webnovel

Liku Kehidupan

Fakta pengkhianatan sang ayah membuat Alena hancur hingga gadis itu memutuskan pergi membawa amarah serta dendam yang berkobar didalam dada. Setelah 10 tahun berlalu Alena kembali ke negara asalnya untuk bekerja disalah satu rumah sakit disana. Ditengah menyembuhkan luka Alena bertemu Elang, seorang dokter obgyn ditempat ia bekerja. pertemuan setiap hari ditambah sikap perhatian dan ramah Elang membuat Alena merasakan perasaan yang berbeda. Ditengah kedekatan mereka masa lalu Alena datang mengingatkan rasa sakit yang perempuan itu coba lupakan. Elang yang merasa aneh dengan sikap Alena berusaha menggali informasi tentang masa lalu perempuan itu. Hingga suatu saat Alena bersedia menceritakan semua padanya, membuat Elang memiliki keinginan menghapus luka itu. Seiring waktu berjalan Elang merasa perjuangannya tak sia sia melihat Alena yang kini mulai terbuka dengan keluarga perempuan itu.

Miracle_Blue · Teenager
Zu wenig Bewertungen
14 Chs

2.Kembali

Pagi itu bunda dan Alena tengah bersiap siap ke bandara untuk mengantarkan Alena pulang ke Jakarta. Tak ada wajah sedih disana, bahkan bunda sedari pagi tersenyum hangat menatap putrinya. Anak adiknya kini sudah tumbuh menjadi gadis luar biasa, ia ingat sepuluh tahun yang lalu merupakan fase terpuruk Alena. Berbagai cara ia dan keluarga lakukan untuk membangkitkan kembali semangat hidup sang putri. Perjuangan mereka berbuah manis, kini putri keluarga Abraham berhasil melewati keterpurukan itu dan sukses dengan gelar dokternya.

Alena balik ke Indonesia bukan tanpa alasan, dia mendapatkan rekomendasi pekerjaan disalah satu rumah sakit swasta terbesar di Jakarta, tak ingin melewatkan kesempatan Alena akhirnya mengambil lowongan tersebut. Ia akan baik baik saja yakinnya dalam hati.

"Barang nya sudah semua sayang? Nggak ada yang ketinggalan kan? "

Tersenyum Alena membalas pertanyaan malaikat nya itu.

"Sudah semua bunda"

"Yaudah yuk keburu siang, takut ketinggalan pesawatnya. Kamu ambil penerbangan pertama kan dek?"

Tuntun sang bunda memasuki mobil untuk segera pergi ke bandara.

"Iya, bang Rama kok gak ikut nganter ya bun?

"Eh bunda lupa, abangmu nggak jadi pulang. Ada pekerjaan yang gak bisa ditinggalkan. Maaf ya sayang, kemaren bunda lupa mau sampein ini ke kamu"

"Gapapa bun, Ayah sama abang pasti masih sibuk"

Setengah jam perjalanan hanya diisi dengan keheningan. Alena kini mulai meragu, benarkah ia sudah siap jika bertemu ayahnya lagi? Apa ia akan baik baik saja? Apa ayahnya masih mengingatnya? bahkan selama sepuluh tahun ini ayahnya tak pernah mencarinya, tak berusaha menghubungi bunda atau pun ayah Abra untuk sekedar menanyakan kabarnya.

"Kita udah sampe, turun yuk dek. Bunda bantu bawa kopernya"

Dua wanita cantik itu menarik koper dan bergegas memasuki bandara. Sampai diruang tunggu bunda memeluk Alena erat, sebenarnya masih belum ikhlas melepas sang putri untuk tinggal jauh darinya. Ia sangsi, apakah Alena akan tidur dengan baik? Apakah putrinya akan makan teratur? Walaupun seorang dokter nyatanya Alena masih harus diingatkan sang bunda untuk hal hal seperti itu.

"Kamu baik baik disana ya dek, jangan lupa telepon bunda kalau udah sampe di Jakarta. Makan yang teratur dan jangan begadang terus, kamu ini udah dua puluh lina tahun bukan anak kecil lagi yang apa apa harus diingatkan. Kamu juga seorang dokter yang harusnya bisa jaga kesehatan sendiri. Bunda bakal kangen banget sama kebawelan kamu"

Alena tertawa kecil mendengar rentetan nasehat sang bunda. Bukannya selama ini bunda ya yang cerewet kenapa ia malah diikut ikutkan, memang ia akui ia juga cerewet tapi Alena tak secerewet bunda dan itupun tertular dari bunda juga.

"Pasti bunda, sampai di rumah nanti Alena langsung telepon bunda. Bunda gak perlu khawatir, tinggal jauh dari bunda Alena akan belajar ngurus diri lebih baik lagi"

"Aww sakit bunda kenapa dicubit sih"

Alena meringis saat cubitan maut sang bunda mendarat di lengannya.

"Kapan kamu ngurus diri dengan baik selama ini? Gak ingat makan pun kamu harus nunggu bunda telepon dulu. Hmm?"

Gadis itu mengelus lengan yang dicubit bundanya, perih .. Bunda memang tak tanggung tanggung menyiksa dirinya.

"Bakal Alena ingat baik baik nasihat bunda, bunda yang tenang slow ajaa. Alena ini bukan anak SD lagi ."

"Bunda akan ingat baik baik janji kamu ini, awas saja kalau sampai dilanggar.

Alena meringis mendengarnya.

"sini bunda peluk, bunda janji deh dek kalau ayah sama abangmu itu gak sibuk lagi kita bakal jenguk kamu ke Jakarta"

Alena mengangguk dalam pelukan bundanya. Ia merasa sangat beruntung memiliki orang tua yang sabar dan sebaik sang bunda.

"Udah sana masuk, jangan lupa berdoa. Ingat kalau sampe sana langsung telepon bunda."

Ucap sang bunda sambil mencium kedua belah pipi dan kening Alena.

"Siap boss, aku bakal kangen bunda banget"

Balas Alena dengan senyum hangat setelah mencium tangan sang bunda.

****

Perjalanan yang panjang membuat badan Alena pegal semua. Ia melenguh merenganggkan otot ototnya sebelum mengambil ponsel untuk menelepon sang bunda.

Selesai menelpon Alena memilih mengistirahatkan tubuhnya dengan tidur sepuas mungkin. Paginya ia ingin lari lari keliling kompleks sambil membeli makanan favorite nya bubur ayam. Membayangkannya saja sudah membuat air liur Alena hampir menetes. Uhh pasti sangat lezat.

Adzan subuh berkumandang, Alena bergegas bangun dan pergi ke kamar mandi mengambil air wudhu. Lama tinggal diluar negri tak pernah membuat Alena melupakan kewajibannya untuk beribadah. Bundanya akan mengomel kalau ia melewatkan sholat.

Selesai semua, Alena berganti pakaian juga celana training untuk lari lari pagi ini. Udara pagi menyambutnya kala keluar dari gerbang rumah. ahh ia rindu suasana pagi seperti ini, terasa sejuk dan menenangkan.

20 menit Alena lari lari, ia berhenti di kursi taman kota untuk mengistirahatkan tubuhnya. Ia akan mampir membeli bubur ayam nanti setelah pulang.

"Permisi, boleh saya duduk disini? Tempatnya sudah penuh semua"

Seorang laki laki tampan menghampiri Alena disertai senyum lebar yang menghiasi bibirnya.

"I ..iiya silahkan"

Alena melongo dan mengerjapkan matanya beberapa kali, laki laki ini kenapa tampan sekali. Astaga apa yang baru saja ia pikirkan. Sadar Alena. Kenapa kamu jadi centil begini. Tak mau berlama lama dalam fikiran gilanya, Alena memutuskan untuk segera pulang.

"Saya permisi pak"

Alena pamit dengan berlari ,takut laki laki itu menyadarinya yang sempat terpesona dan ia yang akan malu setengah mati jika mereka bertemu lagi suatu saat nanti.

Belum sempat Elang menjawab perempuan tadi sudah ngibrit seperti dikejar setan.

Apakah ia semenakutkan itu?

Perempuan yang unik batinnya.