webnovel

Liku Kehidupan

Fakta pengkhianatan sang ayah membuat Alena hancur hingga gadis itu memutuskan pergi membawa amarah serta dendam yang berkobar didalam dada. Setelah 10 tahun berlalu Alena kembali ke negara asalnya untuk bekerja disalah satu rumah sakit disana. Ditengah menyembuhkan luka Alena bertemu Elang, seorang dokter obgyn ditempat ia bekerja. pertemuan setiap hari ditambah sikap perhatian dan ramah Elang membuat Alena merasakan perasaan yang berbeda. Ditengah kedekatan mereka masa lalu Alena datang mengingatkan rasa sakit yang perempuan itu coba lupakan. Elang yang merasa aneh dengan sikap Alena berusaha menggali informasi tentang masa lalu perempuan itu. Hingga suatu saat Alena bersedia menceritakan semua padanya, membuat Elang memiliki keinginan menghapus luka itu. Seiring waktu berjalan Elang merasa perjuangannya tak sia sia melihat Alena yang kini mulai terbuka dengan keluarga perempuan itu.

Miracle_Blue · Teenager
Zu wenig Bewertungen
14 Chs

13. Rumit

Gea tiba dirumah saat jarum jam dipergelangan tangannya menunjukkan pukul delapan malam, seperti biasa suasana rumah terasa sepi. Cepat cepat gadis itu menaiki tangga untuk menuju kamarnya.

Selesai mandi Gea menghempaskan tubuhnya ke kasur, setelah seharian mencari rumah sang kakak berbekal alamat yang ia temukan di laci meja sang ayah gadis itu merasa lelah.

Hari ini memang Gea belum berhasil berbicara dengan kakaknya, tapi gadis itu takkan menyerah untuk terus menemui kakaknya dan berbicara dari hati ke hati. Gea tidak tau sebesar apa luka yang kakak nya terima, tapi gadis itu percaya kakaknya adalah perempuan baik seperti yang papanya ceritakan selama ini.

Gea menghembuskan nafas gusar, tidak mudah untuk menyelesaikan permasalahan dalam keluarga mereka. Ayahnya pun selalu diam dan tak pernah membahas masalah kakaknya saat berkumpul dengan keluarga besar mereka, entah karena kecewa atau apa tapi Gea bisa melihat ayahnya merasakan penyesalan dan kesedihan yang begitu besar terlihat dari pandangan matanya yang selalu sendu.

tok tok tok

ketukan dipintu mengalihkan fikiran Gea yang sempat melamun. Bergegas gadis itu membuka pintu.

"papa, .. sudah pulang?"

"Baru saja, dari mana saja? tadi bibi bilang kamu juga baru sampai rumah."

Gea mengandeng tangan ayahnya masuk kedalam kamar dan mempersilahkan sang ayah duduk di sofa.

"Dari rumah temen pa"

Gadis itu meringis pelan. Dia memang tidak pandai berbohong.

"Tumben gak izin dulu ke papa? nggak lagi bohongin papa kan?

Danu memicingkan matanya menatap sang putri, dilihat dari gesture dan mimik wajah Gea. Dia yakin sang putri tengah berbohong saat ini.

"Maaf. Tadi Gea menemui kak Lena"

Gea menunduk, menyadari kesalahan yang gadis itu perbuat. Sedangkan Danu menghembuskan nafasnya pelan, ia tahu Gea menginginkan kakaknya kembali ke rumah mereka tapi Danu juga tidak yakin apakah putri sulungnya itu sudah memaafkan kesalahan yang telah ia dan keluarganya lakukan pada Alena dan sang ibu dulu.

Saat mengingat semuanya Danu sungguh merasa bersalah dan menyesal, jika dapat ditukar ia menginginkan kembali merengkuh sang putri dan memilih dibenci keluarganya daripada harus hidup penuh dengan rasa bersalah seperti ini. Ia merasa telah gagal menjadi suami dan ayah yang baik untuk Saras dan Alena.

"pa?"

Gea menyentuh pundak sang ayah pelan, selalu begini saat mereka membicarakan sang kakak. Hanya tatapan sendu dan kilat penyesalan yang selalu Gea lihat di mata sang ayah.

"kakakmu belum memaafkan papa kan? papa memang pantas tidak dimaafkan"

Danu berujar lirih, mata tua itu bahkan sudah berkaca kaca membuat Gea merasa bersalah dan ikut merasakan sesak.

"kakak pasti akan memaafkan kita"

Gea berusaha meyakinkan walaupun gadis itu juga tidak bisa menjamin apa yang sudah diucapkannya mengingat perlakuan kakaknya tadi siang.

"Papa menyesal kakakmu harus mengalami ini semua, papa bukan papa yang baik".

Gea sudah tidak tahan, ia peluk tubuh bergetar papanya dengan pelan. tangan kanannya mengusap bahu sang ayah dengan lembut sedang tangan kirinya mengusap kedua sudat matanya yang sudah basah.

Ia tak tega dan selalu merasa lemah saat melihat papanya terpuruk seperti ini, Gea bersedia melakukan apapaun asal sang ayah bahagia.

"papa yang terbaik kok, Gea bahagia memiliki papa. Gea akan berusaha untuk mendapatkan maaf kakak pa. Gea janji"

"Disini papa yang salah nak, kakakmu mengalami banyak kesulitan selama ini. Dan itu semua karena papa."

Gea memilih diam dan mendengarkan semua keluh kesah sang ayah, ia tahu ayahnya hanya ingin didengarkan untuk saat ini.

"Andai waktu bisa diputar, papa akan menahan kakakmu untuk pergi. Selama ini dia berjuang sendirian, dia mengalami depresi, tekanan dan itu semua karena papa"

"selama sepuluh tahun ini papa memendam rindu pada kakakmu, tapi papa tidak berani untuk menemui karena papa sadar kakakmu mungkin muak dan belum bisa memaafkan semua kesalahan papa"

"Pa"

Gea berujar lirih, tidak sanggup lagi rasanya melihat papanya seperti ini.

"Papa istirahat ya, kamu jangan tidur kemalaman. maaf papa menganggu waktu kamu. selamat malam sayang"

Danu berlalu setelah mengecup puncak kepala sang putri pelan. tubuh ringkih itu perlahan hilang setelah melewati pintu.

Gea mendudukan tubuhnya, mendengar ucapan ayahnya barusan membuat gadis itu sangat yakin sang ayah hanya ingin menemui kakaknya untuk saat ini. Sepuluh tahun bukan waktu yang sebentar, papa nya pasti sangat merindukan kakaknya.

Ya, Gea hanya harus terus berusaha untuk menyatukan keluarga mereka.

*****

Alena memijit pelipisnya pelan, pertemuan dengan gadis kecil tadi membuat ia merasakan pening tiba tiba.

Ia masih shock dan belum siap untuk bertemu dengan orang orang dimasa lalu, sakit dan segudang amarah itu belum juga suruh dalam hatinya. Alena tahu, menyimpan amarah dan dendam tidak akan pernah menguntungkan dan hanya membuat dirinya semakin terpuruk. Namun Alena juga belum mampu untuk memaafkan dan melupakan semuanya.

merogoh laci Alena mengambil selembar foto disana, fotonya dan sang mama. Ia berdiri memegang balon biru dan disebelahnya mamanya juga berdiri menggenggam tangan kanannya dengan senyum lebar menghiasi wajah mereka.

Alena mengusap foto itu pelan, hanya kenangan ini yang sempat ia bawa saat pergi dari rumah papanya dulu. Saat itu Alena tidak membawa barang apapaun selain selembar foto potret dirinya dan sang mama dan juga kalung yang saat ini perempuan itu pakai, kaluang pemberian sang mama dengan liontin berbentuk hati.

Alena terisak, dadanya mulai sakit dan sesak. mengambil botol kecil, Alena keluarkan pil darisana sebagai obat pereda rasa sakit dikepala yang semakin menjadi.

Perempuan itu mulai mengatur nafas dan memposisikan diri untuk menjemput alam mimpi. saat saat seperti ini Alena hanya perlu tidur dan menenangkan pikirannya kembali.

Dia tidak boleh stres dan banyak fikiran.