webnovel

Liku Kehidupan

Fakta pengkhianatan sang ayah membuat Alena hancur hingga gadis itu memutuskan pergi membawa amarah serta dendam yang berkobar didalam dada. Setelah 10 tahun berlalu Alena kembali ke negara asalnya untuk bekerja disalah satu rumah sakit disana. Ditengah menyembuhkan luka Alena bertemu Elang, seorang dokter obgyn ditempat ia bekerja. pertemuan setiap hari ditambah sikap perhatian dan ramah Elang membuat Alena merasakan perasaan yang berbeda. Ditengah kedekatan mereka masa lalu Alena datang mengingatkan rasa sakit yang perempuan itu coba lupakan. Elang yang merasa aneh dengan sikap Alena berusaha menggali informasi tentang masa lalu perempuan itu. Hingga suatu saat Alena bersedia menceritakan semua padanya, membuat Elang memiliki keinginan menghapus luka itu. Seiring waktu berjalan Elang merasa perjuangannya tak sia sia melihat Alena yang kini mulai terbuka dengan keluarga perempuan itu.

Miracle_Blue · Teenager
Zu wenig Bewertungen
14 Chs

12. Kedatangan Tamu

Pagi ini matahari mengintip malu malu melalui celah dedaunan, tak terasa sudah setengah tahun lebih Alena kembali ke Jakarta. Banyak hal yang sudah perempuan itu lewati namun kenangan pahit dimasa silam belum mampu Alena lupakan. Saat saat libur begini sering kali ia teringat akan mendiang mamanya.

Alena rindu suasana rumah seperti saat masih kecil dulu, suasana hangat dan penuh kebahagiaan namun semua sudah berubah dan hanya menyisakan sesak yang terus menemani hari harinya tanpa jeda.

"Non, ternyata disini"

"Bi ada apa?"

Alena bertanya pada asisten rumah tangganya itu yang kini sibuk mengatur nafas, terheran perempuan berusia dua puluh lima tahun itu hanya mampu bertanya disertai alis berkerut pertanda binggung.

"itu, emm .. diluar ada tamu. saya ..

cari non Alena dimana mana tidak taunya di sini"

Bi sum menjelaskan dengan raut tak yakin dan takut takut, entah Alena yang salah lihat atau bagaimana tapi gadis itu bisa merasakannya.

"kirain ada apa, kalau gitu saya kedepan dulu ya bi. bibi jangan lari lari ingat umur"

Alena terkikik geli, bukan untuk bersikap kurang ajar pada orang tua hanya saja kasihan jika bi Sum harus lari lari mengingat wanita paruh baya itu sering sekali mengalami sakit di bagian pergelangan kaki karena pengaruh usia.

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?"

Gadis yang tengah duduk dengan rambut hitam lurus tergerai itu mengangkat wajah, menatap Alena dengan sorot penuh kerinduan. Kedua matanya bahkan sudah berkaca kaca dengan bibir bergetar seperti menahan sesuatu.

Alena yang ditatap demikian mengerutkan alis binggung, heran ditatap sebegitu intens oleh gadis yang ia perkirakan berusia dibawahnya ini. Ingat mereka baru sekali bertemu, dan ekspresi gadis didepannya ini membuatnya binggung.

"Ada yang bisa saya bantu?"

Kembali Alena bertanya saat tak ada jawaban atas pertanyaannya barusan membuat gadis tadi tersentak kaget.

"Saya,... saya mencari kakak"

"kakak?"

Alena membeo, kakak siapa yang dimaksud gadis cantik ini.

"Saya mencari Kak Alena"

"Saya? Ada perlu apa?"

"Saya hanya memastikan. Benar kata papa, kakak sangat cantik."

"Maaf?"

Alena bertanya binggung, apa maksud gadis ini. mereka tak saling kenal, tapi apa katanya tadi. kata papa dia cantik. papa siapa yang dimaksud.

"papa Danu. papa kakak juga"

"Maksud kamu apa?"

Alena bertanya dengan intonasi yang tak enak didengar, bukan memarahi gadis ini tapi ia masih kaget dengan apa yang diucapkan gadis itu barusan. Apa maksud dibalik kata 'papa kakak juga'. Jangan bilang, tidak tidak.

"Aku anaknya papa Danu Hartawan dengan bunda Riana"

Gadis itu berkata takut, kepalanya di tundukan dalam dengan bibir bawah yang di gigit kuat. Tidak sanggup rasanya melihat ekspresi Alena yang secepat kilat berubah seperti tengah menahan amarah.

Bukan, bukan maksud Gea lancang menemui kakaknya diam diam tanpa persetujuan sang papa. Gadis itu hanya mencari tahu sendiri tentang fakta yang juga baru diketahui beberapa bulan yang lalu. Awalnya ia tak percaya, tapi saat sang papa menceritakan semua dan bukti lainnya dia mulai percaya dan berusaha mencari dimana sang kakak tinggal.

Dari dulu Gea memang sangat ingin memiliki kakak perempuan, dia dulu mengira dia adalah anak tunggal dan rasanya sangat kesepian saat orang tuanya sibuk dengan urusan masing masing. Dan saat mengetahui ternyata dia memiliki kakak tiri, gadis itu bukannya marah karena merasa dibohongi namun malah tersenyum bahagia saat sang papa menceritakan jujur tentang rahasia besar keluarga mereka.

"Silahkan keluar, hari ini saya sibuk"

Alena berujar datar, matanya memancarkan ketidaksukaan, raut wajahnya pun sudah tak enak dilihat. kedua tangan perempuan itu terkepal kuat, menahan gejolak emosi yang tiba tiba menguasai dirinya.

"Aku minta maaf kalau menganggu waktu kakak. Aku hanya ingin bertamu..."

Ucapan Gea terhenti saat Alena memilih berbalik menaiki undakan tangga, mengabaikan Gea yang belum sempat menyelesaikan kalimatnya.

"Maaf ya non, sepertinya nona Alena dalam kondisi mood yang kurang baik"

Bi Sum yang sedari tadi mengintip dibalik pintu akhirnya memutuskan keluar saat Alena benar benar hilang dari penglihatannya, dia mendengar semua pembicaraan kakak beradik beda ibu itu.

"Tidak apa apa bik, saya minta maaf karena menganggu waktu pagi kak Alena"

"Non tidak salah, sepertinya non Alena kecapekan. Jangan dimasukin ke hati ya"

Gea hanya menanggapi dengan senyum tipis, gadis enam belas tahun itu memilih bangkit dari duduknya untuk pamit pulang. Setidaknya ia sudah tahu bagaimana kakaknya setelah berbulan bulan memendam rasa penasaran dan rindu.

"Saya permisi bi, titip salam untuk kakak ya. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, hati hati ya non"

Bi sum menatap prihatin punggung Gea yang mulai menjauh, bagaimanapun dia tau bagaimana liku perjalanan hidup keluarga ini. Anak itu juga tidak benar jika disalahkan, Alena dan Gea hanya korban keegosian kakek mereka dimasa lalu.

*****

Gea mendongak, menatap langit yang mulai berubah warna menjadi kelabu. pagi tadi cuaca cukup cerah namun kenapa tiba tiba berganti mendung, cepat cepat gadis itu berlari untuk menghindari hujan yang sepertinya akan segera turun.

Saat dilihatnya bangunan mini market, Gea segala berlari kesana setidaknya ia tidak akan kehujanan nanti.

Dan benar saja hujan tiba tiba turun saat Gea keluar dari minimarket, membuka penutup botol gadis itu segera meminum air mineral yang baru dibelinya. Berlari ternyata cukup mendatangkan dahaga dan menguras energinya.

Gea sebenarnya hanya ingin melihat kakaknya, ia tahu kakaknya sangat kecewa dengan keluarga mereka. Gea juga sudah menyiapkan mental dan memprediksi jika kakaknya akan marah atau juga membenci dirinya akibat kesalahan ayah mereka di masa lalu.

Kilasan kejadian tadi menyadarkan Gea jika benar apa yang dikatakan papanya, kakaknya belum bisa melupakan kenangan pahit itu dan masih memendam amarah pada keluarga mereka.

Gadis itu menunduk pasrah, ia hanya berharap semoga suatu saat nanti sang kakak mampu berdamai dengan masa lalu mereka dan mendung yang menghiasi wajah papa selama ini hilang karena kembalinya sang kakak dalam hidup mereka.