webnovel

22

"Makan dong, Cit !" tegur Widhi pada Citra yang duduk di depan nya. tanpa sengaja tadi mereka berpasa-pasan di mall, sama-sama datang sendiri dan bertepatan di waktu makan siang, akhirnya mereka memutuskan untuk mampir lunch bareng di sebuah restoran di mall tersebut.

Citra tersenyum tipis dan terus mengaduk-aduk spagetty nya tanpa minat. Dirinya sedang gundah gulana memikirkan sang kekasih. Irham Setiawan. Sudah hampir semingguan ini nafsu makan nya menurun.

Ia terus berpikir dan kesal tiada akhir, bisa-bisa nya lelaki nya itu pulang ke Jakarta tanpa pamit dan mengatakan apapun apadanya. Fine, dia memang marah hari itu saat di Bali tapi bukan hal ini yang Ia harapkan terjadi. Setelah mendapati Ia marah, seharusnya pasangannya itu punya inisiatif untuk membujuknya dan meminta maaf atau apa kek. Cewek kan suka dikejar gitu. Ini malah pulang ke Jakarta tanpa pamit dan sudah semingguan ini tidak sama sekali menghubunginya.

Citra gengsi setenagh mati ya kalau dirinya yang harus duluan datang mencari Irham, mengirimi nya chat atau apapun.

"Citra, aku udah selesai makan ini loh." Kata Widhi lagi. Piring makanan nya sudah kosong bahkan minum lelaki itu pesan pun sudah ludes. "Kalau kamu emang nggak mau makan, tadi mau nya kita nggak usah mampir aja."

Citra menggeleng pelan tanda tak enak, "Euup, selow aja. Aku tiba-tiba jadi kenyang nggak mau makan gitu aja kok."

"Yaudah, dibungkus aja kali ya makanan nya?" tanya Widhi meminta persetujuan dari Citra. dokter cantik itu menganggukkan kepala nya pelan.

Widhi terdiam lama tidak tahu harus membuka pembicaraan apa dengan mantan pasangan blind date nya itu. wanita di depan nay itu sepertinya sedang tidak punya gairah untuk membuka mulutnya.

"Kamu lagi sakit ya,?"

"Nggak kok." Sahut Citra singkat. Mendapati bahwa Widhi lebih perhatian dari pada sang kekasih, Citra jadi membanding-bandingkan Widhi dengan Irham.

Apa seharusnya kemarin itu Citra tidak gegabah menilai Widhi tipe lelaki yang membosankan dan Irham lebih unggul? Ck, setelah menjadi kekasih Irham sekarang malah keadaan jadi berubahan sebaliknya.

"Mau aku antar pulang?" tanya Widhi sata mereka sudah keluar dari restoran tempat mereka makan tadi. Citra menggelengkan kepalanya. Rasanya sungkan kalau Ia diantar oleh lelaki itu.

Awal-awal kemarin Ia sudha menolak lelaki itu dan sekarang kalau Ia menerima tawaran lelaki itu, rasanya Citra sedang bermain tolak ulur. Citra jadi terlalu banyak berpikir.

"Nggak, aku bawa mobil kok."

"Oh yaudah, aku tinggal ya." Widhi melambaikan tangannya dan turun menggunakan escalator ke lantai bawah. Mereka berpisah di depan restoran.

Citra menghela nafas lelah dan mencari bangku duduk untuk istirahat sejenak. Mall adalah salah satu tempat favoritnya. Saat Ia galau, berada di mall dan berbelanja akan mengurangi perasaan negative yang merajalela dalam kepalanya. Namun kali ini, tidak ada satu hal pun yang bisa membuat mood nya lebih baik.

Tiba-tiba Ia jadi sedih sendiri, matanya sudah berkaca-kaca. Ia ingin menangis. Menundukkan wajahnya sambil mengusap sedih matanya.

Irham itu tidak sebaik covernya selama ini. Gombalan nya saja yang kencang, tapi setelah mengajaknya berpacaran, lelaki itu terus menggantungi nya begitu saja. Irham itu jahat. Tidak ada sedikitpun perasaan atau perhatian lelaki. Seminggu men, seminggu tanpa sama sekali telepon ataupun pesan.

"Miss Dentist !" sebuah suara memancing Citra mendongkak. Panggilan itu begitu akrab di telinga. "I miss you." Pemilik suara itu adalah Haikal, ponakan Irham. Bocah imut menyapanya dan memeluknya dengan sayang.

"Oh, hai baby. I miss you too." Balas Citra sambil memaksakan senyumnya. Ia menghapus air matanya dengan punggung tangan dan membalas memeluk bocah cerewet itu.

"Sama siapa disini, sayang?" tanya Citra setelah Haikal melepas pelukan nya.

"With Uncle Ares. Itu dia !" tunjuk bocah itu kepada lelaki dewasa yang kini sedang berjalan mendekati dimana mereka duduk.

"Haikaaaaaal !" tegur Ares dengan gemas, "Kebiasaan banget sih kamu ngilang-ngilang gitu."

Bocah gigi ompong itu tercengir lebar tanpa rasa bersalah, "I would like to greet my girlfriend, Uncle. Sorry !"

Ares berdecak gemas dan mengcubit pipi gembul Haikal, "Girlfriend ndas mu." Ares mengalihkan perhatian nya dari Haikal ke Citra. "Apa kabar, Cintya?" tanya Ares basa-basi. Wanita di depannya ini adalah pujaan hati sepupunya, Irham. Tukang bengkel itu sering menceritakan dokter gigi cantik ini pada nya.

"Bukan Cintya, tapi Citra." koreksi Citra, "Alhamdulillah baik."

"Oh salah ya?" lelaki itu tertawa ringan, "Main-main ke rumah dong Citra, biar kita-kita pada kenal."

"Duh malu kali, Mas."

Tiba-tiba saja Ares menepuk dahinya dan berdecak kecil, "Irham udah hubungi kamu belum?"

Citra mengernyitkan dahinya bingung, "Belum ya?" tanya Ares sambil meringis, "Itu anak lagi di Semarang, udah dari Selasa kemarin. Tapi ponselnya ketinggalan di kantor bengkel di Depok." Cerita sepupu Irham itu. "kemarin sih suruh bilang ke kamu kalau dia di Semarang, tapi gue lupa." Ares menutup ceritanya dengan cengiran tak enak.

Citra langsung memaki Ares dalam hatinya. Punca nya hilangnya kabar lelaki itu adalah Ares sebenarnya, tidak amanah. Patut semingguan ini lelaki itu tidak ada kabar.

Tapi pacarnya itu nggak gaptek kan? bisa dong lelaki itu menghubungi lewat social media, apa kek. Usaha gitu. Ck, nyebelin banget sih.

"Maaf ya, pasti kamu khawatir kan?" tanya Ares tambah tak enak saat raut wajah Citra tidak lagi sebaik sebelum Ia menyampaikan berita itu. "Besok atau lusa udah balik mungkin."

"Hhmm…" Citra tersenyum canggung, hasrat ingin memarahi lelakii itu tapi tidak sopan dong, bisa merusak citra juga nanti dong. "Makasih ya Mas infonya, saya nggak tahu kalau dia disana."

"Hehehe. . ."

"Kak, aku mau makan ice cream." Haikal merengek manja pada Citra, mengalihkan fokus Citra yangs edang memakiAres dalam hatinya. Untung ada bocil menggemaskan ini.

"Yaudah yuk."

[***]