webnovel

Liku Kehidupan

Fakta pengkhianatan sang ayah membuat Alena hancur hingga gadis itu memutuskan pergi membawa amarah serta dendam yang berkobar didalam dada. Setelah 10 tahun berlalu Alena kembali ke negara asalnya untuk bekerja disalah satu rumah sakit disana. Ditengah menyembuhkan luka Alena bertemu Elang, seorang dokter obgyn ditempat ia bekerja. pertemuan setiap hari ditambah sikap perhatian dan ramah Elang membuat Alena merasakan perasaan yang berbeda. Ditengah kedekatan mereka masa lalu Alena datang mengingatkan rasa sakit yang perempuan itu coba lupakan. Elang yang merasa aneh dengan sikap Alena berusaha menggali informasi tentang masa lalu perempuan itu. Hingga suatu saat Alena bersedia menceritakan semua padanya, membuat Elang memiliki keinginan menghapus luka itu. Seiring waktu berjalan Elang merasa perjuangannya tak sia sia melihat Alena yang kini mulai terbuka dengan keluarga perempuan itu.

Miracle_Blue · Teenager
Zu wenig Bewertungen
14 Chs

6.Double Date

Elang dan Alena berjalan beriringan memasuki area restoran. Suasana cukup sepi siang itu, maklum jam makan siang sudah berlalu sejak satu jam yang lalu. Mengedarkan pandangan, Elang mencari keberadaan kedua sahabatnya yang sudah sampai lebih dulu.

Ia menemukan mereka yang saat ini duduk dikursi paling belakang menunggu kedatangan nya dengan Alena.

"Sorry telat. Tadi ada urgen, Udah nunggu lama?"

"Santai bro, baru 15 menit yang lalu"

Elang mengangguk menanggapi.

"Udah pesen?"

"Gue sama Bela udah, lo pesen gih."

Elang melambaikan tangan memanggil pramusaji untuk memesan makan siangnya dengan Alena.

"Kalian jadi liburan?"

"Jadi dong udah pesen tiket juga. Kenapa, lo mau ikut? Bantu bantu angkat koper boleh juga". Goda Arsen dengan tersenyum jahil.

"Lo pikir gue mau". Balas Elang sewot.Hei yang benar saja ia dijadikan pesuruh.

"Alena ya?" Sapaan lembut Bela membuat Arsen yang hendak membuka mulut untuk menimpali ucapan Elang barusan kembali tertutup.

"Iya mbak" Jawab Alena dengan tersenyum canggung.

"Panggil Bela aja, kayaknya kita seumuran deh"

Yang dibalas dengkusan oleh Elang.

"Cantik ya mas, pantes Elang suka sama kamu Al. Aku aja yang sama sama perempuan terpesona loh. Senyumnya itu lho, manis kayak gula jawa". Tutur Bela dengan melirik Elang disertai seringai jahil.

"Jangan ngada ada deh Bel, kapan gue bilang begitu. Jadi berhenti bikin gosip" balas Elang dingin.

"Gue gak bikin gosip. Emang kenyataan kok Alena cantik. Ya kan mas? ". Bela menatap suaminya mencari pembelaan yang dibalas Arsen dengan anggukan setuju.

Kedatangan pramusaji menghentikan perdebatan mereka. Alena hanya tersenyum kecil melihat orang orang didepannya, sudah pada tua tapi masih suka saling menggoda dan tak ada yang mau mengalah. Persis seperti ia dan bang Rama, tidak pernah akur kalau sudah bertemu.

Makan siang kali ini di isi dengan kecerewetan Bela, membuat Arsen menggeleng takjub menatap istrinya. Bela memang tipe perempuan yang supel dan tidak bisa diam, kecerewetanya akan meningkat berkali kali lipat jika bertemu orang baru. Orang sekarang biasa menyebutnya orang yang kepo.

Alena tentu tidak terganggu dengan hal itu, ia malah senang. Bela terlihat tidak canggung saat berbicara dengannya, padahal mereka baru pertama kali bertemu. Malah mereka terlihat seperti teman lama yang bertemu kembali.

****

"Mbak Bela lucu ya Lang?" ucap Alena memecah keheningan didalam mobil.

"Lucu darimana?" Balas Elang cuek.

" Lucu aja, masa tadi mbak Bela bilang Kita seumuran. Padahal kalau aku lihat, tua.an dia deh."

Elang melirik Alena sekilas saat mereka berhenti dilampu merah.

" Eh, kemaren katanya makan siang sama dokter yang lain? Kok malah sama mereka?" tanya Alena dengan kening berkerut binggung.

Elang menarik pedal gas saat lampu kembali hijau.

"Mereka emang dokter, tapi lagi ambil cuti aja. Masih pengantin baru"

"Oh pantes, wajahnya berseri seri gitu. Keliatan sih waktu mereka tukar pandang. Dipenuhi cinta" Alena terkikik geli dengan pemikirannya sendiri.

"Temenin aku dulu ya, cari kado buat keponakan. Aku gak tau mau ngasih apa"

"Boleh, keponakan kamu laki laki apa perempuan?"

"perempuan".

"Umurnya?"

"Kelas 5 SD"

Selanjutnya hanya suara radio yang menemani perjalanan mereka. 20 menit perjalanan akhirnya mereka sampai di pelataran parkir mall, bergegas Elang turun diikuti Alena dari belakang.

"Kita ke lantai 2, disana yang jual pernak pernik anak anak".

"Bagus gak?" Tunjuk Elang pada boneka panda besar yang dipajang di etalase.

"Udah biasa kalau boneka, kita cari yang lain." balas Alena dengan menarik tangan Elang tanpa sadar.

"S.. Sori, Gak sengaja" ucap Alena tersenyum canggung.

Mereka akhirnya tiba ditempat perhiasan. Alena melihat lihat kalung disana. Perhatiannya tertarik pada kalung dengan bandul bulan sabit. Cantik dan sederhana tapi terlihat mahal.

"Mbak coba lihat yang ini ya" tunjuk Alena pada kalung tersebut.

"Cantik gak Lang? Keliatannya emang biasa tapi kalo udah dipake baru keliatan wah"

"Bagus, yang itu aja."

"Mbak itu dikado sekalian ya, bungkusnya warna pink kalau ada" ucap Elang pada pegawai yang melayaninya.

Selesai membeli kado mereka keluar area mall dan melanjutkan perjalanan untuk pulang.

"Al"

"Ya?"

"Makasih udah temenin cari kado"

"Gak masalah, santai aja" ucap Alena dengan tersenyum.

" Nanti malem ada acara?"

"Gak ada, kenapa?"

"Temenin aku ke acara ulang tahun ponakan aku bisa"

"Jam berapa?"

"Setelah isya aku jemput, gimana?"

"Bisa, dress code warna apa?"

"Pink untuk yang cewek" balas Elang.

"Kalau gitu aku pulang dulu. Sampai ketemu nanti malam. Dandan yang cantik ya" Laili laki itu berucap disertai senyuman.

Jantung Alena berdebar kuat hanya dengan ucapan Elang barusan. Ada apa dengan dirinya.

****

Alena mematut dirinya di depan cermin, dress dibawah lutut dengan rambut dibuat bergelombang menambah kesan feminin yang ia tampilkan malam ini.

Bunyi ponsel yang berdering mengalihkan perhatian Alena. Mengambil ponsel ia membaca pesan disana. Elang sudah menunggunya didepan.

Meraih tas, ia segera menuruni tangga dengan hati hati. Karena heels yang ia gunakan cukup tinggi dan ia tak mau mengambil resiko jatuh kesleo lagi.

"Hai, udah lama?" sapa Alena sesaat setelah ia sampai didepan laki laki itu.

Elang masih memandangnya tak berkedip, membuat Alena bersemu salah tingkah.

Ekhem.

Elang berdehem singkaf, menenangkan jantungnya yang tiba tiba berdebar hanya dengan melihat penampilan Alena yang terlihat .. berbeda. Ya, ia mengakui malam ini Alena terlihat sangat cantik.

"Ayo berangkat, pestanya dimulai jam delapan"

Tiba dirumah sang kakak. Elang segera turun dari mobil dan mengandeng tangan Alena menuju kebun belakang tempat diadakannya pesta. Suasana sangat ramai, tak heran sang kakak merupakan pengacara terkenal dikota ini, sudah jelas tamu yang datang pun akan banyak.

"Happy birthday Kayla" ucap Elang setelah sampai didepan keponakannya dan diikuti Alena dengan menyerahkan kado yang mereka beli tadi sore.

"Terimakasih. Pasti kadonya bagus. Emm... tante ini siapa om?" tunjuk Kayla pada perempuan didepannya, ia terlihat asing.

" Tante Alena, panggil tante Al juga boleh" balas Alena dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu dan dibalas Kayla dengan menyalimi tangannya sopan.

"Om sama tante ke oma dan opa dulu ya Kay" ucap Elang pada keponakannya itu.

"Iya om. Terima kasih kadonya tante"

Balas Kayla ceria disertai senyuman lebarnya.

Elang segera mencari keberadaan keluarganya disana, suasana semakin terasa ramai.

"Bun" sapa Elang terlebih dahulu. Saat mamanya itu selesai berbicara dengan salah satu teman sosialitanya.

"Lang, sudah sampai nak? Loh ini siapa, cantik sekali." tatapan sang bunda beralih pada wanita disampingnya.

"Alena tante, temannya dokter Elang"

"Satu rumah sakit dengan Elang? Panggil bunda saja sama seperti Elang, biar lebih akrab"

"Iya bunda" balas Alena dengan tersenyum malu.

"Kalau begitu ayo Alena, bunda kenalkan dengan keluarga yang lain. Elang, kamu nikmati pestanya. Bunda mau mengenalkan calon menantu bunda ke ayah kamu dulu". Ucap bunda dengan menarik tangan Alena agar mengikuti langkahnya.

Elang dan Alena tentu kaget, namun sama sama diam dan memilih membiarkan keinginan sang bunda untuk memperkenalkan Alena pada anggota keluarga yang lain.

Beginilah nasib laki laki yang sebelumnya tak pernah membawa perempuan kerumah, sekalinya memperkenalkan perempuan langsung diklaim sebagai menantu.