webnovel

Lollipop Girl

Namaku Sasya Ayudia Putri Pratama, biasa dipanggil Caca. Bukan, bukan karna itu nama kesayangan, tapi aku lebih suka dipanggil dengan nama Caca, sederhana dan ringan. Oh iya, tahun ini aku kelas 10 di SMA Karya Bakti, sekolah paling diminati di Jakarta. Ayahku bernama Eriko Edi Pratama, seorang pengusaha sukses dalam bidang pertambangan. Ayahku seorang yang teramat penyayang, tapi disisi lain beliau juga bisa menjadi seorang ayah yang teramat tegas. Sedang ibuku sendiri bernama Saraswati Anggraini Pratama, seorang ibu rumah tangga. Pasti dalam benak kalian dengan nama yang teramat indah ibuku adalah cerminan seorang wanita yang lemah lembut, jangan harap! Aku biasa memanggil ibuku bunda. Ok, bunda adalah orang yang teramat bahkan sangat enerjik, suka ngomel, dan yang paling penting suka ngajak ribut. But, dilain sisi aku tau bunda orang yang teramat menyayangi keluarganya. Kayaknya ada yang lupa deh, oh iya aku punya seorang kakak laki-laki yang hanya beda usia 1 tahun denganku. Namanya Danis Sebastian Putra Pratama, kakak yang teramat menyebalkan dan paling usil. Wajar sih, karna aku saudara satu-satunya. Namun, aku tau bahwa dia kakak yang selalu menyayangiku, sama halnya dengan aku. Bang Danis juga sekolah di SMA yang sama denganku. Dia seorang Wakil Ketua Osis yang pastinya akan ikut menjadi panitia MOS. Aku memang dari keluarga berada, tapi ayah dan bunda selalu mengajarkan untuk hidup sederhana dan membaur dengan tetangga sekitar, dengan begitu kita akan hidup dengan tentram. Dan satu hal lagi... Aku suka lollipop, sangat suka!! ***** Nama gue Bara Bagaskara Darmawan, gue sekolah di SMA Karya Bakti. Papa gue Andri Hendra Darmawan, seorang pengusaha. Mama gue Anggita Herwina Darmawan, seorang desainer. Gue punya saudara yang nggak perlu gue kenalin, nggak penting. Dan satu lagi, gue suka semua hal. Kecuali seenggok manusia bernama CACA. ***** “Selagi kamu masih bisa ngrasain manisnya lollipop kenapa harus takut sakit gigi?” ~Caca “Kenapa harus ngrasain sakit dulu kalo cuma mau ngrasain manisnya hidup?” ~Bara

Tani_Asih · Teenager
Zu wenig Bewertungen
11 Chs

Part 3

"Ayah sama Caca langsung masuk aja, koper sama barang-barang lainnya biar Bang Danis yang bawa," kata bunda mereka.

Ya, mereka baru saja sampai di villa setelah 3 jam lebih sedikit melakukan perjalanan dengan kereta api.

"Lah bun, kok Danis sih bun. Danis kan juga capek bun, mana banyak lagi," ucap Danis dengan muka yang dibuat semelas mungkin.

"Ih bunda kok gitu, kan kasian Abang Caca," bela Caca dengan muka sok imut dengan lollipop ditangannya. Aslinya mah dia seneng pake banget liat abangnya dihukum.

"Udah bunda nggak mau tau, itu hukuman buat Abang karna tadi udah nyolot sama bunda. Fix no debat itu bawaannya abang yang bawa masuk. Ayo ayah sama Caca masuk," ucap bunda mereka telak sambil berjalan lebih dulu memasuki villa.

"Makanya bang, jangan suka main-main. Udah tau singanya suka ngamuk eh malah dipancing. Dahlah, cepet dibawa masuk itu bawaannya, ayah mau masuk dulu," kata ayah mereka sebelum kemudian menyusul sang istri menuju villa.

Caca yang juga akan memasuki villa menghentikan langkahnya ketika sang kakak memanggil.

"Ca, tolongin gue dong. Lo masak tega sih liat gue bawa semua barang ini sendiri? Gila aja ini banyak banget ca. Apalagi bunda tadi marah kan juga gara-gara lo ngajak ribut gue ca," melas Danis sambil masih aja nyalahin Caca.

"Eh, kok jadi Caca yang disalahin kan jelas-jelas kak danis yang nyolot." Ucap Caca tak terima disalahkan.

"Yaudah deh, iya gue yang salah. Tapi lo bantu gue ya," bujuk Danis

"Nggak mau Caca nggak bisa. Nggak inget tadi bunda bilang apa? Fix no debat itu bawaannya abang yang bawa masuk!", ucap Caca sambil mengingat perkataan bundanya dengan nada yang dibuat semirip mungkin. "Lagian Caca nggak bisa bantu abang, kan tangan Caca lagi pegang lollipop," sambung Caca kembali.

"Yaelah, kan lo masih punya tangan kiri Ca. Jangan ngelak mulu deh,"

"Eitss nggak bisa. Kata pak ustad segala kegiatan itu harus dilakukan dengan tangan kanan, nggak sopan tau pake tangan kiri. Karna Caca kebanggaan Bunda Saras dan Ayah Erik anak yang baik dan sholehah, Caca nggak akan lakuin itu meskipun itu buat bantu abang yang udah durhaka. Jadi…Caca kaburr…hahahahahah," kilah Caca yang kemudian berlari meninggalkan Danis yang melongo melihat tingkah adik satu-satunya yang bisa dikatakan ajaib.

"Ya Allah, salah apa hamba punya adik sableng. Lagian apa katanya tadi? Pak ustad yang bilang? Boro-boro dapet cramah pak ustad, pergi ke masjid aja katanya takut di piu-piu sama Mang Udin. Ampun dah," kata Danis pasrah sambil mengingat-ingat alasan Caca yang nggak mau pergi ngaji ke masjid. Katanya sih takut sama mang udin, orgil yang biasa nongkrong deket masjid dan suka ngegoda cewek cantik. Emang dasar orgil genit.

*****

"Kak Bram, yuhuuu Caca putri lollipop datang siap merubah dunia!" teriak Caca ketika memasuki villa menuju ruang keluarga.

"Berisik amat dek, lagian ya lo itu putri apa penyihir pake segala ngrubah dunia. Hadehh," ucap Ina sambil duduk di sofa, sedang yang lain entah kemana. Ina adalah kakak sepupu tertua Caca yang sudah menikah dan memiliki 3 anak kembar.

"Eh Kak Ina, hehehe. Caca kangen tau," kata Caca sambil menghampiri Ina dan memeluknya.

"Halah gaya lo dek, tadi aja teriak-teriak manggil si Bram,"

"Tau Caca itu gimana, sampe villa bukannya nyari Oma sama Opa malah nyari si Bram. Dasar cucu durhaka kamu Ca," ucap sang Oma yang keluar dari kamar dan ikut duduk disebrang mereka.

"Oma! ih Caca kangen Omanya Caca juga kok. Kan Caca udah lama nggak ketemu Kak Bram jadi kangennya pake banget hehehe," kilah Caca

"Dasar kamu, yaudah sana temuin yang lain. Mereka lagi dibelakang tuh, ntahlah lagi ngapain,"

"Oke Oma, Caca kebelakang dulu ya. Kak Ina mau ikut?" tawar Caca pada Ina yang masih duduk sambil menikmati camilan ditoples.

"Nggak deh Ca, kakak disini aja. Mau istrirahat bentar, mumpung si kembar ada yang jagain."

"Oke deh kak,"

Cacapun pergi ke halaman belakang villa yang luas di lengkapi dengan kolam renang. Terlihat keluarganya sedang berkumpul sambil menyaksikan 3 balita kembar yang sedang asik bernyanyi lagu "Pelangi-pelangi" diiringi dengan petikan gitar yang dimainkan oleh Bram.

"Ih ales sama alan kelilu tau, halusna tan dilanit ang bilu ukan dilanit ang tindi," ucap balita perempuan dengan wajah memberengut. Namanya Ara. Ya, merekalah kembar tiga anak dari Ina.

"Hallo, kurcaci-kurcaci Kak Caca!" ucap Caca berteriak dari depan pintu sambil melangkah meuju keluarganya yang sedang berkumpul.

"Tak tata.." teriak 3 balita itu secara bersamaan sambil menghampiri Caca.

"Awas ales alan, ini Tak Tatana ala," maki ara sambil menarik-narik kedua saudaranya yang sedang memeluk kaki Caca.

"Eh Ara nggak boleh gitu sayang, sini Kak Caca gendong deh," lerai Caca menengahi.

"Tau Ala nih, Tak Tata tan uga tatak tita," ucap Ares dengan wajah cemberut.

"Iya benel, Ala mah ndak acik," tambah Alan.

"Udah dong, kalian kan saudara nggak boleh marah-marah. Sekarang Ara minta maaf dulu dong sama Alan dan Ares. Ayo, nanti Kak Caca nggak akan kasih kalian lollipop kalo masih marahan,"

"Iya deh. Ales Alan, Ala minta maap ya. Ala minta maap soalna Tak Tata ndak au atih ollipop alo ndak inta aap," kata Ara denga wajah tanpa bersalah tapi sangat menggemaskan.

"Alna atu uga au ollipop atu aapin deh," kata Ares.

"Atu uga au ollipop," kata Alan yang juga tak mau kalah. Sedangkan Caca hanya menggelengkan kepala melihat keabsudan keponakan-keponakannya.

"Masih aja suka lollipop, dek" ucap Bram yang sedari tadi mengamati mereka.

"Tau tuh Caca, kamu nggak takut sakit gigi Ca?" tambah tante caca Erika, kakak ayahnya.

"Nggak dong ma, malah Caca bakalan sakit gigi kalo nggak makan lollipop. Hehehe," ucap Caca sambil menurunkan Ara. "Kak Bram, Caca kangen banget tau," ucap Caca sambil menempeli Bram.

"Dasar, kakak juga kangen dek. Kamu udah mau SMA aja dek, inget jangan pacaran dulu nanti kamu malah nggak fokus lagi belajarnya," ceramah Bram sambil mengusap kepala Caca sayang.

"Ihh.. Kak Bram. Katanya kalo jodoh dateng itu nggak boleh ditolak lo, emang Kak Bram mau nantinya Caca jadi prawan tua? Aduh amit-amit ya Allah," kata Caca sambil menepuk-nepuk jidatnya, membayangkan jika dia beneran menjadi prawan tua.

"Emang gadis kayak Caca ada yang mau?" Tanya Om Caca, Hendrawan suami Erika. Hendrawan dan Erika adalah orangtua Bramastya dan Ina. Mereka memang sedang berkumpul dihalaman belakang, kecuali orang tua Caca dan suami Ina yang sedang istirahat. Jangan lupakan Danis yang malang dengan barang-barang bawaan.

"Ye papa ngejek Caca? Gini-gini Caca banyak yang suka ya, tapi Caca tolak semua tuh," ucap Caca sombong sambil mengibaskan rambutnya. Sedang yang lain hanya menggelengkan kepalanya tersenyum melihat kelakuan Caca.

"Ala alo becal au ayak Tak Tata. Anti alo ada yaki-yaki uka ama ala api ndak atih ollipop ala toyak. Ya tan Tak Tata?" saut Ara yang mendengar percakapan mereka.

"Hayo loh dek, kamu malah ngajari Ara. Tanggung jawab gih," kekeh Bram dan yang lain.

"Betul tuh Ra, kalo ada cowok yang suka sama Ara tapi nggak ngasih lollipop tolak aja. Kayak Kak Caca nih," jawab Caca yang

"Lah, malah dibenerin. Hadehh," ucap Bram sambil mengusap dahinya. Diikuti dengan orang tuanya yang menggelengkan kepala.

*****

Selama Caca dan keluarga di villa, diisi dengan kegiatan keluarga. Dari acara barbeque, memancing di danau terdekat, hingga acara gabut yang tentunya dibintangi oleh Caca. Sedikit tentang Bram, dia sedang menjalani kuliah di Amerika. Bram dan Caca memang sangat dekat. Karena selain Danis, hanya Bram lah sepupu laki-lakinya. Bram sendiri merupakan perawakan dari laki-laki dewasa, jangan lupakan lesung pipi yang membuatnya terlihat manis dan kalem. Pemikiran dewasanyalah yang membuatnya mampu mengimbangi Caca yang kekanakan.

Mereka menghabiskan waktu berkumpul selama kurang dari 2 minggu, karna liburan akan usai.

*****