"Hosh... hosh...! Semangat Via, bentar lagi bakal nyampe!" Seperti itulah gue nyemangatin diri sendiri biar lolos masuk gerbang sekolah hari ini.
Ups! Kenalin, gue Loviana, lo bisa manggil gue Via aja. Gue sekolah di SMA Fourkadot, aneh memang nama sekolahnya, tapi disanalah gue sekarang meraih kebanggaan menjadi anak karate!
Gue kelas 12 IPA 3 sekarang, ya,sekarang, tepat pada hari ini gue resmi menjadi senior di sekolah ini. Kadang gue mikir, anak sepintar gue masuk IPA 3? Tapi gue terima kenyataannya, karena sekarang di hari Senin ini, gue bakalan dapat pujian dari seluruh penjuru sekolah.
"Pagi, Pak!" rambut panjang gue tersibak indah saat tubuh langsing gue nyelip di pagar saat Pak satpam akan memegang gerbang. Bapak itu melongo saat melihat gue berlari sekencang- kencangnya biar nggak telat di hari pertama sekolah, setelah libur panjang.
"Perfect!" Sekarang kaki gue menginjak lantai depan kelas yang bakal jadi saksi perjalanan gue dan dia.
Gue menghembuskan nafas panjang sebelum langkah pertama melewati pintu kelas...baru. Ayo kita lihat, apa reaksi sekelas saat melihat cewek cantik kayak gue masuk!
Krik! Krik!
Ada tiga orang siswi di pojok kelas yang hanya menatap gue sekilas dan kembali pada aktivitas nya. Kalo bahasa Koreanya bogosipta, maka bahasa Indonesianya bergosiptuh!
Gue nyengir nggak jelas. Gue sangka, gue bakal disambut kayak sinetron- sinetron biasanya. Gue milih duduk di pojok kanan untuk menghindari para ratu gosip tadi.
Gue menunduk untuk menstabilkan nafas yang masih rersenggal. Kalo tahu gini, mending tadi gue kagak lari!
Nggak berapa lama, gue merasa ada orang yang berdiri di belakang gue. Dan dalam hitungan detik, gue ngalamin hal yang sama dengan aktor favorit gue di drakor yang gue tonton kemarin. Gue dipeluk!!
" lo makan apa aja, sih, selama liburan?" Tanya orang itu dengan suara berat persis kayak suara cowok.
"Kok diem? Nggak kangen, ya, sama gue?" Tanya orang itu dengan suara yang sama.
Seketika pipi gue ngeblush, ini kejadian pertama dalam hidup gue! Rekor!!
"WOi , VIA! Lo kok bengong, sih?" Teriak orang itu sambil melepas pelukanya.
Gue langsung sadar dari lamunan gue, tentang apa yang akan terjadi setelah gue dipeluk orang itu. Perlahan gue menoleh kebelakang, berharap orang yang meluk gue tadi adalah oppa Kim taehyung. Ehek, mimpi gue!
Bluss!
Semua hayalan gue tadi sirna. Orang yang sedari tadi ngoceh gak jelas di belakang gue, adalah Cinta, teman gue dari kelas 10.
" Cinta!! Gue kira lo tuh Park jimin!!" Teriak gue kesal. Harap maklum, gue Army, jadi bisa tukar oppa seenak jidat gue.
Cinta menatap gue kesal. Gue tahu, dia marah sama gue karena gue ngambil oppa nya dia.
Tapi, lebih sakitkan kalo di kena PHP.
Cinta tersenyum lebar, "gendut!" Satu kata yang terlontar dari mulutnya membuat gue menatapnya plus kesal.
" enak aja! Lo nggak liat body gue langsing kek gini?" Balas gue nggak mau kalah.
" udaahh...terima aja kale... yang gendut bakal tetap gendut. Harusnya lo tuh langsing tau nggak, karna habis latihan berhari- hari trus ikutin lomba karate juga! Tapi kok nyatanya kebalik?" Cinta menatap gue seolah minta jawaban atas sindiran sarkasme nya.
Gue mengalihkan pandangan gue ke depan, malas. Sebenarnya apa yang dikatakan Cinta ada benarnya juga. Sebab, kemaren gue sama dia di traktir habis-habisan sama Pak Botak karena kami berhasil meraih juara lomba karate 2 hari yang lalu. Gue juara 3 dan dia juara 2.
"Y-yaelah, kok lo yang ribet, sih?" Elak gue.
" BTW, l-lo sekelas sama gue?" Gue coba mengalihkan topik pembicaraan. Cinta tersenyum puas, menang.
" nggak, gue bosan aja di kelas IPA 1, makanya gue kemari. Eh, tiba-tiba ada lo, yaudah gue samperin." Jawab Cinta dan menarik kursi yang ada di samping gue.
"Lagi- lagi lo kelas unggul Cin!"
" iya, dong! Jadinya kan, gue bisa ketemu ama most wanted fourkadot. Gue bisa kenalan sama babang Vino,Ivan, Piki sama babang Adlan. Sayangnya babang Figo sama David kagak disana." Cinta menampakkan wajah kecewanya pada gue. Kalo gue sih, bodo amat, dah.
Gue menatap Cinta malas.
" apa kerennya sih, mereka? Kerjanya cuma cari perhatian doang. Mending sama oppa Jung kook, oppa V, oppa Jimin, oppa..." jelas gue nggak kalah panjang.
" iya, gue tau. Tapi itu oppa dunia maya. Kalo babang most wanted kan nyatanya, udah keliat di depan mata, bisa disentuh tanpa layar sentuh..." gue memilih mengalihkan pandangan gue dari pada dengan ocehan nggak jelas dari Cinta.
"Jangan mimpi kek gimana, kayak lagu BTS no more dream gitu."
" gue kagak mimpi. Buktinya, sekarang gue lagi PDKT-an sama si Vino. Nyatakan!" Jawab Cinta semangat.
Gue melotot nggak percaya dengan jawaban Cinta barusan. Bukan karena gue jomblo kurang mampu, tapi, nih cewek nekat banget mau- maunya dekat sama cowok caper kayak mereka.
" muka lo nggak usah gitu juga kali. Gue rasa Vino orangnya baik kok, Dut!"
Mata gue makin lebar dengar Cinta manggil gue dengan sebutan "Dut" lagi. Dibilang gendut, gue kagak gendut- gendut amat.
" oh ya, gue pikir- pikir, lo nggak beruntung bisa berjuang bareng sama Adlan?" Tanya Cinta tiba-tiba.
" buat apa lo mikirin. Gue aja bodo amat."
" ya..kasihan aja lihat teman gue jonnes kek gini."
" kalo udah jonnes napa kasihan? Kan udah happiness."
" ih! Gue nggak ngaruh lagi ya sama omongan lo yang suka ngalihin pembicaraan. Dijawab kek gimana?" Omel Cinta menyadari saat gue berusaha mengalihkan pembicaraan.
" gue nggak ngerasa beruntung. B-aja" jawab gue akhirnya.
" tapi gue ngerasa iri sama dia karena bisa ngeraih juara 2. Dengan kata lain, dia saingan gue." Tambah gue.
Cinta menyipitkan matanya curiga.
" beneran cuma itu doang? Gimana kalo akhirnya lo beruntung?" Tanya Cinta. Gue hanya mencibir menanggapi.
Teeetttt....
" baris yuk, bel udah bunyi tuh. Kemon Dut."
"Ck! Udah gue bilang, gue cuma makan dikit kok. Lo lebay amat sih nilai gue. Nggak liat gue ramping kek gini?" Gue berdiri dan memperagakan ala- ala iklan croset.
Bluss!
Dalam hitungan detik, ada sesuatu yang terbang dari tubuh gue. Hening di kelas, karena sekarang hanya tinggal gue dan Cinta aja di sini. Yang lain udah pada keluar.
Cinta menatap gue menahan tawanya.
" Duarr!! Meledak." Ejek Cinta saat menyadari bahwa satu kancing baju gue lari .
Dengan spontan, gue menyilangkan tangan di perut, karna kancing baju sanalah yang lepas. Gue merengek minta bantuan ke Cinta, tapi Cinta hanya mengangkat bahunya sambil menahan tawa.
" kalo gitu gue nggak mau baris!" Ancam gue saat Cinta terus mengejek gue.
"Lo lupa? Kalo sekarang lo foto bersama sama ambil piala?" Cinta mengingatkan gue yang udah hilang akal.
" truss? Gue gimana?"
Hasilnya nihil. Cinta tidak memberikan solusi yang baik. Dan memilih mengancam gue untuk turun duluan. Gue nggak mau ketinggalan fan akhirnya gue ngejar dia.
"Eeh! Tungguin!" Teriak gue saat Cinta udah berjalan duluan ningalin gue yang masih panik sendiri.
Masa gue kek gini ke depan?
★★★
Via berbaris pada barisan paling belakang kelas 12 IPA 3 dengan gelisah. Upacara sudah dimulai. Itu artinya...bentar lagi kami bakal di panggil buk Ai ke depan.
Posisi tangan Via tidak berubah, tetap menyilang di depan perutnya. Matanya liar kian kemari cari sesuatu yang dapat membantu.
"Ya..perfect!" Ujar via pelan saat menemukan jarum pentul dekat kaki seorang cewek dua kali di samping kirinya. Via mengurungkan niatnya saat sadar ada Pak Soni dan Pak Yudis di belakangnya, guru yang sama- sama terkenal galaknya.
" Assalamualaikum..."
Buk Ai memulai amanatnya pagi itu. Suara Buk Ai bagai ancaman untuk Via, karena sebentar lagi dia bakal di panggil ke depan.
★★★
"Di, change yuk! Gue kagak pake atribut lengkap, nih. Kalo ketauan, gue bakal di seret lagi ke depan ama Pak Coni. Cepetan Di!" Sesak Adlan saat menyadari ada Pak Soni berjalan ke samping kanannya.
Ferdi yang sedari tadi di desak oleh Adlan menjawab malas dan ketus, " kamu kok berisik banget sih? Orang lagi upacara, yang tertib dong!" Balasnya dengan bahasa Indonesia yang benar, aku- kamu.
Adlan berada tepat di belakang Ferdi, merasa greget mendengar jawabannya. Kayak mau remukin otaknya si Ferdi. ' Coba aja nggak ada si Coni, hmm...habis lo gue isengin! ' batin Adlan.
Nggak berapa lama, doanya di kabulkan saat Pak Soni berjalan ke ruang guru untuk membantu Pak Botak dan Buk Imah membawa meja tempat piala dan medalinya nanti.
" Sempurna! " gumam Adlan saat matanya terhenti pada sebuah jarum pentul yang ada di sebelah kananya, 'Awas lo, Di! Bentar lagi pantat lo bakal kempes,' batin Adlan dan celingak- celinguk melihat ke belakang. Sesaat terdengar suara tepuk tangan yang meriah yang membuat Adlan sedikit terkejut.
" SMA kita meraih juara 2 dan 3...." samar- samar Adlan mendengar pujian yang diberikan buk Ai untuk nya dan Via. Namun Adlan tidak tertarik dengan pujian seperti itu. Udah biasa, batinya.
Adlan terus mengincar jarum itu agar keisengannya berjalan lancar. Tanpa ia sadari juga ada seseorang yang sedang mengincar jarum yang sama.
Tanpa pikir panjang, Adlan segera mengeluarkan serangan cepat mengambil jarum itu, sebelum Pak Soni kembali.
Tap!
" AAA!!" Teriak seorang cewek saat tangannya di injak cepat oleh Adlan saat mengambil jarum itu.
Sesaat ratusan pasang mata memandang mereka, termasuk Buk Ai yang baru saja ingin memanggil pemenang- pemenang lomba karate saat libur lusa.
Di sinilah kisah mereka... di MULAI !