝘶𝘮..?"
"𝘉-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘬𝘢𝘩? 𝘬𝘺𝘢𝘢.. 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘴𝘢𝘣𝘢𝘳 𝘭𝘢𝘨𝘪.."
"𝘈𝘴𝘵𝘢𝘨𝘢! 𝘦𝘰𝘮𝘮𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘦𝘰𝘮𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘦𝘰𝘮𝘮𝘢 𝘭𝘶𝘱𝘢."
"𝘐𝘴𝘩.. 𝘬𝘢𝘶 𝘥𝘪𝘢𝘮 𝘭𝘢𝘩, 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘫𝘢."
𝘔𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘨𝘦𝘭𝘦𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘭𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘳𝘢𝘮𝘢 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭 𝘯𝘺𝘰𝘯𝘺𝘢 𝘫𝘦𝘰𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘵𝘳𝘢 𝘣𝘶𝘯𝘨𝘴𝘶𝘯𝘺𝘢. 𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘫𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘭 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘯𝘵𝘪𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘥𝘪𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘫𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘫𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢.
"𝘚𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘬𝘦 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘺𝘶𝘩𝘺𝘶𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘭𝘢𝘮𝘢."
"𝘈𝘱𝘱𝘢, 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘢𝘬𝘶 𝘪𝘬𝘶𝘵 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢?"
"𝘕𝘦 𝘸𝘰𝘯𝘩𝘰-𝘢𝘩 𝘪𝘬𝘶𝘵 𝘭𝘢𝘩."
"𝘒𝘢𝘮𝘪 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘪𝘬𝘶𝘵 𝘬𝘦 𝘴𝘢𝘯𝘢" 𝘜𝘤𝘢𝘱 𝘯𝘺𝘰𝘯𝘺𝘢 𝘫𝘦𝘰𝘯 𝘴𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘵𝘢𝘱 𝘴𝘶𝘢𝘮𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘬𝘢𝘯
"𝘕𝘦 𝘣𝘢𝘪𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘳𝘪.." 𝘔𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘫𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬𝘪 𝘮𝘰𝘣𝘪𝘭 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘯𝘨-𝘮𝘢𝘴𝘪𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘵 𝘬𝘦 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵.
𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙤𝙛𝙛
"Jimin tenanglah kumohon tenanglah.." Ucap kyuhyun menenangkan jimin nya yang histeris karena kabar tentang kehamilannya.
"T-tidak ini tidak akan terjadi kalau pria brengsek itu tak melakukannya hiks..hiks.." Jimin terus meronta dengan tubuh yang telah didekap oleh kyuhyun melemparkan apapun yang ada di sana sampai selang infus yang tertancap pada tangan jimin terlepas paksa dan mengeluarkan darah. Entah kekuatan darimana tubuh mungil itu meronta kuat sampai kyuhyun kewalahan.
"Jim.. Saeng berhenti kumohon tenanglah.." Kyuhyun bingung apa yang harus dia lakukan sampai pintu kamar rawat jimin terbuka dan terlihat tuan park dan kakaknya juga beberapa orang yang mengikuti dibelakang ayahnya namun salah satunya kyuhyun kenal dia kekasih jimin jeon wonho.
"Ada apa ini? Kenapa dengannya?"
Ucap tuan park yang sudah mendekat kearah jimin dan kyuhyun.
"Jimin sudah tahu appa. jadilah dia seperti ini."
"Lepas.. Hiks.. Aku tidak mau... Hiks..Aku tidak mau mengandung anaknya.. Hiks.." Jimin masih meronta sampai sebuah suara menghentikan rontaannya.
"Jimin.." Di Sana didekat pintu suara itu datang, terlihat seseorang yang dicintainya. Dia merindukan sosok itu.
"W-wonho.." Lirih jimin dan pemuda itu mendekat padanya dengan senyum tampannya.
"Jim.." Jimin yang sudah terlepas dari kyuhyun langsung menabrakkan tubuhnya pada wonho yang ada di depannya memeluknya erat menyalurkan kerinduannya. Dan semua yang ada di sana pun segera keluar untuk memberikan privasi untuk jimin dan wonho.
"Aku merindukanmu sayang."
"Aku juga baby.." Panggilan itu panggilan yang sangat ia rindukan. Wonho melonggarkan pelukannya dan menatapnya lekat.
"Sebenarnya aku tak mengingatmu namun aku sedikit mengingat tentang panggilan baby untukmu.. Hehehe..
Namun perasaanku yang mencintaimu muncul saat bertemu denganmu saat ini. Aku benar-benar ingin mengingatmu kembali."
"Ne tentu aku akan membantumu untuk mengingatku lagi sayang." Jimin merasa bahagia bisa bertemu lagi dengan kekasihnya ini. Meski ingatannya belum kembali namun jimin akan membantu wonho untuk bisa kembali mengingatnya.
"Bolehkan aku menyentuhnya?" Tanya wonho membuat jimin membeku mengingat kembali bahwa di perutnya ada anak jungkook.
"W-wonho-ah aku tidak ingin dia hiks.. Aku..."
" Sssttt.. Hey, tak apa aku akan mengakui sebagai anakku, anak kita."
"Apa maksudmu wonho dia anak pria brengsek itu.. Aku tak menyukainya.. Aku.."
"Hey sayang dengarkan aku, dia adalah bagian dari keluarga jeon dan yang melakukannya adalah kakakku, aku pun bagian dari keluarga jeon jadi biarkan dia hidup dan aku yang akan menjadi ayahnya dia menjadi anakku sekarang."
"Apa maksudmu?"
"Kita akan menikah." Jimin sangat terkejut dengan ucapan wonho.
"M-menikah?"
"Ya 2 minggu lagi kita akan menikah."
Wonho memeluk jimin nya erat dan menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher jimin. Jimin pun tersenyum bahagia mendengarnya. Jimin dan wonho yang larut dalam dunianya sendiri tak sadar beberapa orang yang sudah berada diambang pintu menjadi saksi kebahagiaan mereka. Nyonya jeon yang tak bisa menyembunyikan rasa harunya akhirnya tumpah dalam pelukan suaminya.
Beberapa hari berlalu setelah jimin keluar dari rumah sakit wonho selalu setia menemani jimin karena jimin juga tak ingin jauh dari calon suaminya itu dan selalu manja padanya. Sampai-sampai kyuhyun dan jaehyun cemburu karena jimin yang lengket dengan wonho.
Saat ini jimin dan wonho berada di rumah jimin mereka berada diruang tengah menonton tv sambil jimin yang bermanja-manja pada wonho.
"Sayang aku ingin es krim" Ucap jimin sambil tangannya mengusap pipi wonho.
"Baby kau ingat kata dokter saat hamil tidak boleh makan es krim terlalu banyak."
"Sedikit saja ne..ne.."
"Astaga baby jangan menatapku seperti itu. Kau ingin aku mati karena gemas hmm.." Ucap wonho sambil mencubit ujung hidung jimin.
"Ayolah aku ingin sedikit saja."
"Baiklah ayo.." Keduanya pun pergi dengan berjalan sebenarnya wonho mengajak jimin untuk menaiki mobil saja karena meski di bilang dekat tapi, supermarket itu masih tiga blok dari kediaman park. wonho hanya tak ingin jimin kelelahan namun jimin yang bersikeras ingin jalan kaki katanya baby yang minta. wonho tak bisa berbuat apa-apa lagi kalau sudah mengatas namakan sang baby dia tak pernah bisa menolak.
Setelah sampai di supermarket jimin pun langsung menuju box pendingin tempat penyimpanan es krim.
"Woah.." Jimin memekik senang dengan mata berbinar wonho yang gemas yang sudah tertahankan langsung mencubit pipi cubby jimin.
"Aww.. Sakit wonho hiks.." Jimin yang kesakitan mengusap pipinya yang terasa sakit.
"Astaga jangan menangis sayang. Maaf kan aku.."
"Hiks.. Sakit wonho.." Jimin tak menghiraukan permintaan maaf dari wonho dia langsung berlari keluar.
"Astaga bodohnya aku" Ya wonho merutuki kebodohannya karena jimin sangat sensitif saat kehamilannya saat ini. Dia pun mengejar jimin keluar.
Disisi lain jimin yang berlari tanpa melihat ke depan, tubuhnya menabrak seseorang.
𝘽𝙧𝙪𝙠𝙠..
Untungnya orang yang didepannya bisa menahan tubuh jimin agar tak terjatuh ke belakang dan bisa saja membahayakan kandungannya.
"Kau tak apa? J-jimin.."
Keduanya membeku dan mata keduanya membelalak karena tanpa sengaja mereka bertemu. Ya.. Jungkook yang sekarang berada di depan jimin.
"J-jungkook,.. " Tubuh jimin bergetar nafasnya terasa sesak pandangannya mengabur ingatan tentang jungkook memperlakukannya seperti jalang berputar di kepalanya.
"T-tidak.. Hah.. K-ku mohon.. Hah.. Hah.. L-lepaskan aku.. Hah..hah.. A-aku m-mohon.. Hah..hah.." Wonho yang melihat itu saat setelah dapat mengejar jimin langsung menarik jimin kedalam pelukannya dan membisikan kalimat penenang pada telinganya agar kembali tenang. Dan jungkook hanya bisa menatap sendu pada jimin yang berada dalam pelukan adiknya.
Setelah jimin tenang wonho segera membawa jimin pulang untuk segera beristirahat tanpa menoleh pada hyung nya.
"Apa aku sudah tak punya kesempatan untuk memperbaiki semuanya dan meminta maaf padamu jimin-ah?" Jungkook menatap penuh harap untuk bisa memperbaiki kesalahannya.
Setelah sampai di rumah, jimin dan wonho masuk ke kamar jimin dan menyuruh jimin untuk segera beristirahat.
"Baby istirahatlah ne.. Kau pasti kelelahan."
"Temani aku wonho, aku tak ingin sendirian kumohon.."
"Baiklah aku akan menemanimu."
"Kemari lah.." Jimin menepuk tempat di sampingnya untuk tempat wonho merebahkan tubuhnya dan dituruti oleh wonho.
Wonho mulai merebahkan tubuhnya di samping jimin dan menyamankan tubuhnya. Matanya menatap wajah jimin dan berbisik di depan wajah jimin.
"Baby, kau sangat cantik." Ucap wonho dengan suara rendahnya dan jimin wajahnya sudah merona.
Tangan wonho mulai meraba lengan jimin yang memeluknya kemudian naik sampai pada tengkuk jimin mengusapnya lembut dan membuat sensasi yang membuat jimin meremang.
Wonho mulai mendekatkan wajahnya mengikis jarak diantara Mereka dan sampai akhirnya bibir mereka bertemu dan menempel. Wonho memberikan lumatan-lumatan lembut pada bibir berisi jimin.
Ciuman itu pun semakin panas dan dalam. wonho mulai menjilat dan menghisap bibir bawah jimin. Setelah beberapa menit jimin mulai kehabisan nafas dan mencoba mendorong dada bidang wonho.
Jimin yang terengah tatapan mata yang sendu dan bibir yang membengkak adalah pemandangan yang indah untuk wonho.
Wonho pun menciumnya lagi namun kali ini ciuman yang lebih dalam dan kasar. Lidah mereka saling membelit sampai bunyi kecipak dari ciuaman mereka sangat keras dan untungnya di rumah itu hanya ada mereka karena penghuni rumah yang lain sedang melakukan aktivitasnya masing-masing.
Ciuman itu pun turun kearah rahang dan semakin turun pada leher jimin.
Wonho pun menikmati aroma vanilla pada leher jimin benar-benar aroma yang membuat wonho candu.
Wonho pun membawa tubuhnya naik ke atas jimin mengukung pria cantiknya. Wonho mulai menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher jimin menjilat menghisap dan sesekali menggigiti nya sampai meninggalkan tanda di sana.
"Eeungh.." Lenguhan pun terdengar dari bibir jimin. Membuat wonho semakin tak tahan.
Wonho mulai mengangkat kaos lengan panjang jimin menyibaknya sampai terpampang nipple merah kecokelatan milik jimin yang telah mencuat. Wonho pun mulai menciumi dada jimin yang mulai berisi karena kehamilannya. Mengulumnya menjilat dan menghisapnya seperti bayi yang menyusu.
"Akhhhh.. W-wonhohh.. Ahh.. Shhh.. H-hisaphh.. L-lebihh kuathh.. Ahhh.."
Diturutinya permintaan jimin dengan sangat kuat wonho menghisap nipple itu dan tangan yang lain mulai sampai pada selangkangan jimin dan langsung menyentuh gundukan yang kini menegang.
Wonho pun mulai menurunkan celana jimin dan sekaligus celana dalam warna hitam itu sampai jatuh kelantai dan mulutnya tetap mengulum dan menghisap nipple itu.
"Akhhhh.. Mhmmph.." Saat wonho mulai menyentuh kepala penis jimin dan mengocoknya perlahan dia memekik nikmat dan nafsunya semakin bergelora.
Wonho pun semakin turun kebawah sampai pada selangkangan jimin. matanya menatap penis mungil itu wonho mulai menciumi kepala penis jimin dan memasukkannya kedalam mulutnya dan mulai menaik turunkan kepalanya.
"Ahh.. Akhhh.. S-sayanghh.. L-lebihhh.. C-cepathh.. Ahh.. Sshh.." Wonho pun mempercepat gerakannya dan merasakan penis jimin berkedut meminta pelepasannya. Namun wonho segera mengeluarkan penis jimin dari mulutnya dan jimin mengerang tak suka.
Wonho mulai menyentuh pintu masuk lubang jimin menggeseknya dengan jarinya menciptakan desahan nikmat dari jimin.
"Shh.. S-sayanghh.. A-aku sud-dah tak t-tahanhh ahh.." Mendengar itu membuat milik wonho semakin menegang dan bibirnya menampilkan senyum tampannya.
Wonho membawa kedua kaki jimin keatas bahunya mulai menggesekkan miliknya pada pintu masuk lubang pink jimin.
"Baby, apa tak apa aku masuk? Aku takut kau kesakitan sayang.." Ucap wonho yang tak tega bila merasakan sakit karenanya.
"T-takhh apahh s-sayanghh l-lakukanlahh.. Tapi k-kumohonhh pelan-pelanhh karena a-adahh b-babyhh hahh...."
"Kalau kau merasa kesakitan cakar atau gigit aku."
Wonho mulai memasukkan kepala penisnya perlahan lubang jimin sangat sempit sehingga sangat sulit memasukannya. Jimin yang merasa sesuatu yang keras dan besar masuk kedalam lubangnya memekik keras kesakitan karena lubangnya yang masih kering.
"Akhhhhh.. Mhmmmh.. Shh.." Air matanya mulai menetes merasakan sakit dan perih pada lubangnya. Jimin menggigit bibirnya agar bisa menahan suara jerit kesakitan nya. Kepalanya mendongak ke atas dan Tangannya yang berpegang pada bahu wonho sambil mencengkeramnya menyalurkan rasa sakitnya.
"Baby kita hentikan saja aku tak ingin melihatmu kesakitan seperti ini.."
"L-lanjutkanhh.. s-sayanghh.. Aku t-takhh.. A-apa.."
"Kau yakin baby?"
"N-ne.."
Wonho pun mulai kembali memasukkan miliknya yang baru kepala penisnya yang masuk. Wonho mulai menekannya dan sekali hentak penis wonho yang besar itu pun masuk kedalam lubang sempit jimin yang berkedut.
"Akhhh.. Hiks.. S-sakit.. Hiks.." Wonho menurunkan tubuhnya mendekatkan wajahnya pada jimin dan mencium bibir berisi itu agar bisa melupakan rasa sakitnya. Setelah dirasa jimin mulai tenang wonho mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur jimin mulai mengeluarkan desahan kenikmatan dan wonho yang menggeram akibat kenikmatan pada miliknya saat lubang jimin meremas-remas penisnya.
"B-baby ahh.. Lubangmu.. S-sungguh.. Nikmat.. Ahh.."
"S-sayang.. Akhh.. L-lebihhh.. Cepathh.. Ahh.. Mhmm.." Wonho pun mempercepat hentakannya dan jimin semakin meracau nikmat. Wonho mulai meraih penis jimin dan mengocoknya. Kocokan itu seirama dengan hujaman penisnya pada lubang jimin.
"Akhh.. S-sayang aku.. S-sampai.. Ahh.."
"Sebentar l-lagi sayang ahh.." Hentakan-hentakan itu semakin cepat dan dalam setelah tiga hentakan dari wonho mereka keluar bersama dengan jimin mengeluarkan spermanya mengenai perutnya dan sperma wonho memenuhi lubang jimin dan rahimnya. Setelah itu Wonho pun menjatuhkan tubuhnya di samping jimin setelah memutus tautan mereka. Masih dengan terengah-engah mereka saling berpelukan dengan jimin yang berada dalam dada bidang wonho dan wonho menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka.
"Baby Saranghae.."
"Nado saranghae.." Jimin dan wonho pun akhirnya tertidur siang itu karena kelelahan dengan satu ronde mereka. Tanpa tahu ada seseorang yang geram dengan apa yang telah mereka berdua lakukan.
"Sialan!!"
𝙏𝙗𝙘