kebijakan shyaya membuat orang kagum dengan dirinya yang unik, munggil, cantik itu, membuat junior geram liat tingkah laku shyaya, "kamu nggak pantas tinggal dirumah ini" dengan wajah dingin dan mata tajam itu membuat shyaya terdiam.
"apa kamu bicara dengan aku, hehe" dengan wajah mungilnya, membuat junior terngangak
"apa katamu"
"emang apa, aku cuma nanya"
"apa kamu tidak kenal denganku bocah ingusan" nada marah yang menghiasi wajah tampan shevan.
"kenal, pemuda tampan, dingin, nyebelin tapi sayangnya pemarah persih iblis bertanduk 3 hahah" dengan ejekan itu shyaya terbahak-bahak dengan keras,
"kamuuu" junior tidak tahan lagi dengan bocah ingusan itu hingga dia menarik telinga shyaya yang mungil itu.
"ahhhh sakit kambing" dengan muka merajut kesakitan shyaya nggak mau kalah dia malah mendorong shevan ke lantai.
'groum, shyaya" dengan marah shevan langsung berdiri dan mendekati shyaya dengan langkah berat dan wajah marah shevan menarik shyaya tapi sebelum meraihnya, shyaya dengan cepat lari dan meninggalkan shevan disana, tampa menguraikan wajah shevan hanya bisa menggepal tangannya dengan kuat.
***
dengan berjalannya waktu shyaya disekolahkan nyonya siska disekolah terkenal tepat satu sekolah dengan junior, hari demi hari shyaya melewati dengan canda tawa, dia juga anak baik dan penurut sehingga dia bisa mendapatkan penghargaan setiap semesternya, kini shyaya sudah beranjak dewasa dengan nilai yang berprestasi dia bisa meraih universitas ternama di negara Eropa. tidak kalah dengan shevan yang kuliah diluar negeri dengan kebijakan dan juga telentanya, shevan yang dulu beranjak dewasa dan meraih sukses di universitas bisnis ternama di Amerika, dengan kemampuan dan daya tangkapnya dia dengan cepat menyelesaikan pendidikan sarjananya.
sejak berpisah dengan shyaya, shevan tidak pernah memikirkan shyaya lagi, dia fokus dengan pendidikan dan meraih prestasi. 2 hari sebelum pulang ke kampung halaman shevan teringat dengan masa kecilnya, dia tidak menyangka tampa gadis ingusan itu dia bisa hidup damai sampe sekarang, shevan juga tidak pernah dengar kabar dari shyaya yang 5 tahun ditinggal luar negeri. "ntah masih hidup apa enggak gadis bodoh itu" dengan senyum liciknya yang tidak sabar berjumpa dengannya.
disisi lain shyaya dengan tekun belajar dengan temannya di kampus, menghiraukan orang-orang yang mengganggunya, dengan penuh posana semua yang melihat shyaya akan jantu cinta dengannya "seperti pepatah menyatakan tidak ada wanita yang jauh dari sangkar burung ibarat tidak ada wanita satu pun yang bisa menandingi ke cantiknya"" hal wajar bagi dia banyak yang menyukai dengan senyum manis, kecerdasan, bijaksana, ramah, baik, dan satu lagi bar-bar.
"Bdw kita mau jalan kemanan nanti sha, sehabis ngampus jalan ke mall yok, bosan dikost mulu" dengan senyum manis kesahabatnya itu.
"maaf, aku lagi nggak mood Qi" dengan ekspresi wajah murung.
"oke, deh" dengan rasa kecewa tapi dia tetap menghargai keputusan sahabatnya.
tutt tutt tutt bunyi hape dalam tas shyaya, menatap layar hape yang dikenal dengan baik tampa berpikir menekan tombol hijau
"halo"
"sayang gimana kabarmu"
"kabar baik tann, tente sehatkan, dah makan apa belom, om juga sehatkan tann, shyaya udah makan kok tan, ini lagi bareng teman dikampus, shyaya ju..."
"udah udah... shyaya jangan banyak ngoceh ajanya, setiap kali tante nelpon shyaya langsung trobos terus tampa liat ada lampu merah", dengan suara kesal tapi nyonya siska tetap itu yang dirindukan dari shyaya.
"tante belom jawab pertanyaan shyaya" suara lembut dan penuh kasih sayang membuat nyonya siska sedih tak karuan.
" tante dan om sehat shyaya, jangan terlalu dipikirin yah"
dengan senyum manisnya membuat percakapan mereka semakin lancar, shyaya juga menceritakan pengalaman-pengalaman dia selama diluar negeri.
tapi selisih percakapan mereka siska memberitahu kalo shevan akan pulang ke Indonesia, setelah kelulusan di Amerika 2 hari lagi, dalam hati shyaya
'masih hidup ternyata' dengan sekian lama tak jumpa dan kasih kabarpun tidak pernah sama sekali shyaya hampir lupa, muka stevan gimana tapi dia persih ingat dengan muka dingin dan mata tanjam shevan.
"uhhhhuhh jagan sampe ketemu dengan dia lagi kalo enggak runtuh nih bumi, heheh".
***
perjalanan pulang shevan sangat mulus hingga dia sampe di bandara internasional dan menunggu jemputan dari rumahnya, tidak menunggu lama jemputan tiba dengan santai mengenakan pakain kaus putih polos celana jins hitam, jas hitam menarik dengan sepatu mewah tidak lupa dengan kacamata hitamnya yang melengkapi ketampanan miliknya.
dipintu keluar bandara telah menunggu seseorang paruh baya dengan setelah perkantoran dengan memakai kacamata hitam.
"selamat siang tuan, saya yang diutus nyonya untuk menjemput tuan mudah di bandara".
sikap anggun dan menawan shaven hanya mengangguk dan menuju ke mobilnya. dalam perjalanan pulang shevan tidak bicara sama sekali dia hanya memainkan hapenya,
gerbang besar terbuka melewati teman indah yang memiliki kolam renang besar di depan rumah mewah tersebut, dan pelayan rumah telah berjejer di depan pintu untuk menyambut tuan mudah meraka.
"selamat datang kembali tuan muda"
" dengan wajah dingin shevan hanya mengangguk dan memasuki rumahnya,
"shevan" suara yang lembut dari nyonya siska membuat shevan terdiam kakuh, dengan pelukan hangat dari siska membuat shevan teringat dengan sesuatu.
"maaa" senyum indah terukir di wajah tampan shevan.
"sini duduk dulu nak" kebahagiaan yang tidak terucap olah nyonya siska melihat anak junior telah dewasa dan sangat tampan, tidak penunggu lama, paruh baya yang berumur tiba diruang keluarga, shevan memeluknya dengan hangat.
"ayah"
"kamu dah tiba dulu dari ayahmu ini nak"senyum indah dari ayahnya membuat shevan memeluknya lagi.
pelayan telah penyimpanan makan kesukaan tuan junior diatas meja dan dengan berkumpul untuk merayakan kedatangannya, selain makan sama, ada juga canda tawa didalam ruangan hingga membuat suasana kembali seperti dulu.
***