webnovel

LIMIT

Batas itu, adalah kamu dan kenangan yang lalu patah tanpa arti. Semoga, kita saling menyadari. Arumy Azalea sudah menantikan ini 4 tahun lamanya. Pertunangan dengan Romeo baru saja berlangsung, pernikahan akan segera digelar dengan sekitar 3000 undangan yang tersebar. Tapi itu semua hanya tinggal rencana gaun putih Azalea ternoda darah Romeo ia tidak bernyawa dalam dekapannya. Tangisan sekaligus teriakan kesedihan ia, ditinggalkan oleh semua orang. Dhruv Wilson adalah anak dari milyarder kenamaan awalnya hidunya penuh dengan kesempurnaan sampai pada saat kenyataan Wilson selingkuh dengan teman ibunya sendiri. Dimalam kejadian itu terungkap mobil yang membawa ibunya menabrak rombongan Arumi Azalea, menewaskan kedua orang tuanya serta Romeo tunangannya. Setelah kecelakaan Azalea koma lalu bangun dengan keadaan lumpuh ia berjuang sendirian. Takdir mempertemukan ia dengan Dhruv juga cinta yang akhirnya jadi batas saat semua kisah kelam terbuka. Hallo terimakasih telah bersamaku. Ig : nilakrisna176

Nila_Kresna · Urban
Zu wenig Bewertungen
11 Chs

Rasa manis itu, ada padamu

"Selamat datang di apartemenku Bos," Azalea memutar kuci saat hendak membuka, ia sedikit mengangkat pintunya. "Kadang pintunya memang macet!" sedikit tenanga Azalea mendorong. "Aku harus memanggil tukang, untuk pintu ini!'' ia berhasil, pintu terbuka.

Dhruv masuk ia mengamati ruangan, ruang tamu dengan sofa singgel lalu jarak satu meter adalah pintu kaca balkon yang terbuka.

Di sana kemeja putihnya masih tergantung, bergerak terkena hembusan angin, nodanya masih ada, ia melihatnya.

"Nodanya tidak mau hilang,'' Azalea tersenyum kuda.

"Kainnya akan rusak kalau kau terus mencucinya, Lea." Dhruv berjalan keluar melihat pemandangan dari balkon yang hanya berukuran 1 kali 1, selagi Azalea menyiapkan cemilan kecil serta air minum. Dhruv terus menjelajah tatapannya beralih pada frame foto keluarga, kedua orang tuanya duduk di kursi yang sama dengan yang ada sekarang, sedangkan Azalea di tengah-tengah. Mereka tampak bahagia.

Dhruv duduk, Azalea datang dengan nampan camilan serta teh chamomile, aromnya menenangkan. "Kau suka masak?"

"Ibu yang suka masak, jadi aku sering ikut mengacak-acak tepungnya," ia tertawa kecil. "Dulu, kami sering masak bersama, juga Ayah, ia suka masak!"

Dhruv terus menyimak saat gadis itu terus tenggelam dalam masa indah.

"Lalu, di mana mereka?" Azalea merubah senyum, yang tadi ceria kini berpadu duka.

"Kecelakaan lima tahun lalu. Kaki ini juga akibat dari itu.''

"Apa aku harus minta maaf? Ibuku juga sama pergi lima tahun lalu," Keduanya beradu pandang dalam hening untuk jangka waktu sedikit lama, sebelum dentingan ponsel Dhruv mengganggu.

Dhruv menuju balkon lalu mengangkatnya, sedangkan Azalea kembali ke dapur sedikit membereskan alat masak.

"Rasanya manis,'' puji Dhruv.

"Kau tidak suka manis?'' tanya Azalea dari balik bar mini, tangannya tengah mencuci piring.

"Akan aku coba menyukainya, rasanya tidak buruk," Dhruv kembali mengunyah kue kering itu.

Azalea selesai dengan dapurnya.

"Ceritakan bagaimana keluargamu, Bos?'' Azalea meraih gelasnya, menghangatkan tangan lalu meminumnya perlahan.

"Tidak ada yang berbeda Ayah, Ibu dan aku. Hanya?" Dhruv terhenti, "Aku memiliki ibu tiri. Dia selalu mencoba menyingkirkan dibalik topeng kebaikan!" Dhruv melihat Azalea.

"Sepertinya sudah waktunya aku pulang!"

Arumi mengantarkan Dhruv pada lantai bawah Apartemennya. Dari sudut jalan seseorang mengintai Dhruv ia melirik, bukan lagi hal yang mengherankan bila ada yang membuntuti! selain media yang usil akan kehidupan pribadi Dhruv ada juga ibu tiri yang terus mengawasi geraknya.

Dhruv masuk mobil menghidupkan mesin, ia membuka kaca. "Masuklah! jangan keluar lagi ini sudah malam!"

"Siap bos!" Azalea kembali menggerakan tongkat masuk kedalam apartemen, yang tidak terlalu tinggi ini, mungkin hanya ada belasan kamar saja, dengan enam lantai.

Mobil Dhruv berlalu melewati si pengintai, dari balik kaca gelap mobil Dhruv melihatnya. Mobil hitam keluar dari kegelapan lantas kembali mengikuti.

Berbeda dengan kediaman Azalea tadi, kediaman Dhruv mewah baa istana dari gerbang depan rumahnya harus memutari air mancur bundar besar untuk sampai pada pintu utama.

Semua ornamen halaman berwarna putih, empat patung kuda dengan satu ratu, menuangkan air kedalam kolam seakan kuda-kuda itu tengah meminum air dari sang ratu.

Ia hanya tinggal sendirian tidak ada asisten yang mengikuti, untuk membereskan rumah ada namun tidak diizinkan menginap, Dhruv menyukai keheningan serta kesendirian, diusia matangnya sekarang, belum terpikirkan untuk memiliki seseorang yang akan merusak hari tenangnya.

Ia akan menghidupkan televisi berlayar besar itu, lalu duduk menaikan kakinya pada meja dengan kalengan minuman soda sampai ia tertidur di sana atau kadang di lantai. Kamar tidak pernah ia tempati, ia akan datang ke sana saat hendak mandi serta mencari stelan kerja.

Benar saja saat ini ia telah tertidur dengan televisi masih menyala dan botol soda masih ia genggam sedangkan lampu ruanga masih menyala terang. Keadaan ini pun sudah sangat lauar biasa bagi Dhruv ia bisa tidur lebih cepat dari biasanya.

Biasanya ia harus menghabiskan berbotol-botol, paling parah ia akan mengonsumsi obat tidur saat kelopak mata terus enggan terpejam.

Tubuhnya tertelungkup di atas sofa lebar berwarna putih itu denga satu bantal ia peluk, tadi ia sempat menggeliat namu masih terasa nyaman sampai akhirnya kembali terlelap, luar biasa memang biasanya ia akan terbangun sekali lantas tidak akan bisa kembali tertidur. Tapi ini? Jangankan bunyi kaleng jatuh, bahkan tetesan air pun akan ia dengar lantas mengusik tidurnya.

"Maaf Tuan, saya tidak tauh anda masih di rumah."

Dhruv menggerakan lehernya lantas duduk dengan wajah yang masih bergaris bantal. "Lanjutkan saja!" Ia berlalu menuju kamarnya, membuka shower membasahi lekut tubuh dengan uap panas yang menutupi sekat kaca, terihat hanya bayangan telanjang dengan tubuh tinggi, rambut hitam, kulit putih kecoklatan.

Selesai dengan pembersihan diri ia keluar dengan handuk putih yang terlilit dari bawah pusarnya sampai lutut, memajang tubuh kekar di hadapan cermin lalu menyugar rambutnya ke belakang, seakan baru kali ini ia melihat seluruh indra di waja.

Semua orang berbaris menunduk saat ia baru saja keluar dari mobil, Azalea paling belakang hari ini ada meeting terbatas membahas desain kendaran baru yang akan Leonidas keluarkan rencananya juga yang Azalea gambarlah yang akan Dhruv bahas nanti.

Meeting dimulai dengan Dhruv sebagai pembicara awalnya di baris kirinya ada Azalea.

"Ini disain lain!" Sekertaris membagikan lembaran kertas. "Itu milik Arumy Azalea, aku tahu masih sangat kasar namun, aku yakin kalian sependapat?" Azalea tersentak, saat namanya disebut sebagai salah satu perancang dan mungkin akan turut serta memberikan pemikirannya untuk interiornya.

"Nona Azalea, kau bisa sedikit menjelaskan semua alasan dari apa yang kau gambar."

"Ah., aku itu, aku menggambarnya untuk kenyamanan keluarga saat menggendari mobil itu, lebih luas, untuk pijakan kaki bisa ditekuk jadi saat kita terpaksa harus bekerja dalam kendaraan, lutut kita tidak letih menahan laptop," Azalea terus menjelaskan keinginannya untuk disain mobil keluarga yang akan Leonidas keluarkan.

Setelah rapat selesai semua orang keluar tinggalah Dhruv sekertarisnya serta Azalea. "Terimakasih bos, telah memberikan aku kesempatan."

"Itu bukan kesempatan, desain itu memang bagus!" Dhruv keluar dari ruangan meninggalkan Azalea yang membantu rekannya membereskan semua bahan dokumen.

"Kau hebat Arumy, baru beberapa bulan bekerja sudah mendapatkan perhatian bos, bahkan kau dipromosikan."

"Benarkah?"

"Banyak yang bos lakukan untukmu, mulai dari pengobatan, ia yang memerintahkan aku langsung datang pada rumah sakit agar semua obatmu adalah yang terbaik serta fasilitas yang kau dapatkan. Jangan lupakan meja, ia sendiri yang meminta. Baru kali ini juga bos melempar senyuman pada saat rapat."

Azalea terkiki. "Mungkin semalam ia mimpi indah."

"Kau juga tahu bos memiliki gangguan tidur?" Sekertaris itu melihat Azalea, serius.

"Gangguan tidur? Aku tidak tahu, Sonia." Azalea selessai dengan lembaran terakhir, lantas berpindah pada wanita canti itu dengan rambut emasnya.

"Aku selalu membelika bos obat tidur, sepertinya untuk dia. Suttt..! Tidak boleh ada yang tahu Rumy, ini hanya antara kita!" Azalea mengangguk, lantas menggerakan tongkatnya keluar dari ruang itu, ia turun ke lantai bawah.

Hallo manteman terimakasih sudah ada bersamaku di sini, kita lanjut

Ig. Nilakrisna 176