Bret melirik ke arah Ryan, yang duduk meringkuk di pojok kedai kopi tanpa banyak bicara. Mungkin dia sudah belajar dari pertemuan terakhirnya, dia tidak lagi membuat kegaduhan, malah, dia dengan tenang membeli kopinya dan duduk di pojok tanpa banyak bicara.
Seharusnya itu adalah hal yang baik tetapi karena kegigihannya, Bret dan Stella harus berhadapan dengan Ryan selama berjam-jam karena dia menolak untuk pergi.
Mendengar kata-katanya, Stella mendesah. Pada titik ini, dia sudah lelah dengan pertengkaran kekasih tetapi karena pertengkaran itu milik bosnya, Stella tidak mencampuri urusannya. Sebaliknya, dia melakukan hal yang masuk akal dengan berbalik ke Bret sambil berkata, "Tuan De Luca ingin latte lainnya."
"Mengerti," Bret mulai bekerja sambil menyalakan mesin dan menggiling biji kopi dengan mesin tangan. "Tapi kenapa Latte? Bukankah itu terlalu manis untuknya? Aku kira dia lebih suka sesuatu yang lebih berani seperti kopi hitam?"
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com